Friday, March 21, 2014

BERANI UNTUK BERMIMPI (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2014

Baca: Mazmur 24:1-10

"Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."  Mazmur 24:5

Yusuf mendapatkan mimpi besar dari Tuhan:  "Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu."  (Kejadian 37:7).  Ia bermimpi pula:  "...tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku."  (Kejadian 37:9).  Dengan penuh keberanian Yusuf menceritakan perihal mimpinya itu kepada saudara-saudaranya.  Mimpi yang diterimanya ini menyiratkan bahwa Tuhan memiliki rencana yang luar biasa bagi kehidupannya di masa yang akan datang.  Kelak ia menjadi orang  'besar'  dan mengalami peninggian dari Tuhan.

     Namun tidak semua orang mendapatkan mimpi besar dari Tuhan.  Inilah syaratnya:  "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."  (Mazmur 24:4-5).  Tuhan memberikan mimpi besar kepada umat yang bersih tangannya dan murni hatinya, artinya hanya orang-orang yang memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhanlah yang akan memperoleh mimpi.  Tangan yang bersih artinya menjauhkan diri dari segla perbuatan jahat, tidak turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan atau cemar, sebab  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).

     Sedangkan hati yang murni berarti tulus, bersih, jujur, tidak ada tipu muslihat dan terbebas dari segala pikiran-pikiran jahat.  Oleh sebab itu kita harus senantiasa menjaga hati kita, sebab  "...dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang."  (Matius 15:19-20a).  Tuhan memperhatikan isi hati setiap orang.  Dalam menilai seseorang Tuhan selalu melihat hati  (baca  1 Samuel 16:7b), menyelidiki segala hati, mengerti segala niat dan cita-cita  (baca  1 Tawarikh 28:9), serta mengetahui rahasia hati  (baca  Mazmur 44:22).

Ingin menerima mimpi dari Tuhan?  Jauhilah kejahatan dan milikilah hati yang murni!

Thursday, March 20, 2014

BERANI UNTUK BERMIMPI (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Maret 2014

Baca:  Kejadian 37:1-11

"Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya;"  Kejadian 37:5

Mimpi di sini bukanlah sekedar 'bunga tidur' yang biasanya kita alami saat tidur, melainkan mimpi yang besar atau impian yang dimiliki oleh setiap orang.  Bukankah setiap orang memiliki mimpi atau impian yang suatu saat ingin dicapai dalam hidupnya?  Hanya orang mati saja yang tidak memiliki mimpi atau impian.  Selama kita masih bernafas kita harus punya mimpi, karena sebuah kesuksesan diawali dengan sebuah mimpi.  Saudara ingin menjadi orang yang berhasil?  Milikilah mimpi atau impian yang besar, karena mimpi adalah sumber kekuatan, pendorong dan pembangkit semangat dalam menjalani hidup ini;  dan setiap kita pasti punya kerinduan bahwa suatu saat kelak mimpinya itu akan menjadi kenyataan.  Oleh karena itu mari berjuang dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya, tak peduli kendala yang menghadang.  Jadi memiliki mimpi adalah hak setiap orang tanpa terkecuali, dan tidak ada seorang pun yang mampu memaksa atau membatasi seseorang untuk bermimpi.

     Namun memiliki mimpi saja belumlah cukup, itu baru tangga pertama menuju keberhasilan.  Untuk selanjutnya diperlukan suatu usaha dan tindakan iman.  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).  Begitu juga dalam perjalanan kehidupan rohani, Tuhan memberikan mimpi-mimpi besar kepada umatNya, bukan hanya kepada para tokoh Alkitab yang hidup di zaman dahulu seperti yang dialami oleh Yusuf ini, tapi juga akan dinyatakan kepada umatNya yang hidup di masa sekarang.  Inilah nubuat nabi Yoel,  "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu."  (Yoel 2:28-29).

     Adapun tujuan Tuhan memberikan mimpi-mimpiNya adalah Ia hendak menyatakan kehendak dan rencanaNya kepada kita.

Mimpi adalah salah satu cara Tuhan menyatakan kehendak dan rencanaNya secara khusus dalam diri seseorang!

Wednesday, March 19, 2014

UJIAN WAKTU: Belajar Untuk Sabar (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2014

Baca:  Markus 5:21-43

"Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: 'Jangan takut, percaya saja!'"  Markus 5:36

Meski mengalami masa-masa yang kering nabi Habakuk tetap menguatkan hati kepada Tuhan:  "...aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku."  (Habakuk 3:18-19).  Pada saat yang tepat kesabaran kita pasti akan membuahkan hasil, musim gugur akan segera berlalu dan berganti dengan musim semi.  "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."  (2 Timotius 2:6).  Di musim semi inilah segala jerih lelah kita akan terbayar, apa yang kita tabur akan kita tuai, setiap pergumulan kita akan segera terjawab.  Akhirnya  "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  (Mazmur 126:5).

     Belajar sabar berarti selalu mengucap syukur kepada Tuhan di segala keadaan dan memiliki penyerahan penuh kepadaNya.  "Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan,"  (Yakobus 5:9).  Lawan kata bersyukur adalah bersungut-sungut dan mengomel.  Jika kita bertindak demikian kita sedang melangkah menjauh dari penggenapan janji Tuhan.  Karena itu  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).  Belajar sabar berarti belajar percaya pula.  Saat  dalam perjalanan menuju rumah Yairus -seorang kepala rumah ibadat yang anaknya sedang sakit keras- langkah Yesus sempat tertahan karena Ia bertemu dengan wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, sehingga mujizat bagi anak Yairus sepertinya tertunda:  anak Yairus itu pun meninggal dunia.  Tetapi pada saat yang tepat Yesus tidak menyembuhkan anak Yairus itu, melainkan membangkitkannya dari antara orang mati.  Dahsyat!

     Sepertinya Tuhan menunda-nunda waktu untuk menjawab doa kita, ternyata di balik penundaan itu ada perkara-perkara yang heran dan ajaib yang akan dinyatakan!

Tuhan tidak pernah terlambat atau terlalu cepat untuk menolong kita, yang Ia kehendaki adalah kita belajar untuk bersabar, tetap mengucap syukur dan tetap percaya kepadaNya!

Tuesday, March 18, 2014

UJIAN WAKTU: Belajar Untuk Sabar (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Maret 2014

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  Yakobus 5:7

Abraham membutuhkan waktu 25 tahun sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan untuk mendapatkan keturunan.  Ketika dipanggil keluar dari negeri nenek moyangnya  (Ur-Kasdim)  dan mendapatkan janji-janji Tuhan, Abraham berumur 75 tahun, dan kemudian Alkitab mencatat bahwa ia  "...berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya."  (Kejadian 21:5).

     Contoh lain adalah Kaleb, ia harus menunggu 45 tahun untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya.  Tertulis:  "Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;"  (Yosua 14:10).  Lalu,  "Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya."  (Yosua 14:13).  Tuhan seperti menutup mata dan tidak memperhatikan ketekunan mereka sampai terjadi penundaan begitu lama sehingga semua nampak buruk, tetapi dari kisah tokoh Alkitab ini Tuhan hendak menegaskan bahwa  "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Cepat atau lambat janji Tuhan pasti digenapiNya!

     Yakobus memberikan nasihat agar kita bersabar dalam menanti-nantikan Tuhan.  Kata sabar ini sampai diulang sebanyak 4x, bukti bahwa bersabar adalah sesuatu yang sangat penting dan merupakan kunci untuk bisa menang dalam ujian waktu Tuhan, seperti seorang petani yang dengan sabar menantikan hasil panan meski harus melewati musim gugur, suatu masa yang juga dialami Habakuk.  "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,"  (Habakuk 3:17).

Selama musim gugur tetaplah menabur dan bekerja, supaya saat musim semi tiba ada tuaian.

Monday, March 17, 2014

UJIAN WAKTU: Belajar Untuk Sabar (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Maret 2014

Baca:  Mazmur 75:1-11

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  Mazmur 75:7-8

Sebagian orang Kristen mungkin akhir-akhir ini hatinya mulai berubah, tidak lagi bersungguh-sungguh dalam Tuhan.  Semangat melayani Tuhan berangsur-angsur surut dan akhirnya padam sama sekali, tidak punya antusias terhadap perkara-perkara rohani.  Apa penyebabnya?  Selidik punya selidik, beberapa kecewa dan marah kepada Tuhan karena doanya belum beroleh jawaban.  Mereka tidak sabar menunggu waktu Tuhan!

     Setiap orang pasti berharap bahwa doa-doanya dijawab Tuhan dalam waktu sekejap, secepat kilat atau dalam waktu semalam.  Kita memaksa Tuhan untuk mengikuti kehendak kita.  Padahal kita tentu sudah sering membaca ayat firman Tuhan ini:  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9).  Ada doa yang segera dijawab oleh Tuhan, ada yang butuh waktu lebih lama, bahkan ada pula yang harus mengalami penundaan jawaban, karena Tuhan memiliki waktu tersendiri untuk menjawab doa kita.  Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, agendaNya bukanlah agenda kita, tapi  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11).  Karena itu sesulit apa pun keadaan kita biarlah kita tetap menjaga sikap hati dengan benar.

