Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2011 -
Baca: 1 Petrus 3:8-12
"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." 1 Petrus 3:10
Tuhan berkata dalam firmanNya, "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jelas sekali bahwa rancangan Tuhan dalam kehidupan orang percaya adalah keberhasilan, hari-hari baik dan masa depan yang penuh pengharapan. Tuhan telah menyediakan segalanya bagi kita: hikmat, berkat, perlindungan, kesembuhan, mujizat, pemeliharaan, penyertaan, anugerah dan juga pengampunan. Namun semuanya itu belumlah cukup, salah satu kunci yang menentukan untuk mendapatkan semua yang baik dari Tuhan adalah jika kita memiliki karakter yang baik. Tanpa karakter yang berkenan di hati Tuhan kita takkan menikmati janji Tuhan itu, "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." (1 Petrus 3:12).
Ada beberapa karakter yang seringkali menjadi penghambat berkat atau keberhasilan kita sebagai orang percaya, di antaranya adalah: 1. Hati yang tidak mau percaya. Ketidakpercayaan menjadi penghalang utama mengalami mujizat Tuhan. Jangan keraskan hatimu, percayalah kepada Tuhan sepenuhnya. Tuhan Yesus berkata, "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Banyak orang Kristen yang baru mau percaya bila sudah melihat bukti. Tetapi, mari kita belajar seperti Paulus, yang meski menghadapi banyak tantangan hidup tetap percaya kepada Tuhan. Paulus berkata, "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7).
2. Tidak bisa menguasai diri. Penguasaan diri itu penting, karena itu adalah salah satu buah-buah Roh. Jika tidak memiliki penguasaan diri kita "...seperti kota yang roboh temboknya." (Amsal 25:28), sehingga musuh (Iblis) akan mudah menyerang dan menjajah kita.
3. Suka berbohong atau dusta. Berbohong berarti melawan kebenaran dan "Orang yang dusta bibirnya dalah kekejian bagi Tuhan," (Amsal 12:22). Alkitab jelas menyatakan bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta (baca Yohanes 8:44). (Bersambung)
Thursday, January 20, 2011
Wednesday, January 19, 2011
MENJADI SAHABAT TUHAN. MUNGKINKAH?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2011 -
Baca: Yohanes 14:14-17
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Yohanes 15:14
Memiliki teman karib atau sahabat adalah mudah bagi orang yang berpangkat, terkenal dan juga kaya seperti tertulis: "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya" (Amsal 19:4). Sebaliknya bagi kita yang susah, miskin, gagal dan terpuruk, sangat mudah ditinggalkan atau diabaikan teman dan sahabat. Kita merasa sangat rendah dan membayangkan betapa sulitnya orang mau menjadi sahabat kita, terlebih di zaman sekarang ini susah sekali menemukan a real friend, apalagi sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Banyak orang berprinsip: "Asal dia menguntungkan, saya mau jadi sahabatnya. Kalau tidak, I am so sorry, I say goodble!"
Mencari sahabat di antara sesama manusia saja begitu sulit, mana mungkin kita bisa mempercayai bahwa Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, mau memilih kita untuk menjadi sahabatNya. Siapakah kita ini? Tapi dari pembacaan firman hari ini Ia berkata, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15). Tuhan menggambarkan hubunganNya dengan kita dalam tingkatan yang intim yaitu sebagai sahabat. Lagi-lagi, Dialah yang lebih dulu memilih kita sebagai sahabatNya, bukan kita. Suatu anugerah yang tak terkira, di mana Yesus Kristus telah memilih kita untuk menjadi sahabatNya.
Persahabataan akan terjalin karena di dalamnya ada kasih di antara dua pihak, ada take and give. Tuhan pun memiliki standar untuk menjalin persahabatan dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan memberikan firmanNya dan hukum-hukumNya itu untuk kita. Syarat utama persahabaan dengan Tuhan adalah ketaatan kita terhadap firmanNya (ayat nas). Bersahabat dengan Tuhan berarti mau berjalan dalam terangNya senantiasa karena Ia adalah terang dunia, yang berarti langkah kita seiring dengan langkah Tuhan, berjalan ke mana pun Tuhan menuntun kita.
Sebaliknya jika kita tidak taat melakukan firmanNya, tidak karib dengan Dia dan tetap berjalan dalam kegelapan, kita tidak layak disebut sahabat Tuhan.
Baca: Yohanes 14:14-17
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Yohanes 15:14
Memiliki teman karib atau sahabat adalah mudah bagi orang yang berpangkat, terkenal dan juga kaya seperti tertulis: "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya" (Amsal 19:4). Sebaliknya bagi kita yang susah, miskin, gagal dan terpuruk, sangat mudah ditinggalkan atau diabaikan teman dan sahabat. Kita merasa sangat rendah dan membayangkan betapa sulitnya orang mau menjadi sahabat kita, terlebih di zaman sekarang ini susah sekali menemukan a real friend, apalagi sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Banyak orang berprinsip: "Asal dia menguntungkan, saya mau jadi sahabatnya. Kalau tidak, I am so sorry, I say goodble!"
Mencari sahabat di antara sesama manusia saja begitu sulit, mana mungkin kita bisa mempercayai bahwa Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, mau memilih kita untuk menjadi sahabatNya. Siapakah kita ini? Tapi dari pembacaan firman hari ini Ia berkata, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15). Tuhan menggambarkan hubunganNya dengan kita dalam tingkatan yang intim yaitu sebagai sahabat. Lagi-lagi, Dialah yang lebih dulu memilih kita sebagai sahabatNya, bukan kita. Suatu anugerah yang tak terkira, di mana Yesus Kristus telah memilih kita untuk menjadi sahabatNya.
Persahabataan akan terjalin karena di dalamnya ada kasih di antara dua pihak, ada take and give. Tuhan pun memiliki standar untuk menjalin persahabatan dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan memberikan firmanNya dan hukum-hukumNya itu untuk kita. Syarat utama persahabaan dengan Tuhan adalah ketaatan kita terhadap firmanNya (ayat nas). Bersahabat dengan Tuhan berarti mau berjalan dalam terangNya senantiasa karena Ia adalah terang dunia, yang berarti langkah kita seiring dengan langkah Tuhan, berjalan ke mana pun Tuhan menuntun kita.
Sebaliknya jika kita tidak taat melakukan firmanNya, tidak karib dengan Dia dan tetap berjalan dalam kegelapan, kita tidak layak disebut sahabat Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)