Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Maret 2013 -
Baca: Kejadian 50:15-21
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti
yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar." Kejadian 50:20
Apa reaksi Saudara ketika disakiti, difitnah atau dilukai, padahal Saudara tidak melakukan kesalahan apa pun? Secara naluriah kita pasti memiliki kecenderungan membalas sakit hati kita. Inilah prinsip yang diterapkan orang-orang dunia ketika mereka disakiti: pembalasan akan lebih kejam dari pada perbuatan.
Haruskah orang Kristen mengikuti jejak mereka? Bukankah kehidupan orang percaya itu harus berbeda dengan dunia? FirmanNya, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Kehendak Tuhan bagi kita: tidak melakukan pembalasan seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi kita harus bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan tetap menunjukkan kasih kita kepada mereka!
Yusuf adalah contoh orang yang mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kita pasti tahu kisah perjalanan hidup Yusuf yang tercatat dalam Alkitab. Yusuf harus melewati perjalanan hidup yang cukup dramatis, penderitaan demi penderitaan harus ia alami sebagai akibat perbuatan jahat yang dilakukan saudara-saudaranya sendiri. Kalau orang lain yang melakukan kejahatan mungkin kita masih bisa memakluminya, tapi tindakan ini dilakukan oleh saudara Yusuf sendiri. Ini sungguh menyakitkan! Andai kita berada di posisi Yusuf mungkin kita tidak akan menerima hal itu dan akan membalas sakit hati (dendam) kita kepada mereka. Namun hal ini tidak dilakukan Yusuf. Ia mampu mengambil sisi positif dari setiap peristiwa kelam yang terjadi di masa lalunya.
Yusuf sadar bahwa semua itu adalah bagian dari proses yang diijinkan Tuhan, yang kesemuanya mendatangkan kebaikan demi kebaikan dalam hidupnya sehingga ia pun dapat berkata, "...kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan," (ayat nas). (Bersambung)
Wednesday, March 13, 2013
Tuesday, March 12, 2013
MENYENANGKAN HATI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2013 -
Baca: Lukas 19:28-44
"Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." Lukas 19:31
Setelah diselamatkan dan mengalami kelahiran baru di dalam Kristus setiap orang percaya harus terus bertumbuh di dalam Dia, sebab proses keselamatan itu harus dikerjakan terus-menerus sampai kita menjadi serupa dengan Kristus. Paulus kepada jemaat di Filipi: "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:12-15). Tidak ada pilihan lain, melangkahlah maju menuju standarNya, yaitu hidup tidak bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia ini. Inilah yang menyenangkan hati Tuhan.
Menyenangkan hati Tuhan adalah penting dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Untuk dapat menyenangkan hati Tuhan kita harus memiliki hidup yang berkenan kepadaNya, serta melakukan apa pun yang menjadi keinginan dan kehendakNya, "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" Kata mereka: 'Tuhan memerlukannya. Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.'" (Lukas 19:33-35). Orang ini tahu apa yang menjadi keinginan Tuhan Yesus sehingga ia melakukan apa yang perintahkanNya.
Melakukan perintah Tuhan berarti firmanNya tinggal di dalam kita, yaitu dengan cara kita memahami setiap ayat firman Tuhan yang kita baca, lalu merenungkan itu siang dan malam sehingga kita beroleh kepekaan untuk memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan. "... makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Bagaimana dengan Saudara?
Apakah yang kita perbuat selama ini membuat Tuhan tersenyum, atau malah menyedihkan hatiNya, karena ketidaktaatan kita?
Baca: Lukas 19:28-44
"Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya." Lukas 19:31
Setelah diselamatkan dan mengalami kelahiran baru di dalam Kristus setiap orang percaya harus terus bertumbuh di dalam Dia, sebab proses keselamatan itu harus dikerjakan terus-menerus sampai kita menjadi serupa dengan Kristus. Paulus kepada jemaat di Filipi: "...tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:12-15). Tidak ada pilihan lain, melangkahlah maju menuju standarNya, yaitu hidup tidak bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia ini. Inilah yang menyenangkan hati Tuhan.
Menyenangkan hati Tuhan adalah penting dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Untuk dapat menyenangkan hati Tuhan kita harus memiliki hidup yang berkenan kepadaNya, serta melakukan apa pun yang menjadi keinginan dan kehendakNya, "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?" Kata mereka: 'Tuhan memerlukannya. Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.'" (Lukas 19:33-35). Orang ini tahu apa yang menjadi keinginan Tuhan Yesus sehingga ia melakukan apa yang perintahkanNya.
Melakukan perintah Tuhan berarti firmanNya tinggal di dalam kita, yaitu dengan cara kita memahami setiap ayat firman Tuhan yang kita baca, lalu merenungkan itu siang dan malam sehingga kita beroleh kepekaan untuk memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan. "... makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Bagaimana dengan Saudara?
Apakah yang kita perbuat selama ini membuat Tuhan tersenyum, atau malah menyedihkan hatiNya, karena ketidaktaatan kita?
Monday, March 11, 2013
PENGIKUT KRISTUS: Anak-Anak Terang!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2013 -
Baca: Mazmur 97:1-12
"Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati." Mazmur 97:11
Tuhan Yesus menegaskan, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak lagi berada di dalam kegelapan, melainkan berjalan di dalam terang, sebab Tuhan telah "...memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:9-10). Dengan kata lain, jika seseorang mengikut Kristus, ia berjalan di dalam terang Tuhan.