     Ada beberapa alasan mengapa kita harus menunggu waktu Tuhan.  Tuhan ingin supaya kita belajar sabar.  "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  (Amsal 16:32).  Kata sabar bisa diartikan tidak cepat marah.  Saat dalam masalah seringkali kita mudah marah, emosi dan hilang kesabaran.  Yang Tuhan kehendaki, selama doa kita belum beroleh jawaban, kita tetap bersabar menanti-nantikan waktu Tuhan.

     Daud butuh waktu 13 tahun sebelum menjadi raja Israel, walaupun ia punya kesempatan lebih cepat dengan jalan membunuh raja Saul;  namun ia tidak menggunakan  'kesempatan'  tersebut karena ia tahu itu bukanlah kehendak Tuhan.

Daud bersabar menunggu waktu Tuhan sampai Ia bertindak dan mengangkatnya.

Sunday, March 16, 2014

TIDAK HARUS FULL-TIMER

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2014

Baca:  1 Timotius 4:1-16

"Latihlah dirimu beribadah."  1 Timotius 4:7b

Olah raga sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup banyak orang, terutama sekali bagi mereka yang hidup di kota-kota besar di mana sarana dan prasarana olahraga tersedia:  fitness centre, kolam renang, lapangan tenis, futsal dan sebagainya.  Bahkan orang rela merogoh kocek berapa pun besarnya demi berolah raga, menyadari bahwa kesehatan mahal harganya.  Kalau sudah mengalami sakit, biaya yang kita butuhkan akan jauh lebih mahal, karena itu kita berusaha menjaga kesehatan tubuh, dan salah satunya dengan berolah raga.  Namun yang perlu kita perhatikan adalah:  "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Jika latihan badani itu penting walaupun terbatas gunanya, terlebih-lebih latihan rohani (ibadah) yang jauh lebih penting, karena mengandung janji untuk hidup saat ini maupun yang akan datang.  Ibadah meliputi doa pribadi, berjemaat di gereja lokal, dan terlibat dalam pelayanan.  Tanpa kesungguhan menjalankan ibadah kita tidak akan mendatangkan hasil apa-apa dan hidup kita pun tidak akan mengalami perubahan.

     Untuk menikmati kebaikan dan pertolongan Tuhan kita harus melatih kerohanian kita:  membangun persekutuan yang karib denganNya setiap waktu melalui doa, perenungan firman, tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, serta memiliki roh yang terus menyala-nyala dalam melayani pekerjaan Tuhan.  Untuk melakukan hal itu semua bukan berarti kita harus mengasingkan diri dari hiruk-pikuk keramaian dunia ini, meninggalkan pekerjaan konvensional kita, dan menjadi seorang full-timer.  Rasul Paulus adalah contoh orang yang selain melayani Tuhan dengan sungguh juga bekerja sebagai pembuat tenda untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

      "Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu."  (2 Tesalonika 3:7-8).

Kita tidak dituntut menjadi full-timer, hati kitalah yang dituntut memiliki  'hati hamba', yang senantiasa taat dan beribadah kepadaNya dengan "full heart"!

Saturday, March 15, 2014

KETAATAN: Kesempatan Beroleh Peninggian

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2014

Baca:  Ibrani 4:14-16; 5:1-10

"Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."  (Ibrani 5:6)

  Tuhan mendisain manusia dengan kehendak bebas  (free will)  agar manusia dapat belajar memahami akibat dari pilihan-pilihan hidup yang diambil.  Tuhan sangat meninginkan manusia ciptaanNya membuat keputusan yang benar dalam hidupnya yaitu mengasihi Tuhan dengan sungguh dan menaati perintah-perintahNya, dan Tuhan tidak akan pernah berdiam diri melihat orang-orang yang hidup dalam ketaatan:  Ia selalu menyediakan upah.

     Hidup dalam ketaatan inilah kehendak Tuhan bagi manusia, sedangkan ketaatan itu sendiri untuk kebaikan dan mendatangkan manfaat bagi manusia.  Yesus berkata,  "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku."  (Yohanes 14:15).  Ia sendiri telah meninggalkan teladan ketaatan kepada kita.  "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,"  (Ibrani 5:8).  Ketaatan yang ditunjukkan Yesus adalah ketaatan untuk mengalami penderitaan.  Bagi kita, untuk taat saja terasa sulit apalagi taat yang menimbulkan penderitaan.

     Tuhan Yesus harus mengalami penderitaan selama Ia hidup di dunia.  "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).  Ketaatan Yesus dalam menghadapi penderitaan membawaNya kepada kesempurnaan.  "dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek."  (Ibrani 5:9-10).  KetaatanNya dalam menyelesaikan dan menggenapi misiNya menjadikan Yesus sebagai pokok keselamatan kekal bagi semua orang yang percaya kepadaNya.  "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!"  (Filipi 2:9-11).

     Saat kita hidup dalam ketaatan itulah Tuhan berkata,  "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."  (Yohanes 15:14).  Ketaatan menjadikan kita sebagai sahabat Tuhan.

Ketaatan menghasilkan promosi dari Tuhan!

Friday, March 14, 2014

KARIB DENGAN TUHAN: Berjalan Dengan Dia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Maret 2014

Baca:  Keluaran 33:1-23

"Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu."  Keluaran 33:14

Bagaimana perasaan Saudara saat berjalan berdampingan dengan seseorang yang sangat Saudara banggakan dan andalkan dalam hidup ini?  Tentunya Saudara akan merasa aman, tenteram dan juga merasakan ketenangan.  Itulah yang akan dirasakan oleh setiap orang percaya yang senantiasa berjalan berdampingan dengan Tuhan  (karib dengan Tuhan).

     Daud memiliki pengalaman yang luar biasa berjalan dengan Tuhan, karena itu ia berkata,  "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah."  (Mazmur 62:2-3).  Ketidakmampuan berjalan sendiri dirasakan oleh Musa juga, karena itu ia sangat merindukan kehadiran Tuhan untuk menuntun, membimbing dan menyertai langkahnya.  Musa berusaha untuk melunakkan hati Tuhan supaya Ia mau berjalan bersamanya:  "Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu."  (Keluaran 33:13).  Tanpa campur tangan Tuhan mustahil Musa dapat memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah dijanjikan Tuhan.

     Dalam menjalani hidup ini jangan sekali-kali bersandar dan mengandalkan kekuatan sendiri, semua akan sia-sia.  Sebaliknya andalkan Tuhan dalam segala perkara.  Mengandalkan Tuhan berarti kita senantiasa berjalan bersama Dia setiap waktu.  Semakin kita berjalan dengan Tuhan semakin kita beroleh kekuatan untuk menjalani hari-hari kita yang penuh dengan pergumulan hidup ini.  Memang, berjalan dengan Tuhan bukan berarti kita akan terbebas dari masalah, tapi di setiap permasalahan yang terjadi kita tidak menghadapinya sendirian karena ada Tuhan yang siap untuk menopang kita.  Tuhan berjanji,  "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu."  (Yesaya 46:4).

Jalan bersamaNya hidup kita penuh mujizat;  terhadap orang yang karib denganNya diberitahukanNya perjanjianNya dan dinyatakan kuasaNya  (baca  Mazmur 25:14).

Thursday, March 13, 2014

KARIB DENGAN TUHAN: Menyalibkan Kedagingan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2014

Baca:  Roma 8:1-17

"Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."  Roma 8:13

Tak bisa disangkal bahwa tubuh jasmani kita seringkali memberontak bila diajak untuk berdoa dan menyembah Tuhan, apalagi dalam waktu yang cukup lama.  Jangankan menyediakan waktu sejam, berdoa untuk beberapa menit saja rasa-rasanya kita sudah tidak tahan, kehabisan bahan doa, merasa lelah, ngantuk karena seharian bekerja, belum lagi gangguan dari orang lain yang membuat kita tidak fokus berdoa.  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Hal ini makin diperparah dengan kehadiran Iblis yang tidak pernah berhenti untuk menghalangi niat dan keinginan kita untuk berdoa, sebab Iblis tahu benar jika kita tekun berdoa maka ia sangat dirugikan.  Karena itu berbagai cara dilakukannya untuk menghadirkan penghalang-penghalang supaya orang percaya jatuh.  Jika selama ini kita seringkali gagal dalam membangun kekariban dengan Tuhan, jangan langsung menyerah, teruslah mencoba.  Lakukan sampai berdoa itu menjadi kebiasaan kita sehari-hari.

