Thursday, February 10, 2011

PERNIKAHAN: Kehendak Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2011 -

Baca:  Kejadian 2:8-25

"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."   Kejadian 2:24

Selain Adam, banyak sekali ciptaan Tuhan di bumi, tetapi tidak ada teman yang cocok atau penolong yang sepadan untunya.  Tidak ada seorang pun dapat menjadi teman bagi Adam untuk menjalani hari-harinya di bumi.  Maka Tuhan berfirman,  "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.  Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."  (ayat 18).

     Kata 'sepadan' artinya cocok, mampu, bisa menyesuaikan diri, pelengkap atau sesuai dengan.  Kemudian Tuhan pun  "...membuat manusia itu tidak nyenyak;  ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.  Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.  Dan berkatalah manusia itu,  'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.  Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.' "  (ayat 21-23).  Jadi, Tuhan menciptakan perempuan sebagai pendamping bagi laki-laki.

     Adam, meski memiliki semua hal yang mungkin ia perlukan di dunia ini, tetapi di dalam dirinya ada kekosongan yang tidak terpuaskan;  Adam pasti merasa sangat kesepian.  Hawa memenuhi kebutuhannya itu, ia melengkapi Adam, seperti juga Tuhan telah menciptakan para isteri sekarang ini untuk melengkapi suami mereka melalui pernikahan.  Pernikahan adalah lembaga pertama yang diciptakan Tuhan.  Ikatan bersama antara suami dan isteri adalah sel terkecil suatu gereja, di mana dua orang yang mengasihi Tuhan bergabung menjadi satu.  Di dalam pernikahan, suami dan isteri akan mengikat janji dan menyatu,  "...sehingga keduanya menjadi satu daging."  Dua orang menjadi satu, disatukan dalam cita-cita, pikiran, arah, kehendak dan tujuan hidup.  Itulah sebabnya para single perlu menyatukan pikiran dan hati dengan calon pasangannya sebelum mereka menikah.  Banyak orang yang hanya bersatu secara fisik namun tidak pernah bersatu dalam roh.  Banyak orang menikah dan kemudian baru menyadari bahwa orang yang telah ia nikahi itu punya rencana hidup yang berbeda.  Karena itu perlu waktu untuk saling menjajaki atau mengenal satu sama lain.  Untuk membangun pengertian ini tidak dapat secara instan, butuh proses.

Penyesuaian diri itu sangat penting agar kita dapat mencapai sasaran yang tepat dalam sebuah pernikahan!

Wednesday, February 9, 2011

KEBIASAAN HIDUP MANUSIA BARU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2011 -

Baca:  Roma 6:15-23

"...kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan."  Roma 6:19b

Untuk menjadi murid Kristus yang sejati kita harus melatih diri dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik dan benar, mulai dari hal bertutur kata, sikap, cara berpikir dan juga perilaku kita sehari-hari, karena di dalam Kristus kita adalah  "...ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Kita harus berkomitmen untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup lama yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, dan melatih diri membentuk kebiasaan hidup yang baru.  Itu pun harus kita lakukan dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain.  Kita tidak lagi menyerahkan tubuh kita  "...untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.  Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."  (Roma 6:13-14).

     Apa kebiasaan Saudara?  Mungkin ada yang setelah bangun kopi terbiasa minum kopi sambil membaca koran;  atau sepulang kantor nongkrong dengan teman-teman di cafe;  atau nonton sinetron di TV berjam-jam;  atau kalau tidur selalu mendengkur dan lain-lain.  Definisi kata 'kebiasaan' menurut kamus Webster adalah:  kecenderungan melakukan aktivitas tertentu secara terus-menerus atau berulang-ulang;  latihan atau praktek yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu.  Kebiasaan adalah hasil dari tindakan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang.  Kebiasaan inilah yang akan membentuk karakter kita.  Kepada jemaat di Kolose rasul Paulus menasihatkan agar mereka  "...menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui..."  (Kolose 3:9-10).  Artinya kita harus mengenakan 'manusia baru' yang secara terus menerus diperbaharui dari hari ke hari.

     Hal-hal apa saja yang harus kita biasakan atau latih supaya menjadi pola hidup kita?  1.  Bersaat teduh, menyediakan waktu secara pribadi secara rutin untuk bersekutu dengan Tuhan, membaca dan merenungkan firmanNya.  2.  Berdoa senantiasa  (Lukas 18:1).  3.  Memberikan persepuluhan  (Maleakhi 3:6-12).  4.  Ibadah  (Ibrani 10:25).  5.  Mengasihi saudara seiman  (Yohanes 13:34-35).

Sudahkah kita memiliki kebiasaan hidup yang benar, yang menunjukkan citra diri kita sebagai orang percaya?