Mengikut Kristus berarti mengikuti jalan yang ditempuh Kristus. Artinya harus mencontoh dan meneladani kehidupan Kristus dalam segala hal sebagaimana disampaikan rasul Yohanes, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Inilah yang disebut Kristen sejati. Banyak orang yang mengaku bahwa dirinya adalah orang Kristen atau pengikut Kristus, tapi dalam kehidupannya sehari-hari sama sekali tidak mencerminkan perbuatan atau karakter Kristus. Mereka masih saja berkompromi dengan dosa dan hidup 'sama' seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang "...lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat." (Yohanes 3:19). Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak mengikut Kristus dengan sepenuh hati. Ironis sekali! Bukankah ini sama saja dengan mencoreng nama Tuhan di mata dunia? Padahal kita sering sekali membaca dan mendengarkan ayat firman Tuhan ini: "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (1 Korintus 5:17).
Karena itu sebagai orang Kristen kita harus meninggalkan semua perbuatan dan karakter 'manusia lama' kita dan menjalani hidup sebagai 'manusia baru'. Jika tidak, kita tidak layak disebut sebagai orang Kristen!
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." Efesus 5:8
Baca: Mazmur 97:1-12
"Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati." Mazmur 97:11
Tuhan Yesus menegaskan, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak lagi berada di dalam kegelapan, melainkan berjalan di dalam terang, sebab Tuhan telah "...memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:9-10). Dengan kata lain, jika seseorang mengikut Kristus, ia berjalan di dalam terang Tuhan.
Mengikut Kristus berarti mengikuti jalan yang ditempuh Kristus. Artinya harus mencontoh dan meneladani kehidupan Kristus dalam segala hal sebagaimana disampaikan rasul Yohanes, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Inilah yang disebut Kristen sejati. Banyak orang yang mengaku bahwa dirinya adalah orang Kristen atau pengikut Kristus, tapi dalam kehidupannya sehari-hari sama sekali tidak mencerminkan perbuatan atau karakter Kristus. Mereka masih saja berkompromi dengan dosa dan hidup 'sama' seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang "...lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat." (Yohanes 3:19). Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak mengikut Kristus dengan sepenuh hati. Ironis sekali! Bukankah ini sama saja dengan mencoreng nama Tuhan di mata dunia? Padahal kita sering sekali membaca dan mendengarkan ayat firman Tuhan ini: "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (1 Korintus 5:17).
Karena itu sebagai orang Kristen kita harus meninggalkan semua perbuatan dan karakter 'manusia lama' kita dan menjalani hidup sebagai 'manusia baru'. Jika tidak, kita tidak layak disebut sebagai orang Kristen!
"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." Efesus 5:8
Sunday, March 10, 2013
SIKAP HATI YANG BENAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2013 -
Baca: Mazmur 13:1-6
"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu." Mazmur 13:6
Sikap hati yang benar yang telah ditunjukkan Daud membuatnya berkenan kepada Tuhan. Sebagai orang percaya kita patut meneladani sikap Daud ini! Seringkali ketika badai masalah menyerang hidup ini hati kita dipenuhi kekuatiran dan kecemasan sehingga hati kita pun menjadi tawar. Ayub punya pengalaman dalam hal ini: "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25). Ketakutan, kekuatiran, kecemasan, tawar hati, putus asa adalah senjata yang digunakan Iblis untuk melemahkan dan menghancurkan iman orang percaya. Apa pun yang terjadi biarlah kita mau menguatkan iman percaya kepada Tuhan.
Menempuh perjalanan hidup yang penuh liku tidak menyurutkan semangat Daud mencari Tuhan. Semakin diperhadapkan dengan kesulitan semakin Daud melekat kepada Tuhan. Saat menghadapi Saul atau pemberontakan anaknya (Absalom), Daud selalu menguatkan hatinya dengan berdoa kepada Tuhan, "Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus." (Mazmur 3:5). Saat ketakutan menyerang, Daud pun berdoa, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Ini menunjukkan bahwa berdoa adalah solusi terbaik bagi orang percaya. Ada tertulis, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Daud bukan hanya berdoa saat dalam kesesakan, tapi ia juga selalu memuji-muji Tuhan. Daud tidak menunggu sampai masalahnya selesai atau doanya dijawab Tuhan.
Adalah mudah bersukacita atau bermazmur bagi Tuhan saat segala sesuatunya baik dan lancar, tapi jika kondisi kita sedang sakit, bangkrut, kekurangan, masih adakah pujian ke luar dari mulut kita? Daud berkata, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2). Belajarlah untuk selalu bersyukur sebab Tuhan itu baik dan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita.
"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;" Mazmur 37:5
Baca: Mazmur 13:1-6
"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu." Mazmur 13:6
Sikap hati yang benar yang telah ditunjukkan Daud membuatnya berkenan kepada Tuhan. Sebagai orang percaya kita patut meneladani sikap Daud ini! Seringkali ketika badai masalah menyerang hidup ini hati kita dipenuhi kekuatiran dan kecemasan sehingga hati kita pun menjadi tawar. Ayub punya pengalaman dalam hal ini: "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25). Ketakutan, kekuatiran, kecemasan, tawar hati, putus asa adalah senjata yang digunakan Iblis untuk melemahkan dan menghancurkan iman orang percaya. Apa pun yang terjadi biarlah kita mau menguatkan iman percaya kepada Tuhan.
Menempuh perjalanan hidup yang penuh liku tidak menyurutkan semangat Daud mencari Tuhan. Semakin diperhadapkan dengan kesulitan semakin Daud melekat kepada Tuhan. Saat menghadapi Saul atau pemberontakan anaknya (Absalom), Daud selalu menguatkan hatinya dengan berdoa kepada Tuhan, "Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus." (Mazmur 3:5). Saat ketakutan menyerang, Daud pun berdoa, "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:4-5). Ini menunjukkan bahwa berdoa adalah solusi terbaik bagi orang percaya. Ada tertulis, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Daud bukan hanya berdoa saat dalam kesesakan, tapi ia juga selalu memuji-muji Tuhan. Daud tidak menunggu sampai masalahnya selesai atau doanya dijawab Tuhan.