     Membangun kekariban dengan Tuhan berbicara tentang ketaatan, sebab  "...jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."  (Yakobus 4:17).  Meskipun berulang kali mendengar khotbah atau membaca buku tentang kekariban dengan Tuhan, namun jika hati kita belum juga tersentuh, maka kita tidak akan pernah mau melakukan seperti yang diperintahkan.  Karena itu mintalah kepada Roh Kudus agar Ia memperbaharui hati kita supaya kita benar-benar memiliki hati yang taat.  Ketaatan bukan karena dipaksa orang lain, melainkan didasari oleh kerinduan untuk menyenangkan Tuhan.

     Tuhan berjanji,  "Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka."  (Yehezkiel 11:19-20).

Karib dengan Tuhan berarti mampu menang atas kedagingan dan mau hidup dalam pimpinan Roh Kudus!

Wednesday, March 12, 2014

KARIB DENGAN TUHAN: Berani Bayar Harga

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2014

Baca:  Markus 14:32-42

"Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: 'Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.'"  Markus 14:32b

Kunci keberhasilan pelayanan Yesus bukanlah karena Dia memanfaatkan keilahianNya sebagai Putera Allah, tetapi karena ia senantiasa membangun persekutuan yang karib dengan Bapa di sorga.  Yesus tidak pernah mengabaikan jam-jam doaNya.  Supaya pekerjaan, studi, pelayanan dan apa pun yang kita kerjakan berhasil, kita harus meneladani Yesus yaitu memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan setiap waktu dan meningkatkan jam-jam doa kita.  Ada banyak orang Kristen yang sibuk melayani pekerjaan Tuhan dengan jadwal pelayanan yang begitu padat tapi mereka melupakan saat teduh secara pribadi.  Pulang dari pelayanan sudah larut malam, badan terasa capai dan akhirnya kita tidak punya waktu lagi untuk berdoa.  Lalu kita menganggapnya sebagai hal yang biasa, Tuhan pasti bisa memaklumi, kita pikir yang penting sudah melakukan pelayanan!

     Jangan bangga dengan aktivitas pelayanan kita jika kita sendiri tidak karib dengan Tuhan secara pribadi.  "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:22-23).  Kata tidak mengenal artinya tidak karib.  Alangkah malangnya jika kita tidak dikenal oleh Tuhan, padahal selama ini kita sudah malang-melintang di dunia pelayanan.  Kekariban dengan Tuhan inilah yang akan menjadi jaminan bahwa kita dikenal oleh Tuhan.  Rasul Paulus berkata,  "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:8).

     Kekariban dengan Tuhan tidak terjadi secara instan, namun membutuhkan proses yang terus-menerus seumur hidup kita.  Kita tidak bisa langsung karib dengan Tuhan hanya dengan mendengarkan kotbah tentang kekariban yang disampaikan oleh seorang hamba Tuhan di gereja atau membaca buku rohani yang bertemakan kekariban. 

Sesibuk apa pun tugas dan pelayanan kita jangan pernah lupakan jam-jam doa!

Tuesday, March 11, 2014

FIRMAN+IMAN+TAAT=MUJIZAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2014

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman",  Ibrani 3:15

Ada banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa iman dan firman itu adalah dua hal yang terpisah, tidak ada kaitan sama sekali.  Benarkah?  Sesungguhnya iman dan firman Tuhan adalah dua hal yang tak terpisahkan, merupakan satu kesatuan.  Tidak ada firman tidak ada iman, karena iman timbul akibat mendengar firman Tuhan.  "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Ketika kita taat melakukan apa yang kita dengar kita akan mengalami perkara yang heran dan ajaib.  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     Ketika mendengar suara Tuhan,  "Datanglah!"  (Matius 14:29), timbul iman dalam diri Petrus sehingga ia pun turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.  Karena iman, Petrus dapat melakukan hal yang secara manusia mustahil untuk dilakukan.  Iman Petrus timbul setelah ia mendengar firman Tuhan, di mana iman itu disertai dengan perbuatan atau tindakan.  "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).  Mendengar firman Tuhan, lalu timbul iman, dan kemudian taat melakukan firman yang telah didengar adalah langkah untuk mengalami mujizat.

     Ketika taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan melalui abdiNya  (Elia), janda Sarfat juga mengalami mujizat dan perkara-perkara yang mustahil.  "Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia."  (1 Raja-Raja 17:16).

     Kita pun akan mengalami perkara-perkara besar ketika kita taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar.  Sebaliknya, selama kita masih mengeraskan hati, berjalan dengan kekuatan sendiri dan tidak mau taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar, mujizat dan perkara-perkara ajaib itu akan semakin jauh dari kehidupan kita.

Kekerasan hati dan ketidaktaatan adalah penghalang utama untuk mengalami perkara-perkara yang mustahil!

Monday, March 10, 2014

TIDAK BERPUAS DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2014

Baca:  Filipi 3:1-16

"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus."  Filipi 3:12

Gelar atau mahkota kemenangan atlet adalah buah dari usaha dan kerja kerasnya.  Tanpa usaha dan kerja keras adalah mustahil ia meraih keberhasilan atau tampil sebagai pemenang.  Seorang atlet akan menjadi juara atau pemenang apabila ia berhasil melawan lawan-lawannya di setiap pertandingan yang diikutinya.  Melalui kompetisi atau perlombaan inilah kualitas dan kemampuan seorang atlet diuji;  adakah atlet yang setelah meraih satu gelar juara langsung berpuas diri dan berhenti berjuang?  Semua atlet pasti haus akan gelar dan berjuang meraihnya sebanyak mungkin.  Jika ada atlet yang setelah sekali menjadi juara berpuas diri dan tidak mau turut dalam kompetisi lagi sudah bisa dipastikan bahwa karirnya tidak akan bertahan lama dan pada akhirnya akan tamat.

     Dalam kehidupan rohani kita pun sedang berada di arena perlombaan iman.  Dalam hal ini bukan untuk mencari siapa yang lebih unggul atau yang lebih utama, tetapi firman Tuhan hendak menanamkan kepada kita bagaimana memiliki hidup yang berkemenangan di segala keadaan.  Di depan ada banyak sekali rintangan, situasi-situasi sulit dan pergumulan hidup yang berat.  Sebagai manusia kita ini banyak kelemahan dan tidak menutup kemungkinan kita jatuh dalam kesalahan-kesalahan.  Namun jika kita memiliki tujuan hidup yang benar, dengan mata yang tertuju kepada Tuhan dan janji firmanNya, kita akan tidak akan udah menyerah pada keadaan dan berpuas diri.  Rasul Paulus senantiasa pantang menyerah, apalagi berpuas diri.  Ia terus  "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  (Filipi 3:14).

     Saat ini banyak orang Kristen yang merasa puas dengan ibadah, pelayanan dan doanya.  Mereka merasa kerohaniannya lebih baik dari orang Kristen lainnya.  Apakah kita juga demikian?

Paulus tidak pernah membiarkan dirinya terlena, ia terus berusaha mengejar perkara-perkara rohani lebih lagi, itulah sebabnya rohnya terus menyala-nyala bagi Tuhan!

Sunday, March 9, 2014

MELAYANI PEKERJAAN TUHAN (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2014

Baca:  Yohanes 12:20-36

"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."  Yohanes 12:26

Sebagai hamba atau pelayan Tuhan kita harus selalu mengikuti ke mana pun Dia pergi;  dan di mana pun ia berada di situ juga seharusnya kita berada  (ayat nas).  Artinya tunduk dan taat kepada kehendak Tuhan sepenuhnya, tidak boleh bekerja menurut kemauan sendiri karena tugas hamba hanyalah melakukan apa pun yang diperintahkan majikannya.

     Komitmen pelayan Tuhan seharusnya demikian:  "Aku telah disalibkan dengan Kristus;  namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."  (Galatia 2:19b-20).  Kita tidak mungkin dapat melayani Tuhan dengan benar apabila kita sendiri tidak mau melekat dan tinggal di dalam Dia.  Tuhan Yesus berkata,  "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku."  (Yohanes 15:4).  Jadi kita harus memiliki persekutuan intim denganNya supaya kita dapat mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita kerjakan, sebab kita tidak boleh sembarangan dalam melayani pekerjaan Tuhan, dikarenakan yang kita kerjakan berkenaan dengan kebenaran yaitu firman Tuhan.  Yesus berdoa kepada Bapa,  "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran."  (Yohanes 17:17).  Pelayan Tuhan harus memberitakan kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu sendiri.

     Pelayanan kepada Tuhan adalah pekerjaan Roh, maka dari itu kita harus memberi keleluasaan kepada Roh Kudus untuk bekerja.  Jadi kita melayani bukan dengan kekuatan atau mengandalkan pikiran kita sendiri, tapi sepenuhnya mengandalkan Roh Kudus dan berada di bawah kendaliNya sehingga pelayanan yang kita lakukan menjadi hidup dan penuh gairah.  "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam."  (Zakharia 4:6b).

