Tuesday, June 19, 2018

RATAPAN YANG MENDATANGKAN KEBAIKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2018

Baca:  Yesaya 15:1-9

"Puteri Dibon naik ke bukit-bukit pengorbanan untuk menangis; Moab meratap karena Nebo dan karena Medeba. Di situ semua orang menggundul kepalanya dan memotong janggutnya sebagai tanda berkabung."  Yesaya 15:2

Kapan biasanya kita mendengar orang meratap dan berkabung?  Ketika kita menghadiri sebuah acara pemakaman, atau ketika kita ditinggalkan oleh orang yang terkasih untuk selama-lamanya  (meninggal).  Tetapi Alkitab menyatakan,  "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya."  (Pengkhotbah 7:2).  Dalam hidup ini  "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;"  (Pengkhotbah 3:4).  Saat kita sedang berada di rumah duka dalam keadaan meratap dan berkabung saat itulah kita menyadari betapa fananya kehidupan manusia di dunia ini;  dan kita pun diingatkan untuk lebih memperhatikan hidup, tidak lagi sembrono dan menghargai betapa pentingnya waktu dan kesempatan.

     Dalam pembacaan firman Tuhan dinyatakan bahwa ratapan dan perkabungan harus dialami oleh orang-orang di Moab.  Tuhan menjatuhkan hukuman dan malapetka atas mereka oleh karena mereka memberontak kepada Tuhan dan melakukan banyak kejahatan.  Kita tahu bahwa orang-orang Moab adalah keturunan Lot dari hasil inses  (persetubuhan sedarah)  dengan anak kandungnya.  Setelah Lot dan kedua putrinya diselamatkan Tuhan keluar dari kota Sodom yang di bumihanguskan oleh murka Tuhan, pergilah Lot dan Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anak perempuannya dalam suatu gua di pegunungan dan terjadilah hubungan terlarang ini.  Hukuman ini adalah sebagai bentuk teguran dan peringatan dari Tuhan, juga sebagai penegasan bahwa hanya Tuhanlah yang patut diagungkan dan disembah, bukan dewa-dewa atau berhala.

     Bersyukurlah jika Tuhan menegur keras kita dengan masalah atau situasi-situasi sulit yang membuat kita harus meratap dan berduka, itu pertanda bahwa Tuhan peduli dan sangat mengasihi kita.  Ini adalah cara Tuhan untuk menarik kita mendekat kepada-Nya;  dan ketika kita mau bertobat segala yang baik pasti Tuhan sediakan.

"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."  Ayub 5:17

No comments:

Post a Comment