Adalah mudah bersukacita atau bermazmur bagi Tuhan saat segala sesuatunya baik dan lancar, tapi jika kondisi kita sedang sakit, bangkrut, kekurangan, masih adakah pujian ke luar dari mulut kita? Daud berkata, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku." (Mazmur 34:2). Belajarlah untuk selalu bersyukur sebab Tuhan itu baik dan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita.
"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;" Mazmur 37:5
Saturday, March 9, 2013
FASE TERKELAM DAUD
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2013 -
Baca: 1 Samuel 30:1-25
"Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga,...Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis." 1 Samuel 30:1
Ziklag adalah fase terkelam dalam perjalanan hidup Daud sebelum ia menjadi raja, dan sekaligus proses ujian iman terberat baginya. Apa itu Ziklag? Ziklag adalah sebuah kota di bawah kekuasaan Filistin yang diberikan raja Akhis kepada Daud. Selama satu tahun empat bulan Daud tinggal di kota itu. Mengapa Daud tinggal di Filistin? Ini adalah bagian dari penyelamatannya dari kejaran Saul yang ketika itu menjadi raja atas Israel.
Suatu ketika Daud beserta enam ratus tentaranya turut serta dalam peperangan orang-orang Filistin melawan bangsa Israel. Namun di tengah perjalanan Daud dan pengikutnya diminta untuk ke luar dari peperangan, karena orang-orang Filistin takut jika suatu saat Daud dan pengikutnya akan berkhianat. Kata raja Akhis, "Aku tahu, engkau ini memang kusukai seperti utusan Allah. Hanya, para panglima orang Filistin telah berkata: Ia tidak boleh pergi berperang bersama-sama dengan kita." (1 Samuel 29:9). Akhirnya, Daud diminta untuk kembali pulang ke Ziklag. Hal ini sangat melegakan hati Daud karena ia tidak jadi turut berperang, karena sesungguhnya hati Daud teriris-iris karena ia harus berpihak kepada orang-orang Filistin. Setelah sampai ke Ziklag, apa yang terjadi? Kota itu dihancurkan oleh orang Amalek, "...tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis." (1 Samuel 30:3-4). Suatu kondisi yang sangat tragis! Daud benar-benar sangat terpukul dengan keadaan ini, apalagi para pengikutnya menjadi sangat marah kepadanya dan hendak melempari dia dengan batu. Coba bayangkan jika kita berada di posisi Daud ini. Namun saat terjepit karena masalah di Ziklag yang mengakibatkan seluruh rakyat pedih hati, Daud mengambil tindakan yang benar yaitu "...menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya." (1 Samuel 30:6).
Banyak orang ketika sedang mengalami permasalahan berat tidak lagi bisa berpikir jernih: panik, stres, frustasi, marah, kecewa dan ngambek kepada Tuhan, mogok berdoa dan mogok ibadah; kemudian mereka memilih untuk lari mencari pertolongan kepada manusia daripada harus duduk diam berdoa dan menantikan Tuhan. (Bersambung)
Baca: 1 Samuel 30:1-25
"Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga,...Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis." 1 Samuel 30:1
Ziklag adalah fase terkelam dalam perjalanan hidup Daud sebelum ia menjadi raja, dan sekaligus proses ujian iman terberat baginya. Apa itu Ziklag? Ziklag adalah sebuah kota di bawah kekuasaan Filistin yang diberikan raja Akhis kepada Daud. Selama satu tahun empat bulan Daud tinggal di kota itu. Mengapa Daud tinggal di Filistin? Ini adalah bagian dari penyelamatannya dari kejaran Saul yang ketika itu menjadi raja atas Israel.
Suatu ketika Daud beserta enam ratus tentaranya turut serta dalam peperangan orang-orang Filistin melawan bangsa Israel. Namun di tengah perjalanan Daud dan pengikutnya diminta untuk ke luar dari peperangan, karena orang-orang Filistin takut jika suatu saat Daud dan pengikutnya akan berkhianat. Kata raja Akhis, "Aku tahu, engkau ini memang kusukai seperti utusan Allah. Hanya, para panglima orang Filistin telah berkata: Ia tidak boleh pergi berperang bersama-sama dengan kita." (1 Samuel 29:9). Akhirnya, Daud diminta untuk kembali pulang ke Ziklag. Hal ini sangat melegakan hati Daud karena ia tidak jadi turut berperang, karena sesungguhnya hati Daud teriris-iris karena ia harus berpihak kepada orang-orang Filistin. Setelah sampai ke Ziklag, apa yang terjadi? Kota itu dihancurkan oleh orang Amalek, "...tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis." (1 Samuel 30:3-4). Suatu kondisi yang sangat tragis! Daud benar-benar sangat terpukul dengan keadaan ini, apalagi para pengikutnya menjadi sangat marah kepadanya dan hendak melempari dia dengan batu. Coba bayangkan jika kita berada di posisi Daud ini. Namun saat terjepit karena masalah di Ziklag yang mengakibatkan seluruh rakyat pedih hati, Daud mengambil tindakan yang benar yaitu "...menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya." (1 Samuel 30:6).