Melayani Tuhan berarti tunduk pada kehendakNya dan mau dipimpin Roh Kudus!

Saturday, March 8, 2014

MELAYANI PEKERJAAN TUHAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2014

Baca:  Roma 14:13-23

"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."  Roma 14:17

Salah satu wujud kebaikan dan kepercayaan Tuhan adalah diberikanNya talenta kepada kita agar kita pakai sungguh-sungguh untuk kepentingan pekerjaanNya.  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat."  (Matius 25:15).  Ketika kita mempergunakan talenta yang Tuhan berikan berarti kita sedang melayani Tuhan.

     Ada banyak anak Tuhan yang menyia-nyiakan talenta dan membuang begitu saja kesempatan yang diberikan kepadanya untuk melayani, padahal pelayanan adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya yang seharusnya membuat kita bangga karena telah dipercaya oleh Tuhan.  Memutuskan menjadi pengikut Kristus berarti harus siap dan rela melayani Dia dengan seluruh keberadaan hidup kita:  "...siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,"  (2 Timotius 4:2)  untuk bersaksi, menceritakan Tuhan Yesus kepada orang lain dan memberikan firmanNya.  Kita harus selalu memiliki roh yang menyala-nyala untuk Tuhan.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).

     Hal penting lain yang harus kita perhatikan dalam pelayanan adalah perihal motivasi hati tulus dan murni yang harus kita miliki.  Jangan sampai ada kepentingan-kepentingan terselubung:  uang, mencari keuntungan diri sendiri, kemudian bermulut manis dengan kata-kata yang muluk-muluk supaya dipuji dan dihormati orang lain;  namun teladanilah rasul Paulus ini:  "Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku."  (2 Timotius 1:3).  Itulah sebabnya pelayanan Paulus membawa dampak yang luar biasa bagi banyak orang.

     Jadi pelayan Tuhan yang benar harus bersikap sebagai hamba Tuhan, bukan hamba manusia, sehingga walaupun mengalami penderitaan, kesesakan dan kesukaran tetap memberitakan firman Tuhan dengan sikap hati yang tidak mudah berubah.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  Yohanes 9:4

Friday, March 7, 2014

MELAYANI PEKERJAAN TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2014

Baca:  Roma 12:1-8

"Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani;"  Roma 12:7

Arti kata melayani berarti berkorban, memberi dan membagikan apa yang dimilikinya, seperti pelita atau lilin yang membagikan terang kepada sekelilingnya.

     Melayani pekerjaan Tuhan berbeda dari konsep dunia:  ada garis perintah menurut tingkat kedudukan atau jabatan, artinya siapa yang mempunyai kedudukan atau jabatan lebih tinggi berkuasa dan berhak untuk memerintah mereka yang berada di bawahnya.  Namun dalam hal melayani pekerjaan Tuhan yang terjadi justru sebaliknya, siapa yang mau menjadi besar atau terkemuka justru harus menjadi pelayan atau hamba bagi sesamanya,  "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).  Dengan demikian orang yang menyebut diri sebagai pelayan Tuhan harus lebih banyak memberi, melayani dan memiliki hati seorang hamba.  Maka,  "Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."  (Lukas 17:10).

     Seseorang yang dewasa rohani tentu memiliki kerinduan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan sehingga mendorongnya untuk terlibat dalam pelayanan.  Mengapa kita harus melayani Tuhan?  Karena kita adalah umat pilihan Tuhan, kita dipilih dan dipindahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dengan tujuan supaya kita melayani Dia dan menjadi partner kerjaNya.  Dalam wujudnya, pelayanan kepada Tuhan tersebut kita tujukan kepada sesama:  memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa yang terhilang, mendoakan orang sakit, menjadi donatur gereja, menasihati dan membimbing orang lain untuk bertobat dan sebagainya.  Perhatikan!  Pada saat percaya kepada Tuhan Yesus status kita bukan lagi menjadi hamba dosa, sebab Tuhan telah melepaskan kita dari dosa melalui pengorbananNya, namun kita menjadi hamba kebenaran sehingga kita pun dilayakkan untuk menjadi pelayanNya.  Dahulu kita melayani dosa, tetapi sekarang kita dipanggil untuk melayani Tuhan karena kita telah menjadi hamba-hambaNya.

Kesempatan melayani merupakan wujud kebaikan dan kepercayaan Tuhan kepada kita sebagai orang percaya, karena itu jangan pernah sia-siakan!

Thursday, March 6, 2014

MENJADI ORANG KRISTEN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2014

Baca:  Kisah 11:19-30

"Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen."  Kisah 11:26

Banyak orang Kristen sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan tapi masih belum memahami benar arti menjadi seorang Kristen.  Yang mereka tahu orang kristen beribadah di gereja dan kitab yang dibaca adalah Injil.  Sedangkal itukah pemahaman kita?

     Kalau kita baca secara teliti di dalam Alkitab, kata Kristen memiliki beberapa arti, di antaranya adalah:  1.  Kristen artinya pengikut Kristus.  Kalau kita mengaku diri sebagai orang Kristen berarti kita telah berkomitmen seumur hidup untuk mengikut Yesus, bukan mengikut ilah lain.  Mengikut Tuhan Yesus berarti kita mengikut jejakNya dan meneladani hidupNya.  Nasihat Paulus kepada kita,  "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus."  (1 Korintus 11:1).

     2.  Orang Kristen adalah orang yang bersaksi tentang Kristus kepada orang lain.  Inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus, bersaksi kepada Agripa tentang Kristus hingga Agripa menjawab,  "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!"  (Kisah 26:28).  Sudahkah kita menjalankan tugas sebagai saksi-saksi Kristus yang baik di tengah dunia ini melalui perkataan dan perbuatan kita?  Ingat, kita adalah garam dunia dan terang dunia.  Menyedihkan sekali jika banyak orang Kristen yang malu bersaksi tentang Kristus.  Jangankan bersaksi kepada orang lain, membuka jati dirinya sebagai orang Kristen saja enggan karena takut reputasinya hancur, takut kehilangan jabatan, takut popularitasnya menurun, ditinggalkan oleh fans dan sebagainya.

     3.  Orang Kristen adalah orang yang siap dan berani menderita bagi Kristus.  "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu."  (1 petrus 4:14-16).

"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  Filipi 1:21-22

Wednesday, March 5, 2014

PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2014

Baca:  1 Yohanes 1:5-10

"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."  1 Yohanes 1:7

Persekutuan dengan Tuhan dapat terwujud salah satunya melalui ibadah, karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada, serta beribadahlah dengan hati yang takut akan Tuhan, bukan asal-asalan dan bukan pula karena terpaksa.  "Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar,"  (Mazmur 2:11);  "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!"  (Mazmur 100:2).

     Kita diminta terus melatih diri dalam hal ibadah:  "Latihlah dirimu beribadah."  (1 Timotius 4:7b).  Mengapa?  Karena  "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan, serta mendengar suaraNya melalui firman, sehingga kita bisa merasakan hadiratNya hadir di tengah-tengah kita.  Hendaknya persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah ini kita lakukan dengan nyala cinta, bukan sekedar kebiasaan rutin.  Daud menyukai berada di rumah Tuhan:  "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  (Mazmur 84:2).

     Persekutuan dengan Tuhan hendaknya jangan hanya terucap di bibir saja, tetapi harus dilakukan dalam tindakan nyata.  Jangan sampai Tuhan tidak berkenan dengan tindakan kita seperti ini:  "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."  (Matius 15:8-9).  Namun tidak mungkin orang beribadah kepada Tuhan dengan sungguh jika kehidupan sehari-harinya masih penuh tindakan tidak terpuji, hidup dalam kegelapan atau terus berkompromi dengan dosa.  Orang yang demikian adalah pendusta.  "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran."  (1 Yohanes 1:6).

Bukti nyata kita beribadah sungguh kepada Tuhan adalah hidup taat dan hal itu terlihat nyata melalui perubahan karakter dan tingkah laku kita sehari-hari!

Tuesday, March 4, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Membangun Persekutuan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2014

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  Mazmur 84:11

Aspek lain yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani adalah apabila ia suka bersekutu dengan Tuhan dan juga dengan sesama saudara seiman.  Persekutuan dengan Tuhan ini mutlak dimiliki setiap orang percaya, demikian juga persekutuan dengan sesama.

     Kata persekutuan artinya dipersatukan menjadi satu.  Jadi apabila ada persekutuan akan terjadi ikatan antara satu dengan lainnya begitu erat, bersatu dan tidak dapat dipisahkan.  Betapa pentingnya ikatan persekutuan ini sehingga banyak ayat Alkitab yang menyatakan tentang hal ini, contoh:  "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!"  (Pengkotbah 4:9-10).  Maka dari itu Rasul Paulus pun menasihati,  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).

