Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2011 -
Baca: Efesus 5:22-23
"...kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya." Efesus 5:33
Tuhan menghendaki ada keintiman antara suami isteri sehingga seluruh kebutuhan fisik dan emosional terpenuhi melalui hubungan ini. Keintiman akan terwujud bila ada komitmen satu sama lain. Apa itu keintiman? Keintiman adalah kesediaan diri satu sama lain sehingga tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi, disembunyikan atau ditahan-tahan. Sungguh, tidak ada perjanjian atau kesepakatan di bumi yang lebih kuat daripada perjanjian pernikahan, karena di dalam Kristus suami isteri adalah satu. Alkitab menyatakan: "...dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:20).
Apa yang menjadi tujuan Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam sebuah ikatan pernikahan? Supaya mereka memenuhi bumi dengan keturunan-keturunan Ilahi. FirmanNya, "...Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28).
Pernikahan Kristen adalah suci, karena Tuhan menjadi pihak ketiga yang menjadi saksi di dalam penyatuan pernikahan. Jadi pernikahan Kristen merupakan hubungan perjanjian yang melibatkan Tuhan. Dua orang dapat bersatu menjadi satu daging secara fisik, tetapi hanya Tuhan yang dapat menyatukan mereka secara jiwa. Dalam Perjanjian Lama, pernikahan merupakan sesuatu yang sangat sakral sehingga saat seorang laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menjadi suami isteri, namun diketahui bahwa sang isteri sebelum menikah telah berhubungan dengan laki-laki lain, maka ia akan dirajam sampai mati. Kesucian dalam pernikahan adalah hal utama dan tidak bisa ditawar lagi, karena melalui keluarga baru ini Tuhan mencurahkan berkatNya. Ada perintah Tuhan yang harus ditaati oleh para suami isteri yang terikat dalam lembaga pernikahan kudus, "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah sistrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya" (Efesus 5:22-25).
Pernikahan Kristen adalah pernikahan yang suci dan diberkati oleh Tuhan!
Friday, February 11, 2011
Thursday, February 10, 2011
PERNIKAHAN: Kehendak Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2011 -
Baca: Kejadian 2:8-25
"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Kejadian 2:24
Selain Adam, banyak sekali ciptaan Tuhan di bumi, tetapi tidak ada teman yang cocok atau penolong yang sepadan untunya. Tidak ada seorang pun dapat menjadi teman bagi Adam untuk menjalani hari-harinya di bumi. Maka Tuhan berfirman, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (ayat 18).
Kata 'sepadan' artinya cocok, mampu, bisa menyesuaikan diri, pelengkap atau sesuai dengan. Kemudian Tuhan pun "...membuat manusia itu tidak nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Dan berkatalah manusia itu, 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.' " (ayat 21-23). Jadi, Tuhan menciptakan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki.
Adam, meski memiliki semua hal yang mungkin ia perlukan di dunia ini, tetapi di dalam dirinya ada kekosongan yang tidak terpuaskan; Adam pasti merasa sangat kesepian. Hawa memenuhi kebutuhannya itu, ia melengkapi Adam, seperti juga Tuhan telah menciptakan para isteri sekarang ini untuk melengkapi suami mereka melalui pernikahan. Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Tuhan. Ikatan bersama antara suami dan isteri adalah sel terkecil suatu gereja, di mana dua orang yang mengasihi Tuhan bergabung menjadi satu. Di dalam pernikahan, suami dan isteri akan mengikat janji dan menyatu, "...sehingga keduanya menjadi satu daging." Dua orang menjadi satu, disatukan dalam cita-cita, pikiran, arah, kehendak dan tujuan hidup. Itulah sebabnya para single perlu menyatukan pikiran dan hati dengan calon pasangannya sebelum mereka menikah. Banyak orang yang hanya bersatu secara fisik namun tidak pernah bersatu dalam roh. Banyak orang menikah dan kemudian baru menyadari bahwa orang yang telah ia nikahi itu punya rencana hidup yang berbeda. Karena itu perlu waktu untuk saling menjajaki atau mengenal satu sama lain. Untuk membangun pengertian ini tidak dapat secara instan, butuh proses.
Penyesuaian diri itu sangat penting agar kita dapat mencapai sasaran yang tepat dalam sebuah pernikahan!
Baca: Kejadian 2:8-25
"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Kejadian 2:24
Selain Adam, banyak sekali ciptaan Tuhan di bumi, tetapi tidak ada teman yang cocok atau penolong yang sepadan untunya. Tidak ada seorang pun dapat menjadi teman bagi Adam untuk menjalani hari-harinya di bumi. Maka Tuhan berfirman, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (ayat 18).
Kata 'sepadan' artinya cocok, mampu, bisa menyesuaikan diri, pelengkap atau sesuai dengan. Kemudian Tuhan pun "...membuat manusia itu tidak nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Dan berkatalah manusia itu, 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.' " (ayat 21-23). Jadi, Tuhan menciptakan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki.
Adam, meski memiliki semua hal yang mungkin ia perlukan di dunia ini, tetapi di dalam dirinya ada kekosongan yang tidak terpuaskan; Adam pasti merasa sangat kesepian. Hawa memenuhi kebutuhannya itu, ia melengkapi Adam, seperti juga Tuhan telah menciptakan para isteri sekarang ini untuk melengkapi suami mereka melalui pernikahan. Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Tuhan. Ikatan bersama antara suami dan isteri adalah sel terkecil suatu gereja, di mana dua orang yang mengasihi Tuhan bergabung menjadi satu. Di dalam pernikahan, suami dan isteri akan mengikat janji dan menyatu, "...sehingga keduanya menjadi satu daging." Dua orang menjadi satu, disatukan dalam cita-cita, pikiran, arah, kehendak dan tujuan hidup. Itulah sebabnya para single perlu menyatukan pikiran dan hati dengan calon pasangannya sebelum mereka menikah. Banyak orang yang hanya bersatu secara fisik namun tidak pernah bersatu dalam roh. Banyak orang menikah dan kemudian baru menyadari bahwa orang yang telah ia nikahi itu punya rencana hidup yang berbeda. Karena itu perlu waktu untuk saling menjajaki atau mengenal satu sama lain. Untuk membangun pengertian ini tidak dapat secara instan, butuh proses.
Penyesuaian diri itu sangat penting agar kita dapat mencapai sasaran yang tepat dalam sebuah pernikahan!
Subscribe to:
Posts (Atom)