Banyak orang ketika sedang mengalami permasalahan berat tidak lagi bisa berpikir jernih: panik, stres, frustasi, marah, kecewa dan ngambek kepada Tuhan, mogok berdoa dan mogok ibadah; kemudian mereka memilih untuk lari mencari pertolongan kepada manusia daripada harus duduk diam berdoa dan menantikan Tuhan. (Bersambung)
Friday, March 8, 2013
INGIN MENGALAMI MUJIZAT? Datang Kepada Tuhan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2013 -
Baca: Mazmur 77:1-21
"Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala." Mazmur 77:12
Mujizat-mujizat yang tertulis di dalam Alkitab bukanlah cerita fiksi pengantar tidur, tapi merupakan kisah nyata sebagai bukti bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang ajaib dan berkuasa. Mengapa Alkitab mencatat tiap-tiap kejadian secara detil? Supaya kita makin kuat dan teguh di dalam Tuhan. Mungkin ada yang berkata, "Ah, itu kan terjadi di masa lalu dan tak mungkin terulang, karena zaman sudah berubah!" Penulis tegaskan: dunia ini boleh saja berubah, tapi kuasa Tuhan tidak pernah berubah, kekal untuk selama-lamanya. "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Matius 24:35) dan "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Meski dunia penuh goncangan, kita orang percaya, "...menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28).
Contoh mujizat di masa lampau tertulis dalam 2 Raja-Raja 4:1-7. Kisah seorang janda miskin yang sedang mengalami persoalan berat: berutang banyak, menghadapi penagih utang dan anaknya hendak diambil sebagai jaminan. Dalam keadaan terjepit mengadulah ia kepada Elisa, nabi yang mendapat pengurapan dua kali lipat. Tanya Elisa, "Apa yang kau punya?" Janda itu menjawab ia hanya punya sedikit minyak dalam buli-buli. Lalu Elisa memerintahkan janda itu untuk mengumpulkan bejana kosong sebanyak-banyaknya, sampai ia harus meminjam kepada tetangganya. Apa yang terjadi? Waktu minyak itu dituang, minyak itu mengalir terus-menerus sampai seluruh bejana kosong terisi penuh, hingga janda itu dapat membayar seluruh utangnya.
Saat dalam pergumulan berat, janda itu datang ke alamat yang tepat (nabi Tuhan), bukan mencari 'alamat palsu', artinya mencari Tuhan dan berseru kepadaNya. Saat diperintahkan mengumpulkan bejana-bejana kosong, janda ini pun taat. Inilah iman yang hidup yaitu iman yang disertai perbuatan. Akhirnya ia pun mengalami mujizat luar biasa!
Yesus adalah Sumber mujizat, datanglah padaNya dengan iman, pasti ada pertolongan!
Baca: Mazmur 77:1-21
"Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala." Mazmur 77:12
Mujizat-mujizat yang tertulis di dalam Alkitab bukanlah cerita fiksi pengantar tidur, tapi merupakan kisah nyata sebagai bukti bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang ajaib dan berkuasa. Mengapa Alkitab mencatat tiap-tiap kejadian secara detil? Supaya kita makin kuat dan teguh di dalam Tuhan. Mungkin ada yang berkata, "Ah, itu kan terjadi di masa lalu dan tak mungkin terulang, karena zaman sudah berubah!" Penulis tegaskan: dunia ini boleh saja berubah, tapi kuasa Tuhan tidak pernah berubah, kekal untuk selama-lamanya. "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Matius 24:35) dan "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Meski dunia penuh goncangan, kita orang percaya, "...menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28).
Contoh mujizat di masa lampau tertulis dalam 2 Raja-Raja 4:1-7. Kisah seorang janda miskin yang sedang mengalami persoalan berat: berutang banyak, menghadapi penagih utang dan anaknya hendak diambil sebagai jaminan. Dalam keadaan terjepit mengadulah ia kepada Elisa, nabi yang mendapat pengurapan dua kali lipat. Tanya Elisa, "Apa yang kau punya?" Janda itu menjawab ia hanya punya sedikit minyak dalam buli-buli. Lalu Elisa memerintahkan janda itu untuk mengumpulkan bejana kosong sebanyak-banyaknya, sampai ia harus meminjam kepada tetangganya. Apa yang terjadi? Waktu minyak itu dituang, minyak itu mengalir terus-menerus sampai seluruh bejana kosong terisi penuh, hingga janda itu dapat membayar seluruh utangnya.
Saat dalam pergumulan berat, janda itu datang ke alamat yang tepat (nabi Tuhan), bukan mencari 'alamat palsu', artinya mencari Tuhan dan berseru kepadaNya. Saat diperintahkan mengumpulkan bejana-bejana kosong, janda ini pun taat. Inilah iman yang hidup yaitu iman yang disertai perbuatan. Akhirnya ia pun mengalami mujizat luar biasa!
Yesus adalah Sumber mujizat, datanglah padaNya dengan iman, pasti ada pertolongan!
Thursday, March 7, 2013
INJIL: Berita Salib Kristus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Maret 2013 -
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18
Mengapa Injil harus terus digemakan ke seluruh dunia? Karena dalam Injil terkandung kuasa Allah yang menyelamatkan, menyembuhkan, memulihkan dan membebaskan. Itulah sebabnya tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mujizat-mujizat senantiasa menyertai di mana saja Injil diberitakan. Kekutan Allah dilepaskan ketika Injil disampaikan dengan penuh kuasa.
Berbicara tentang Injil berarti juga berbicara tentang kebesaran kasih Allah kepada dunia sehingga Ia memberikan PuteraNya Yesus Kristus, "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Jadi inti dari Injil adalah berita salib Kristus. Inilah pesan yang tidak boleh dikesampingkan oleh hamba Tuhan yang melayani. Berita salib Kristus harus selalu diutamakan. Para hamba Tuhan janganlah menggantikan berita salib ini dengan hal-hal yang hanya membuat jemaat terpingkal-pingkal dengan khotbah lucu; atau khotbah yang meninabobokan jemaat karena yang dibicarakan hanya tentang berkat dan kekayaan saja, sehingga acapkali jemaat menjadi kecewa ketika apa yang mereka harapkan belum juga menjadi kenyataan. Akhirnya berita tentang salib Kristus kehilangan kuasanya.