     Bersekutu dengan Tuhan berarti senantiasa melekat pada pokok anggur yaitu Tuhan Yesus, sebab kita ini adalah carang-carangNya.  Tidak mungkin carang bisa hidup tanpa menempel pada pokoknya, demikian juga kita tidak dapat hidup tanpa bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.  "Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku."  (Yohanes 15:4b).  Jadi kalau kita tidak tinggal tetap di dalam Kristus kita tidak bisa menghasilkan buah.  Bukan hanya tidak bisa berbuah, tapi lambat laun kita bisa mengalami kematian atau kekeringan rohani karena tidak ada siraman air hidup yang biasa diperoleh melalui persekutuan tersebut.  Di luar Tuhan atau tanpa persekutuan dengan Tuhan Yesus mustahil kerohanian bisa bertumbuh.

Persekutuan dengan Tuhan harus selalu kita bina terus-menerus, bukan waktu-waktu tertentu saja.

Monday, March 3, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Rela Meninggalkan Segala Sesuatu

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Maret 2014

Baca:  Ibrani 6:1-8

"Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah,"  Ibrani 6:1

Bukti kedewasaan rohani orang Kristen adalah kesiapan meninggalkan segala sesuatu;  rela meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru.  Ada tindakan iman yaitu berani keluar dari comfort zone yang selama ini membelenggu dan enggan kita tinggalkan.

     Abraham membuat tindakan iman ketika mendapat perintah dari Tuhan:  "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;"  (Kejadian 12:1).  Lalu  "...pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya,"  (Kejadian 12:4).  Begitu juga dengan Musa:  "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."  (Ibrani 11:24-25).  Bangsa Israel, umat pilihan Tuhan, harus meninggalkan Mesir, berarti meninggalkan masa perbudakan di Mesir, termasuk meninggalkan segala pikiran dan kebiasaan hidup lama mereka meski di tengah perjalanan mereka seringkali mengeluh, bersungut-sungut dan berkeinginan untuk kembali.  Rasul Paulus pun bertekad kuat,  "...karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:8).

     Kita dikatakan dewasa rohani bila kita dengan sepenuh hati tunduk kepada pimpinan Roh kudus dan meninggalkan segala yang salah dan jahat.  Artinya kita tidak lagi berkompromi dengan segala perkara yang mendatangkan kebencian dalam hati Tuhan.  Setiap orang yang meninggalkan segala sesuatunya bagi Kristus tidak aakan pernah mengalami kerugian.  Sebaliknya ia akan memiliki pengalaman-pengalaman rohani yang luar biasa.  Mengalami iman inilah yang akan menolong kita untuk meninggalkan segala perkara yang selama ini menjadi penghalang bagi kita untuk mengikut dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.

Tuhan rela turun ke dunia melayani, bahkan memberikan nyawaNya bagi kita;  biarlah dengan iman kita pun memiliki kerelaan meninggalkan segalanya bagi Dia.

Sunday, March 2, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Bertekun Dalam Doa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2014

Baca:  Yesaya 56:1-8

"sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa."  Yesaya 56:7b

Daud senantiasa mencintai firman Tuhan,  "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari."  (Mazmur 119:97)  karena hidup tanpa firman Tuhan itu seperti hidup di dalam kegelapan yang pekat.  Sungguh,  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Tuhan juga mengingatkan Yosua,  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).  Sudah seharusnya kita memiliki komitmen untuk menjadi pelaku firman Tuhan, supaya kita disebut berbahagia oleh setiap perbuatan yang kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan.  "...barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."  (Yakobus 1:25).

     Komitmen hidup taat merupakan perekat hubungan kita dengan Tuhan, sebab jika tidak ada tekad untuk melakukan firman Tuhan secara terus-menerus, dalam waktu yang singkat iman kita akan goyah dan kerohanian kita akan merosot.  Komitmen inilah yang makin mendewasakan kita di dalam iman sehingga kita semakin hari semakin berkenan di mata Tuhan.  Selain itu kita harus bertekun dalam doa.  Doa yang dimaksud bukanlah doa yang sarat kepentingan pribadi, atau doa yang dilakukan hanya saat ada persoalan, melainkan yang dibangun setiap waktu, yang didasari kerinduan untuk bersekutu dan bergaul karib dengan Tuhan, sehingga doa menjadi gaya hidup atau kebiasaan yang dilakukan setiap hari, seperti Daniel,  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).

     Seorang yang belum dewasa rohani amatlah sulit untuk bercakap-cakap dengan Tuhan, kecuali hanya bisa meminta.

Seseorang dewasa rohani tahu membangun persekutuan intim dan menjaga komunikasi dengan Tuhan;  isi doanya sarat pjji-pujian dan penyembahan bagiNya.

Saturday, March 1, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Merenungkan Firman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2014

Baca:  Mazmur 119:41-56

"Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:48

Kedewasaan rohani seseorang tidak bisa kita ukur dengan umur atau usia orang tersebut.  Mungkin kita akan dengan mudah menebak berapa umur seseorang dari cici-ciri fisiknya yang memang sudah nampak jelas dan bisa kita kira-kira.  Namun menilai kedewasaan rohani seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kita hanya tahu orang tersebut secara sekilas tanpa pernah bergaul karib dengan waktu yang cukup lama.

     Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari karakter dan buah Roh yang dihasilkannya, sebab  "...dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."  (Matius 7:20), karena itu  "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Inilah kehendak Tuhan,  "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala."  (Efesus 4:13-15).

     Ada aspek yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani, di antaranya adalah firman Tuhan.  Firman Tuhan adalah makanan rohani orang percaya.  "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."  (Matius 4:4).  Sama halnya dengan tubuh jasmani yang terus mengkonsumsi makanan yang bergizi, tubuh rohani kita pun harus mengkonsumsi firman Tuhan.  Semakin kita mencintai firman Tuhan dan merenungkan itu siang dan malam, perbuatan dan karakter kita pun akan semakin diperbaharui dari hari ke sehari, sebab  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  (2 Timotius 3:16).  Semakin kita merenungkan firman Tuhan, maka semakin kita rindu untuk menyenangkan hati Tuhan di segala aspek kehidupan kita.

Pertanyaan:  seberapa besar rasa haus dan lapar kita terhadap firman Tuhan?

Friday, February 28, 2014

MURAH HATIKAH KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2014

Baca:  Matius 5:1-12

"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."  Matius 5:7

Ayat nas diatas menyatakan bahwa jika kita ingin beroleh kemurahan, maka kita pun harus bermurah hati.  Adapun arti kata  'murah hati'  adalah suka memberi, tidak pelit dan suka menolong.  Karakter inilah yang harus dikembangkan dalam diri setiap diri anak-anak Tuhan, sebab keKristenan itu identik dengan kasih dan salah satu bukti bahwa kita memiliki kasih adalah murah hati.  Kemurahan juga merupakan salah satu buah-buah Roh yang harus kita hasilkan  (baca  Galatia 5:22-23).  Namun faktanya?  Banyak orang Kristen yang tidak punya sifat murah hati, mereka lebih suka menerima daripada memberi.  Padahal Alkitab menyatakan,  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35).  Seringkali kita berpikir bahwa yang berbahagia adalah orang yang suka menerima, karena ia mendapat sesuatu dari orang lain.  Mulai hari ini mindset itu harus dirubah!  Justru kebahagiaan itu ada dalam diri orang yang suka memberi.  Memberi, saat memberi atau menabur, harus ada yang dikorbankan dan itu mungkin terasa sangat berat bagi kita, tapi percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tertidur, Dia melihat apa yang telah kita perbuat untuk-Nya dan juga sesama.

     Mengapa kita harus murah hati?  Karena Bapa kita di sorga  "...seumur hidup Ia murah hati;"  (Mazmur 30:6), dan sebagai anak-anak-Nya, kita wajib dan harus mengikuti jejak-Nya.  "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."  (Lukas 6:36).  Bukti nyata bahwa Bapa itu Maha pemurah adalah Ia rela memberikan Putera-Nya Yesus Kristus untuk mati di kayu salib demi menebus dosa umat manusia, yang oleh-Nya kita diselamatkan.  Selama pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus juga selalu menunjukkan kasih dan kemurahan hati terhadap semua orang.  Maka dari itu,  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).

     Bermurah hati atau suka memberi itu tidak selalu identik dengan berkorban uang atau materi.  Tapi kita yang diberkati Tuhan, adalah wajib bagi kita untuk memberkati orang lain, karena tujuan Tuhan memberkati kita adalah supaya kita dapat menjadi berkat.