Sesungguhnya berita Injil itu sangat sederhana, tapi mengandung kuasa yang dahsyat yaitu Tuhan Yesus datang ke dunia ini dan mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Barangsiapa yang percaya kepadaNya akan diselamatkan, sebab "...di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa," (Efesus 1:7). Sayang, berita salib Kristus ini mendapat respons yang tidak baik dari orang-orang dan dianggap sebagai suatu kebodohan. Mereka bukan saja tidak percaya, tetapi juga melecehkan Injil. Tapi bagi kita orang percaya, berita salib Kristus adalah suatu anugerah yang tiada tara nilainya.
Tidak ada berita lain di dunia ini yang dapat memberikan jaminan pasti tentang keselamatan kekal; tidak ada berita lain yang olehnya kita diperdamaikan dengan Allah dan diangkat sebagai anak-anakNya, selain berita salib Kristus!
Baca: 1 Korintus 1:18-31
"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah." 1 Korintus 1:18
Mengapa Injil harus terus digemakan ke seluruh dunia? Karena dalam Injil terkandung kuasa Allah yang menyelamatkan, menyembuhkan, memulihkan dan membebaskan. Itulah sebabnya tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mujizat-mujizat senantiasa menyertai di mana saja Injil diberitakan. Kekutan Allah dilepaskan ketika Injil disampaikan dengan penuh kuasa.
Berbicara tentang Injil berarti juga berbicara tentang kebesaran kasih Allah kepada dunia sehingga Ia memberikan PuteraNya Yesus Kristus, "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Jadi inti dari Injil adalah berita salib Kristus. Inilah pesan yang tidak boleh dikesampingkan oleh hamba Tuhan yang melayani. Berita salib Kristus harus selalu diutamakan. Para hamba Tuhan janganlah menggantikan berita salib ini dengan hal-hal yang hanya membuat jemaat terpingkal-pingkal dengan khotbah lucu; atau khotbah yang meninabobokan jemaat karena yang dibicarakan hanya tentang berkat dan kekayaan saja, sehingga acapkali jemaat menjadi kecewa ketika apa yang mereka harapkan belum juga menjadi kenyataan. Akhirnya berita tentang salib Kristus kehilangan kuasanya.
Sesungguhnya berita Injil itu sangat sederhana, tapi mengandung kuasa yang dahsyat yaitu Tuhan Yesus datang ke dunia ini dan mati di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Barangsiapa yang percaya kepadaNya akan diselamatkan, sebab "...di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa," (Efesus 1:7). Sayang, berita salib Kristus ini mendapat respons yang tidak baik dari orang-orang dan dianggap sebagai suatu kebodohan. Mereka bukan saja tidak percaya, tetapi juga melecehkan Injil. Tapi bagi kita orang percaya, berita salib Kristus adalah suatu anugerah yang tiada tara nilainya.
Tidak ada berita lain di dunia ini yang dapat memberikan jaminan pasti tentang keselamatan kekal; tidak ada berita lain yang olehnya kita diperdamaikan dengan Allah dan diangkat sebagai anak-anakNya, selain berita salib Kristus!
Wednesday, March 6, 2013
RELA MATI DEMI INJIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2013 -
Baca: Matius 14:1-12
"Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya." Matius 14:10-11
Yohanes pembaptis bukan hanya setia dan bersungguh-sungguh mengerjakan panggilannya sebagai pembuka jalan bagi Tuhan, ia juga rela mati demi Injil Kristus. Inilah harga yang harus dibayar sebagai hamba Tuhan pembawa berita kebenaran. Bukan hanya masuk penjara, tapi juga harus menghadapi kematian tragis, kepala dipenggal.
Ada banyak ujian yang harus dihadapi para pemberita Injil karena banyak orang tidak senang dengan berita Injil dan lebih suka hidup dalam kegelapan. Mereka benci mendengar nama Yesus. "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat." (Yohanes 3:19). Itulah sebabnya mereka melakukan segala cara untuk menghambat pemberitaan Injil dan tidak segan-segannya menganiaya, bahkan membunuh setiap hamba Tuhan. Mau tidak mau, sebagai pengikut Kristus kita memiliki resiko besar: mungkin kita akan diejek, dikucilkan dari pergaulan, atau bahkan kita dihukum dan dipenjarakan. Tetapi biarlah semua itu tidak menyurutkan langkah dan semangat kita melayani Tuhan dan memberitakan kabar keselamatan kepada dunia sebagaimana Yohanes pembaptis lakukan: setia mengerjakan tugasnya sampai mati. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:10, 12).
Mari lakukan setiap tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita dengan setia, karena Dia tidak pernah menutup mata terhadap perbuatan kita yang terkecil pun bagi kerajaanNya. Jangan sekali-kali mengharapkan pujian dan penghargaan manusia, karena pujian, hormat dan kemuliaan adalah milik Tuhan! Tuhan sedang mencari orang-orang yang rela mempersembahkan segenap hidup bagi Dia dan yang tidak berkompromi dengan dunia ini, seperti Yohanes pembaptis.
Adakah yang Ia cari tau itu ada pada kita? Selagi ada waktu, gunakan kesempatan yang ada!
Baca: Matius 14:1-12
"Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya." Matius 14:10-11
Yohanes pembaptis bukan hanya setia dan bersungguh-sungguh mengerjakan panggilannya sebagai pembuka jalan bagi Tuhan, ia juga rela mati demi Injil Kristus. Inilah harga yang harus dibayar sebagai hamba Tuhan pembawa berita kebenaran. Bukan hanya masuk penjara, tapi juga harus menghadapi kematian tragis, kepala dipenggal.
Ada banyak ujian yang harus dihadapi para pemberita Injil karena banyak orang tidak senang dengan berita Injil dan lebih suka hidup dalam kegelapan. Mereka benci mendengar nama Yesus. "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat." (Yohanes 3:19). Itulah sebabnya mereka melakukan segala cara untuk menghambat pemberitaan Injil dan tidak segan-segannya menganiaya, bahkan membunuh setiap hamba Tuhan. Mau tidak mau, sebagai pengikut Kristus kita memiliki resiko besar: mungkin kita akan diejek, dikucilkan dari pergaulan, atau bahkan kita dihukum dan dipenjarakan. Tetapi biarlah semua itu tidak menyurutkan langkah dan semangat kita melayani Tuhan dan memberitakan kabar keselamatan kepada dunia sebagaimana Yohanes pembaptis lakukan: setia mengerjakan tugasnya sampai mati. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:10, 12).
Mari lakukan setiap tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita dengan setia, karena Dia tidak pernah menutup mata terhadap perbuatan kita yang terkecil pun bagi kerajaanNya. Jangan sekali-kali mengharapkan pujian dan penghargaan manusia, karena pujian, hormat dan kemuliaan adalah milik Tuhan! Tuhan sedang mencari orang-orang yang rela mempersembahkan segenap hidup bagi Dia dan yang tidak berkompromi dengan dunia ini, seperti Yohanes pembaptis.
Adakah yang Ia cari tau itu ada pada kita? Selagi ada waktu, gunakan kesempatan yang ada!
Tuesday, March 5, 2013
TETAP DI JALUR YANG BENAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2013 -
Baca: Yohanes 3:22-36
"Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas." Yohanes 3:34
Tugas memberitakan Injil bukan semata-mata tanggung jawab hamba Tuhan (pendeta), penginjil, fulltimer atau para sarjana teologia. Tugas itu ada di pundak semua orang percaya tanpa terkecuali, sebab "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:9-10).
Tugas sebagai pemberita Injil sangat mulia, karena itu kita harus meresponsnya dengan baik dan benar serta penuh tanggung jawab. Ini juga yang dilakukan oleh Yohanes pembaptis, mengerjakan panggilannya dengan sangat rajin dan bersungguh-sungguh. Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memisahkan diri dari berbagai hal yang tidak berkenan kepada Tuhan agar layak dipakai sebagai alat kemuliaanNya. Dalam mengerjakan tugas pelayanannnya Yohanes pembaptis tetap memegang prinsip: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Ia tidak mencari pujian dan hormat manusia atau supaya dirinya makin terkenal dan kian diminati oleh orang banyak, tapi segala pujian dan kemuliaan hanya dipersembahkan bagi Tuhan Yesus semata, karena Dialah yang berhak menerimanya. Inilah pernyataan Yohanes pembaptis, "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." (Markus 1:7). Meski sebagai pembuka jalan bagi Tuhan, ia tetaplah orang yang rendah hati dan berada di jalur yang benar.
Di zaman sekarang ini tidak sedikit kita yang melayani Tuhan mulai ke luar dari jalur yang benar, apalagi yang sudah 'jadi' terkenal, sehingga tanpa terasa motivasi dalam melayani Tuhan sudah tidak murni seperti sediakala. Kita lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat lahiriah sehingga pelayanan yang kita lakukan hanya sebagai aktivitas rutin semata, dan kita pun lebih senang menerima pujian dari orang yang kita layani! (Bersambung)
Baca: Yohanes 3:22-36
"Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas." Yohanes 3:34
Tugas memberitakan Injil bukan semata-mata tanggung jawab hamba Tuhan (pendeta), penginjil, fulltimer atau para sarjana teologia. Tugas itu ada di pundak semua orang percaya tanpa terkecuali, sebab "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan." (1 Petrus 2:9-10).
Tugas sebagai pemberita Injil sangat mulia, karena itu kita harus meresponsnya dengan baik dan benar serta penuh tanggung jawab. Ini juga yang dilakukan oleh Yohanes pembaptis, mengerjakan panggilannya dengan sangat rajin dan bersungguh-sungguh. Ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memisahkan diri dari berbagai hal yang tidak berkenan kepada Tuhan agar layak dipakai sebagai alat kemuliaanNya. Dalam mengerjakan tugas pelayanannnya Yohanes pembaptis tetap memegang prinsip: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Ia tidak mencari pujian dan hormat manusia atau supaya dirinya makin terkenal dan kian diminati oleh orang banyak, tapi segala pujian dan kemuliaan hanya dipersembahkan bagi Tuhan Yesus semata, karena Dialah yang berhak menerimanya. Inilah pernyataan Yohanes pembaptis, "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." (Markus 1:7). Meski sebagai pembuka jalan bagi Tuhan, ia tetaplah orang yang rendah hati dan berada di jalur yang benar.
Di zaman sekarang ini tidak sedikit kita yang melayani Tuhan mulai ke luar dari jalur yang benar, apalagi yang sudah 'jadi' terkenal, sehingga tanpa terasa motivasi dalam melayani Tuhan sudah tidak murni seperti sediakala. Kita lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat lahiriah sehingga pelayanan yang kita lakukan hanya sebagai aktivitas rutin semata, dan kita pun lebih senang menerima pujian dari orang yang kita layani! (Bersambung)
Monday, March 4, 2013
KITA ADALAH SAUDARA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2013 -
Baca: Roma 15:1-13
"Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah." Roma 15:7
Dalam renungan tanggal 2 Januari 2013 lalu dijelaskan bahwa kerukunan antar jemaat mendatangkan berkat dari Tuhan. Dimana ada kerukunan, "... ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:3b).