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5

Thursday, February 27, 2014

JANGAN HITUNG-HITUNGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2014

Baca:  Yohanes 6:1-15

"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan;"  Yohanes 6:9

Jika sampai saat ini kita tidak menuai apa-apa, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengoreksi diri sendiri, mungkin selama ini kita tidak pernah menabur, pelit dan menggenggap erat harta untuk diri sendiri.  Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua jenis orang sukar sekali mengalami berkat-berkat Tuhan.  Mereka adalah orang yang sukar sekali mengalami berkat-berkat Tuhan.  Mereka adalah seorang pemalas dan seorang kikir.  Bagaimana kita bisa menikmati berkat Tuhan jika kita malas dan tidak mau bekerja?  Rasul Paulus dengan tegas mengatakan,  "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  (2 Tesalonika 3:10).  Di dalam Amsal 20:4 juga tertulis,  "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa."  Sementara, orang yang kikir tidak akan menerima berkat dari Tuhan, karena ia tidak pernah menabur, maunya hanya menerima saja.  "Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan."  (Amsal 28:22).

     Sesungguhnya, Tuhan memerintahkan kita untuk memberi adalah demi kebaikan kita, Tuhan sama sekali tidak diuntungkan dengan pemberian kita, karena Dia adalah Pemilik segala-galanya.  Dibutuhkan iman untuk bisa melakukan kehendak Tuhan ini.  Ketika seorang anak menyerahkan lima roti dan dua ikan, secara otomatis sudah tidak ada makanan untuk dimakan.  tetapi karena ia rela berkorban dan memberikan semuanya kepada Yesus, maka terjadilah perlipatan yang luar biasa.  Tidak ada rumus manapun yang bisa menyatakan bahwa dengan lima roti dan dua ikan, dapat memberi makan 5000 orang dengan kenyang, bahkan masih ada sisa sebanyak 12 bakul penuh.

     Semakin kita memiliki keberanian untuk memberi, berarti kita memberi kesempatan seluas-luasnya kepada Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya.  Oleh karena itu,  "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  (Amsal 3:9-10).

Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, berilah yang terbaik yang kita miliki kepada Tuhan, maka pada saatnya Ia akan melimpahkan berkat-Nya dengan berlipatkali ganda, karena Dia Tuhan yang tidak pernah berhutang kepada umat-Nya.

Wednesday, February 26, 2014

MEMBERI SEBAGAI GAYA HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2014

Baca: 2 Korintus 9:6-15

"Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;"  2 Korintus 9:10

Untuk kesekiankalinya, kita diingatkan bahwa dalam kehidupan ini, ada yang namanya hukum tabur tuai.  Semakin banyak kita menabur, semakin banyak pula yang akan kita tuai.  Dan  "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).

     Alkitab menyatakan bahwa kita akan menerima jika kita memberi, bahkan kita akan menerima lebih banyak dari yang kita beri.  "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  Intinya adalah kita akan menerima setelah kita memberi.  Dan Tuhan menghendaki kita untuk memberi dengan hati rela dan yang terbaik, sebab apa yang ditabur orang itu juga yang dituainya  (baca  Galatia 6:7).

     Dunia memiliki prinsip yang berbeda dengan firman Tuhan dalam hal memberi.  Dunia berprinsip bahwa jika kita banyak memberi, maka milik kita akan semakin berkurang dan kita akan mengalami kekurangan.  Oleh karena itu, kita harus menghemat begitu rupa, kalau perlu kita menjadi orang yang kikir atau pelit.  Perhatikan firman Tuhan ini!  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."  (Amsal 11:24-25).  Secara logika dan rumus matematika, itu tidak masuk akal, sebab semua orang yang menyebar harta, tentunya ia akan kehilangan banyak harta.  Namun, Tuhan berjanji bahwa orang yang banyak menabur tidak akan berkekurangan, malah akan berkelimpahan.  Alkitab menambahkan,  "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,"  (Amsal 11:17).  Jadi, memberi adalah perintah Tuhan bagi setiap orang percaya, tanpa terkecuali.  Perintah Tuhan adalah untuk ditaati, bukan untuk dilanggar.

Tuhan menghendaki kita menjadi orang yang murah hati, bukan pelit atau kikir.

Tuesday, February 25, 2014

KESEMBUHAN: Kehendak Tuhan Bagi Kita (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2014

Baca:  3 Yohanes 1:1-4

"...aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja."  3 Yohanes 1:2

Banyak orang Kristen mengakui bahwa firman Tuhan itu hidup dan berkuasa, tapi dalam hal kesembuhan, tidak sedikit dari mereka yang tidak percaya dan masih sangsi.  Mereka baru mau percaya bila sudah merasakan dan melihat kesembuhan terlebih dahulu.  Mereka minta bukti!  Mereka lebih percaya kepada pendapat manusia daripada firman Tuhan.  Disinilah terjadi peperangan yang besar antara panca indera dan iman.

     Seorang anak Tuhan yang mempunyai iman yang teguh akan tampil sebagai pemenang dalam peperangan ini dan ia akan menyerahkan hidupnya secara penuh kepada Tuhan.  Oleh imannya, ia akan tetap bisa mengucap syukur dan berpikiran positif, walaupun tubuh nya masih lemah dan sakit.  Oleh imannya, mata terus memandang kepada Tuhan Yesus yang telah menanggung segala sakit-penyakitnya.  Ketika bangsa Israel berjalan di padang gurun, dalam kurun waktu yang cukup lama, Tuhan memelihara mereka begitu rupa, sehingga tidak seorang pun dari mereka yang lemah dan sakit, semua sehat dan kuat,  "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini."  (Ulangan 8:4).

     Ayub, seorang yang hidup saleh, jujur, takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan, suatu ketika harus mengalami penderitaan karena serangan iblis.  "Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya."  (Ayub 2:7).  Ketika melihat orang lain sakit dan menderita, seringkali dengan gampangnya kita memvonis dan menghakimi mereka.  Berhentilah untuk menghakimi!  Sebab  "...ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Ayub 7:2).  Setelah mengerti kebenaran bahwa Tuhan merancangkan hal-hal yang baik, maka mulai sekarang janganlah pandang lagi kepada penyakit Saudara!  Sebaliknya, percayalah kepada Tuhan Yesus dan firman-Nya, sebab di balik firman Tuhan ada kuasa yang ajaib:  kuasa untuk mencipta, kuasa untuk melepaskan, kuasa untuk menyembuhkan dan kuasa untuk menyelamatkan.  Jadi, kesehatan dan kesembuhan adalah berkat yang telah disediakan Tuhan bagi kita.

"Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."  Matius 8:17

Monday, February 24, 2014

KESEMBUHAN: Kehendak Tuhan Bagi Kita (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2014

Baca:  Mazmur 41:1-14

"TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya."  Mazmur 41:4

Menderita sakit atau mengalami penderitaan tubuh yang disebabkan oleh penyakit itu bukanlah kehendak Tuhan, karena Dia tidak senang melihat umat-Nya menderita, sama halnya ketika Ia melihat umat-Nya hidup dalam dosa.  Itulah sebabnya, Tuhan Yesus rela menanggung segala dosa dan penyakit kita, melalui kematian-Nya di bukit Golgota.  Tertulis,  "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."  (1 Petrus 2:24), dan Ia melakukan itu sekali dan berlaku untuk selama-lamanya.  "...Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya."  (Ibrani 9:26b).

     Darah Kristus telah menyucikan segala dosa kita dan bilur-Nya menyembuhkan segala penyakit kita.  Hal ini menunjukkan bahwa dari pihak Tuhan, memang sudah pasti Tuhan merancangkan kesembuhan bagi kita dan harga untuk penebusan penyakit kita, sudah dibayar oleh-Nya di Kalvari.  Tuhan Yesus telah menggenapkan keselamatan dengan sempurna, karena Ia sudah bangkit dengan kemenangan yang gilang gemilang, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya, beroleh keselamatan, termasuk di dalam kesembuhan dan kesehatan.

     Jika diantara pembaca renungan ini sedang menderita sakit, mari kita memegang teguh kebenaran firman Tuhan ini:  Tuhan mau menyembuhkan semua orang yang percaya kepada-Nya.  Tidak ada alasan sedikitpun bagi untuk ragu dan bimbang terhadap janji firman-Nya, sebab Tuhan bukanlah manusia yang mudah sekali ingkar dan berdusta,  "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?"  (Bilangan 23:19).  Memiliki keyakinan yang kuat bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan sakit kita adalah langkah awal kepada kehidupan yang sehat.  Jangan pedulikan bisikan iblis yang tak pernah berhenti melemahkan iman kita dengan berkata:  "Engkau masih terbaring di tempat tidur.  Engkau masih sakit.  Sakitmu tidak mungkin sembuh dan dokter sudah mengangkat tangan!"  Dan berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah dan putus asa.

Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, percaya itu!

Sunday, February 23, 2014

KUNCI KESEMBUHAN: Hidup Dalam Ketaatan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2014

Baca:  Amsal 3:1-35

"...takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;  itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu."  Amsal 3:7-8

Jika kita baca di dalam Alkitab, salah satu pekerjaan penting yang dilakukan Tuhan Yesus adalah menyembuhkan semua orang sakit yang datang kepada-Nya dengan iman:  yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang kusta ditahirkan, segala dapat disembuhkan oleh kuasa Tuhan dengan heran dan ajaib.  Kuncinya adalah datang kepada Yesus dengan penuh iman.  Dan kuasa kesembuhan itu masih berlaku hingga detik ini.

     Selain daripada itu, untuk mengalami kesembuhan dari Tuhan adalah kita harus hidup dalam ketaatan.  "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau."  (Keluaran 15:26).  Daud berkata,  "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia."  (Mazmur 103:13).  Kata  'takut'  disini artinya seseorang yang memiliki kesadaran penuh akan kekudusan dan kebenaran Tuhan, sehingga ia pun berketetapan hati untuk tidak mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan, tindakan atau perbuatan untuk hidup menurut firman-Nya dan menjauhi segala bentuk kejahatan  (dosa), atas dasar kasih kepada Tuhan, bukan karena terpaksa atau desakan dari pihak lain.  Terhadap orang yang demikian, Tuhan akan menyatakan kasih dan sayang-Nya.  Dan ketika orang tersebut datang kepada Tuhan dengan sikap hidup yang benar, berdoa memohon kesembuhan, maka Tuhan akan senang memberikan segala berkat-Nya, termasuk kesembuhan bagi tubuhnya.  Apabila kita datang kepada Tuhan dengan sikap hidup yang benar, maka kita pasti akan mengalami mujizat Tuhan, sebab Tuhan selalu menepati janji-Nya.

     Berdoalah minta kesembuhan kepada Tuhan karena Dia adalah Jehovah Rophe.  Arti kata  'Rophe'  adalah seseorang yang memperbaiki dan membetulkan yang rusak dengan sangat teliti agar mencapai hasil yang maksimal.

Rencana Tuhan atas umat-Nya bukanlah penyakit, melainkan kesembuhan yang sempurna!

Saturday, February 22, 2014

KUNCI KESEMBUHAN: Menjamah Jubah Yesus

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2014

Baca:  Markus 5:25-34

"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."  Markus 5:28

Ada seorang wanita yang kondisi kesehatannya sangat buruk, karena  "...sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan."  (Markus 5:25).  Ia sudah pergi berobat kemana-mana, sampai harta bendanya ludes untuk biaya berobat, tapi hasilnya tetap saja nihil dan keadaannya makin memburuk.  Tak dapat dibayangkan betapa menderitanya wanita itu.  Secara manusia, ia sudah tidak punya harapan lagi.  Meski demikian, ia tidak menyerah dengan keadaan yang ada.  Itulah sebabnya, ketika melihat Yesus dari dekat, dengan sisa-sisa kekuatannya ia berusaha untuk menjamah jubah-Nya, karena ia sangat percaya bahwa dengan menjamah jubah Yesus saja sudah cukup baginya untuk mengalami kesembuhan, karena ia tahu bahwa segala kuasa ada dalam diri Yesus.  "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi."  (Matius 28:18), bahkan  "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,"  (Filipi 2:10).

     Saat mengalami pergumulan berat, seringkali kita berharap dan mencari pertolongan kepada manusia, padahal kita tahu bahwa manusia  "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22), dan akhirnya kita pun kecewa dan putus asa.  Ada kabar baik hari ini!  Masih ada harapan bagi orang percaya, datanglah kepada Tuhan Yesus dan jamahlah Dia.  Saat jubah-Nya dijamah oleh wanita itu, Yesus merasakan ada tenaga yang keluar dari dalam diri-Nya;  Ada kuasa yang keluar dari diri Yesus  (baca  Lukas 8:46), dan kuasa-Nya pun sanggup menyembuhkan dan memulihkan keadaan wanita itu.  Setelah menjamah jubah Yesus,  "Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya."  (Markus 5:29).  Jubah Yesus pasti tidak jauh berbeda dengan jubah yang dikenakan orang-orang pada saat itu, tapi yang membedakannya adalah jubah itu melekat pada diri Yesus.

     Jubah Yesus tidak bisa menyembuhkan, jubah Yesus hanyalah sarana atau alat saja, yang menyembuhkan adalah Pribadi Yesus.  Akhirnya, wanita ini pun pulang dengan sukacita yang luar biasa karena selain mengalami kesembuhan total, ia juga beroleh keselamatan.

"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"  Markus 5:34

Friday, February 21, 2014

KUNCI KESEMBUHAN: Datang Kepada Yesus

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2014

Baca:  Matius 8:1-4

"Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya."  Matius 8:3b

Bagaimana supaya kuasa kesembuhan dari Tuhan itu terjadi dalam kehidupan kita?  Syarat satu-satunya adalah percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus.  Tanpa iman yang sungguh, tidak mungkin terjadi kesembuhan.  Kita tidak akan beroleh kesembuhan jika kita tidak percaya dan masih meragukan kuasa Tuhan sanggup menyembuhkan segala penyakit dan menghancurkan segala kuasa setan.  Dimana ada kebimbangan dan keragu-raguan, disitu pasti tidak ada iman.  Alkitab menyatakan bahwa,  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  (Ibrani 11:6)  dan orang yang bimbang tidak akan menerima sesuatu dari Tuhan  (baca  Yakobus 1:6-7), artinya mustahil kita akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas kita.

     Saat berada di Nazaret, Yesus tidak banyak melakukan mujizat disana.  Hal ini bukan karena Yesus tidak sanggup, tapi karena orang-orang Nazaret tidak percaya kepada-Nya, dengan berkata:  "Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Lalu mereka kecewa dan menolak Dia."  (Matius 13:55-57a).

     Langkah awal untuk mengalami kesembuhan dari Tuhan adalah datang kepada Tuhan Yesus dengan iman.  Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus,  "...lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."  (Matius 8:2).  Kata  'sujud menyembah'  berarti datang dengan penuh kerendahan hati.  Banyak orang sakit tidak mau datang kepada Tuhan Yesus, yang adalah sang Juruselamat, tetapi mereka lebih memilih untuk mencari pertolongan kepada kuasa-kuasa gelap.  Dan pernyataan,  'jika Tuhan mau, Tuhan dapat mentahirkan aku'  adalah kata-kata yang positif sebagai ekspresi iman yang hidup.  Iman itu mengalahkan perasaan dan logika!  Iman itu tidak bergantung pada panca indera dan tidak terpengaruh oleh keadaan yang ada.  Iman itulah percaya yang sungguh akan perkara-perkara yang diharapkan dan keyakinan akan hal-hal yang tidak kelihatan.  Dan akhirnya,  "...Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: 'Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya."  (Matius 8:3).

Mujizat pun dinyatakan!

Thursday, February 20, 2014

TUHAN YESUS: Sang Penyembuh (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2014

Baca:  Kisah Para Rasul 10:1-48

"...Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia."  Kisah 10:38

Kesembuhan adalah salah satu berkat yang kita terima dari Allah melalui Yesus Kristus.  Tertulis,  "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."  (1 Petrus 2:24).  Yesus Kristus telah menderita dan rela mati untuk menanggung dosa dan segala penyakit kita.  Kesembuhan telah diberikan oleh Yesus di atas Kalvari.  Artinya Yesus telah membayar kehidupan kita melalui kematian-Nya, sehingga kita terbebas dari dosa dan juga segala akibatnya.

     Saat melayani di bumi, ada banyak cara yang dilakukan Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit.  Salah satunya ketika bertemu dengan seorang perwira Romawi, Yesus melihat iman perwira itu sangat besar, bahkan Ia tidak pernah menjumpai iman sebesar itu diantara orang Israel.  Perwira itu berkata,  "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."  (Matius 8:8).  Perkataan perwira ini menunjukkan imannya yang besar kepada Yesus.  Perwira ini sangat percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan.  Dengan berkata-kata saja, tanpa harus datang ke rumah dan menumpangkan tangan-Nya kepada si sakit, ia sangat yakin bahwa hambanya itu pasti sembuh.  Dan ketika Yesus berkata,  "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya."  (Matius 8:13a), maka saat yang sama juga sembuhlah hambanya itu.  Hanya dengan mendengar perkataan Yesus, orang sakit disembuhkan.

     Selain itu, Yesus juga sering menumpangkan tangan-Nya atau menjamah orang yang sakit dan mereka disembuhkan:  seorang yang sakit kusta  (Matius 8:3), ibu mertua Petrus (Matius 8:15), seorang buta (Matius 9:29), orang sakit di Nazaret (Markus 6:5) dan lain sebagainya.  Tetapi, ada saatnya pula, Yesus harus berbicara langsung kepada penyakit, menghardik dan kemudian memerintahkan  'roh penyakit'  itu pergi, karena Ia tahu benar bahwa penyakit adalah pekerjaan Iblis dan Yesus datang untuk menghancurkan dan memusnahkan pekerjaan iblis itu  (baca  Lukas 4:31-37).

Tuhan Yesus memiliki kuasa dan otoritas, karena itu Ia sanggup menyembuhkan segala sakit-penyakit umatNya!