Sebagai anggota jemaat Tuhan, kita harus berusaha untuk menciptakan kerukunan satu sama lain, supaya gereja tetap kuat dah kokoh. Meski memiliki latar belakang yang berbeda-beda (status, suku, pendidikan dan sebagainya) kita adalah satu, "...sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh," (1 Korintus 12:12). Jadi kita harus menerima dan memperlakukan orang lain sebagai saudara, sebagaimana Kristus telah menerima dan melayani jiwa-jiwa tanpa pandang bulu, "supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita." (1 Korintus 12:25-26). Keadaan ini tidak akan menjadi kenyataan bila kita tidak menjadikan Kristus sebagai satu-satunya teladan dalam hidup ini. Kita tidak mungkin dapat memiliki hubungan yang baik dengan orang lain apabila hubungan kita dengan Tuhan juga tidak baik.
Ketahuilah bahwa Tuhan mengutus gerejaNya menjadi berkat di tengah-tengah dunia yang dipenuhi pertikaian dan permusuhan ini. Namun bagaimana kita bisa menjadi kesaksian dan memenangkan jiwa bagi Kerajaan Allah apabila di antara umat Tuhan terjadi iri hati, perselisihan, kebencian, keributan dan saling mempertahankan ego masing-masing? Bukankah ini akan menjadi batu sandungan bagi orang di luar Tuhan? Bukankah tujuan kerukunan orang percaya di dalam gereja adalah supaya nama Tuhan dipermuliakan? Kekristenan adalah kasih, "Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu..." (2 Korintus 8:24), "...bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18).
Jemaat gereja mula-mula rukun dan bersatu, karena itu "...tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." Kisah 2:47
Baca: Roma 15:1-13
"Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah." Roma 15:7
Dalam renungan tanggal 2 Januari 2013 lalu dijelaskan bahwa kerukunan antar jemaat mendatangkan berkat dari Tuhan. Dimana ada kerukunan, "... ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya." (Mazmur 133:3b).
Sebagai anggota jemaat Tuhan, kita harus berusaha untuk menciptakan kerukunan satu sama lain, supaya gereja tetap kuat dah kokoh. Meski memiliki latar belakang yang berbeda-beda (status, suku, pendidikan dan sebagainya) kita adalah satu, "...sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh," (1 Korintus 12:12). Jadi kita harus menerima dan memperlakukan orang lain sebagai saudara, sebagaimana Kristus telah menerima dan melayani jiwa-jiwa tanpa pandang bulu, "supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita." (1 Korintus 12:25-26). Keadaan ini tidak akan menjadi kenyataan bila kita tidak menjadikan Kristus sebagai satu-satunya teladan dalam hidup ini. Kita tidak mungkin dapat memiliki hubungan yang baik dengan orang lain apabila hubungan kita dengan Tuhan juga tidak baik.
Ketahuilah bahwa Tuhan mengutus gerejaNya menjadi berkat di tengah-tengah dunia yang dipenuhi pertikaian dan permusuhan ini. Namun bagaimana kita bisa menjadi kesaksian dan memenangkan jiwa bagi Kerajaan Allah apabila di antara umat Tuhan terjadi iri hati, perselisihan, kebencian, keributan dan saling mempertahankan ego masing-masing? Bukankah ini akan menjadi batu sandungan bagi orang di luar Tuhan? Bukankah tujuan kerukunan orang percaya di dalam gereja adalah supaya nama Tuhan dipermuliakan? Kekristenan adalah kasih, "Karena itu tunjukkanlah kepada mereka di hadapan jemaat-jemaat bukti kasihmu..." (2 Korintus 8:24), "...bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18).
Jemaat gereja mula-mula rukun dan bersatu, karena itu "...tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." Kisah 2:47
Sunday, March 3, 2013
PENTINGKAN FIRMAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Maret 2013 -
Baca: 2 Timotius 3:10-17
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus." 2 Timotius 3:15
Apakah Saudara membaca Alkitab setiap hari? Mungkin ada yang berkata tidak sempat. Kita seringkali sulit menyediakan waktu membaca Alkitab dan berdoa. Tapi untuk hal-hal lain? Masih banyak orang Kristen yang walaupun sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun belum juga membaca Alkitab secara keseluruhan mulai dari kitab Kejadian sampai Wahyu.
Memang kita akui tidak mudah mendisiplinkan diri membaca Alkitab secara rutin. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hanya membuka Alkitabnya saat ibadah di gereja, padahl "... Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya...Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman," (Roma 1:16-17). Jangan sekali-kali meremehkan Injil, karena di dalamnya terkandung isi hati, kehendak, rencana, jalan dan janji-janji Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan kepada Yosua demikian, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Alkitab berisikan ajaran dan petunjuk Tuhan yang bertujuan "...mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Dengan membaca Alkitab langkah hidup kita diarahkan kepada jalan kebenaran Tuhan; kita juga diingatkan kembali tentang kuasa, kasih, kebaikan, kemurahan, perlindungan dan kepedulianNya kepada kita. Selain itu kita dapat meneladani kehidupan orang-orang pilihanNya, bagaimana mereka melewati setiap proses dan betapa Tuhan menyatakan kuasaNya atas mereka. "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4).
Alkitab memberikan kekuatan dan pengharapan yang pasti bagi orang percaya, karena tidak ada janji-janji Tuhan yang tidak ditepatiNya!
Baca: 2 Timotius 3:10-17
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus." 2 Timotius 3:15
Apakah Saudara membaca Alkitab setiap hari? Mungkin ada yang berkata tidak sempat. Kita seringkali sulit menyediakan waktu membaca Alkitab dan berdoa. Tapi untuk hal-hal lain? Masih banyak orang Kristen yang walaupun sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun belum juga membaca Alkitab secara keseluruhan mulai dari kitab Kejadian sampai Wahyu.