Wednesday, February 19, 2014

TUHAN YESUS: Sang Penyembuh (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2014

Baca:  Yeremia 30:1-24

"Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorangpun menanyakannya."  Yeremia 30:17

Seseorang yang mengalami  'sakit'  rohani, akan mudah sekali untuk marah, benci, iri hati, dengki, benci, dendam, sakit hati, kecewa dan putus asa.  Selain itu, orang akan menjadi malas dan tidak lagi bersemangat untuk beribadah atau bersekutu dengan Tuhan, bahkan untuk memuji Tuhan dan mengucap syukur saja, bibir terasa kelu dan tak berdaya, yang ada hanyalah omelan, keluhan dan persungutan belaka.

     Adalah anugerah yang luar biasa, karena kita memiliki Tuhan Yesus, yang adalah Sumber kesembuhan bagi kita.  Ia telah menanggung semua penyakit kita di kayu salib.  Inilah harga yang Dia bayar untuk kesembuhan kita,  "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh."  (Yesaya 53:5).  Hal ini menunjukkan bahwa sumber kesembuhan bagi manusia adalah Allah sendiri yang telah menyatakan kuasa dan kasih-Nya melalui Putera-Nya yang tunggal, Yesus Kristus.  Inilah kesembuhan yang paling aman, mudah dan tanpa biaya apapun, suatu kesembuhan sempurana bagi sakit jasmani dan rohani.  Kesembuhan Ilahi adalah mujizat yang disediakan Allah kepada setiap orang percaya dalam nama Tuhan Yesus Kristus.  Tidak ada penyakit yang terlalu berat atau besar, sehingga Ia tidak dapat menyembuhkannya, karena Dia adalah Dokter di atas segala dokter, Tabib di atas segala tabib.

     Mengapa Tuhan menyediakan  'kesembuhan'  bagi umat-Nya?  Karena Tuhan selalu mengerjakan hal-hal yang baik bagi anak-anakNya.  "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang;"  (Yakobus 1:17).  Salah satunya adalah dengan melepaskan dan membebaskan kita dari penderitaan dan kesengsaraan yang diakibatkan oleh sakit penyakit, melalui kesembuhan Ilahi.  Kesembuhan adalah kehendak Tuhan dan sekaligus menjadi hak mutlak bagi setiap orang percaya, bukan monopoli para hamba Tuhan atau gereja dengan merk tertentu.

Jangan pernah ragukan Tuhan, karena kuasa-Nya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan sampai selamanya!

Tuesday, February 18, 2014

PENYAKIT SEBAGAI MUSUH MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2014

Baca:  Mazmur 91:1-16

"terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang."  Mazmur 91:6

Semua orang tanpa terkecuali pasti menginginkan tubuhnya sehat wal'afiat.  Siapa diantara kita yang mau menderita sakit?  Tak seorang pun tidak.  Sakit-penyakit adalah musuh atau momok utama manusia dibelahan bumi manapun.  Itulah sebabnya, berbagai upaya dilakukan orang untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan bugar, salah satu caranya adalah dengan melakukan olahraga.  Bahkan, tidak sedikit orang rela menghabiskan banyak uang untuk berolahraga.  Semua orang pasti setuju dengan pernyataan ini,  "Sehat itu mahal, tetapi sakit itu lebih mahal lagi, karena membutuhkan banyak biaya untuk menjadi sembuh."  

     Adalah wajar bila semua orang berusaha mencari kesembuhan dari penyakit yang dideritanya.  Ada yang mencari kesembuhan dari sumber alamiah yaitu melalui pengobatan ilmu kedokteran.  Tetapi banyak juga yang akhirnya terjerat dalam perangkap perdukunan, jampi-jampi, ocultisme dan bentuk-bentuk lain dari kuasa gelap.  Hal itu menunjukkan bahwa kesembuhan benar-benar menjadi kebutuhan yang paling utama bagi orang yang menderita sakit.

     Berbicara tentang kesembuhan, tentu tidak terlepas dari apa yang disebut dengan sakit-penyakit, karena keduanya saling berkaitan.  Kesembuhan akan dialami oleh seseorang setelah ia menderita sakit dahulu.  Kabar buruknya, dunia tempat dimana kita hidup sekarang ini adalah dunia yang tidak dapat menjamin kita tetap sehat atau melindungi kita dari sakit-penyakit.  Sakit bisa datang kapan saja, dimana saja tanpa mengenal tempat, dapat menyerang manusia siapapun itu tanpa mengenal batas usia, warna kulit, ataupun tingkat pendidikan.  Saat kita tidak bisa menjaga kesehatan, terlebih lagi saat kondisi tubuh kita lemah, maka semakin mudah penyakit datang menyerang, mulai dari penyakit yang ringan sampai yang berat, yang dapat mengancam keselamatan jiwa.  Selain itu, ada pula penyakit lain yang seringkali tidak kita sadari, padahal itu sangat berbahaya dan berdampak luar biasa yaitu penyakit  'rohani'.  Jenis penyakit ini jika dibiarkan terus, akan membawa seseorang kepada  'kematian'  rohani.

Kepada siapa seharusnya kita datang untuk mencari pertolongan?  Datanglah kepada Yesus, Dia lebih dari cukup, karena Dialah yang sanggup menyembuhkan segala penyakit kita.

Monday, February 17, 2014

MENGAKHIRI DENGAN DAGING

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2014

Baca:  2 Korintus 6:11-18

"Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  2 Korintus 6:17

Jika ada orang Kristen yang kembali kepada dunia dan menyangkal imannya berarti sedang berbalik arah, ke luar dari jalan kehidupan kekal  (sorga)  ke jalan kebinasaan kekal  (neraka).

     Kembali kepada dunia berarti berkompromi dengan dosa dan tidak lagi hidup dalam kekudusan.  Yang Tuhan kehendaki adalah kita tetap bertahan di segala situasi, baik kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka sampai akhir hidup kita, sebab apa yang akan kita peroleh di kekekalan kelak tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan di dunia ini.  "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."  (Roma 8:18).  Terhadap orang percaya yang murtad itu Alkitab menyatakan,  "...mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum."  (Ibrani 6:4-6).  Adalah lebih baik jika seseorang tidak pernah mengenal kebenaran sama sekali, daripada sudah mengenal kebenaran tapi berbalik lagi kepada dunia, karena orang yang demikian keadaannya akan lebih buruk dari keadaan sebelumnya.  Tidak saja lebih buruk, namun ia telah melakukan penghinaan besar terhadap pengorbanan Kristus di atas Kalvari demi menebus dosa-dosanya.

     Bukankah saat ini banyak orang Kristen yang meremehkan korban Kristen di kayu salib?  Mereka menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang telah diterimanya, menjual dan menukarnya dengan apa yang ada di dunia ini.  Mereka rela menyangkal Kristus demi harta kekayaan, uang, pasangan hidup, jabatan, popularitas dan sebagainya.  Ironis sekali!

"Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!  Galatia 3:3-4

Sunday, February 16, 2014

KEMBALI KEPADA DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2014

Baca:  2 Petrus 2:1-22

"Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: 'Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.'"  2 Petrus 2:22

Di zaman sekarang ini banyak anak Tuhan mengalami kejatuhan.  Mereka tak segan-segan meninggalkan Tuhan karena tergiur segala perkara yang ditawarkan oleh dunia.  Padahal awalnya mereka begitu mengasihi Tuhan, memiliki semangat yang berkobar-kobar dalam melayani pekerjaan Tuhan, dan tiada hari tanpa membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan.  Sebuah langkah awal yang sangat indah!  Sangat disesalkan, dalam perjalanan selanjutnya kerohanian mereka bukannya makin bertumbuh, namun sebaliknya makin merosot.  Mereka kehilangan kasih mula-mula kepada Tuhan seperti yang dialami jemaat di Efesus sehingga Tuhan menegur mereka dengan keras,  "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."  (Wahyu 2:5).

     Mengapa banyak orang Kristen kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan?  Karena mereka telah terpesona dan terpikat oleh gemerlap dunia ini sehingga mereka mengalami kesuaman, tidak dingin dan tidak panas, berkompromi lagi dengan dosa.  Firman Tuhan menegaskan,  "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Jika kita tidak waspada dan tak segera menyadari hal ini tidak tertutup kemungkinan kita yang sudah melayani Tuhan pun bisa kembali kepada kehidupan lama dan bersahabat dengan dunia yang sarat dengan segala keinginan dan rupa-rupa kecemaran ini...lupa atau sengaja lupa status kita sebagai anak-anak terang, yang telah dipindahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dengan tujuan supaya kita menceritakan perbuatan-perbuatan besar dari Tuhan.

     "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,"  (Efesus 5:8).

Sebagai orang percaya kita dipanggil bukan untuk melakukan hal-hal yang cemar, melainkan apa yang kudus  (baca  1 Tesalonika 4:7).  Masakan kita kembali lagi kepada dunia?