Memang kita akui tidak mudah mendisiplinkan diri membaca Alkitab secara rutin. Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hanya membuka Alkitabnya saat ibadah di gereja, padahl "... Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya...Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman," (Roma 1:16-17). Jangan sekali-kali meremehkan Injil, karena di dalamnya terkandung isi hati, kehendak, rencana, jalan dan janji-janji Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan kepada Yosua demikian, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Alkitab berisikan ajaran dan petunjuk Tuhan yang bertujuan "...mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Dengan membaca Alkitab langkah hidup kita diarahkan kepada jalan kebenaran Tuhan; kita juga diingatkan kembali tentang kuasa, kasih, kebaikan, kemurahan, perlindungan dan kepedulianNya kepada kita. Selain itu kita dapat meneladani kehidupan orang-orang pilihanNya, bagaimana mereka melewati setiap proses dan betapa Tuhan menyatakan kuasaNya atas mereka. "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4).
Alkitab memberikan kekuatan dan pengharapan yang pasti bagi orang percaya, karena tidak ada janji-janji Tuhan yang tidak ditepatiNya!
Saturday, March 2, 2013
INTIMACY (KEINTIMAN): Kunci Mengerjakan Misi
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2013 -
Baca: Yesaya 42:1-9
"Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya,..." Yesaya 42:1
Sebelum melangkah ke luar mengerjakan misi Tuhan, kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu sebab panggilan melayani berkenaan dengan hati yang rela menyerahkan diri kepada Tuhan, seperti Yesaya: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8).
Panggilan adalah dasar pelayanan kita. Jadi keterlibatan kita dalam melayani Tuhan bukan karena adanya keterpaksaan, ikut-ikutan, ajang pamer, apalagi disertai dengan motivasi yang tidak benar (terselubung). Bagaimana supaya hati kita benar-benar siap dan layak untuk melayani Dia? Kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Semakin kita karib dengan Tuhan semakin Ia membentuk dan memproses kita sesuai dengan rencanaNya. Alkitab mencatat, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman Tuhan dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:9). Dengan firmannya, Tuhan membersihkan dan menghancurkan hal-hal yang tidak berkenan yang masih ada di dalam kita. Tertulis: "...setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2).
Kekariban seseorang dengan Tuhan akan membawa dampak di setiap pelayanan, sebab Tuhan berkata, "Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku," (Imamat 10:3). Karena karib dengan Tuhan karakter Musa berubah dari keras menjadi lemah lembut, bahkan kelembutannya "...lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Karena itu, Musa dipercaya Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian Daud, hidupnya dipakai Tuhan secara luar biasa sebagai upah dari keintimannya dengan Tuhan. Daud berkata, "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain;" (Mazmur 84:11), karena itu "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97). Perhatikan pula yang dilakukan Daniel, "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).
Tuhan memakai orang-orang yang hatinya senantiasa melekat kepadaNya!
Baca: Yesaya 42:1-9
"Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya,..." Yesaya 42:1
Sebelum melangkah ke luar mengerjakan misi Tuhan, kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu sebab panggilan melayani berkenaan dengan hati yang rela menyerahkan diri kepada Tuhan, seperti Yesaya: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8).
Panggilan adalah dasar pelayanan kita. Jadi keterlibatan kita dalam melayani Tuhan bukan karena adanya keterpaksaan, ikut-ikutan, ajang pamer, apalagi disertai dengan motivasi yang tidak benar (terselubung). Bagaimana supaya hati kita benar-benar siap dan layak untuk melayani Dia? Kita harus memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. Semakin kita karib dengan Tuhan semakin Ia membentuk dan memproses kita sesuai dengan rencanaNya. Alkitab mencatat, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman Tuhan dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:9). Dengan firmannya, Tuhan membersihkan dan menghancurkan hal-hal yang tidak berkenan yang masih ada di dalam kita. Tertulis: "...setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2).
Kekariban seseorang dengan Tuhan akan membawa dampak di setiap pelayanan, sebab Tuhan berkata, "Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku," (Imamat 10:3). Karena karib dengan Tuhan karakter Musa berubah dari keras menjadi lemah lembut, bahkan kelembutannya "...lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Karena itu, Musa dipercaya Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian Daud, hidupnya dipakai Tuhan secara luar biasa sebagai upah dari keintimannya dengan Tuhan. Daud berkata, "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain;" (Mazmur 84:11), karena itu "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97). Perhatikan pula yang dilakukan Daniel, "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).
Tuhan memakai orang-orang yang hatinya senantiasa melekat kepadaNya!
Friday, March 1, 2013
HIDUP UNTUK SEBUAH MISI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Maret 2013 -
Baca: Mazmur 67:1-8
"supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." Mazmur 67:3
Jika menyadari bahwa hidup kita ini telah ditebus oleh darah Kristus, tidak seharusnya orang Kristen bersikap acuh tak acuh terhadap pelayanan. Bukankah banyak di antara kita yang dengan sengaja menghindar atau menolak secara terang-terangan jika diimbau untuk melayani Tuhan? Padahal "...kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10).
'Pekerjaan baik' yang dimaksud adalah pelayanan kita. Jadi Tuhan memanggil kita untuk melayani Dia dan memberikan sumbangsih bagi kerajaanNya dan sesama, sebagaimana dilakukan Yesus ketika ia berada di bumi yaitu melayani bapa. "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." (Yohanes 17:4). Yesus bukan saja mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Bapa dengan taat dan setia, bahkan Ia sampai rela mati di atas kayu salib. Sungguh, "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Pelayanan tidak selalu di atas mimbar. Apa pun dan kapan pun kita melayani orang lain dengan penuh kasih dan ketulusan, seperti yang diperbuat oleh seorang Samaria (baca Lukas 10:25-37), ini juga wujud sebuah pelayanan. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).
Ingat! Kita diselamatkan bukan untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri, tapi untuk sebuah misi. Ada amanat Agung yang harus kita kerjakan supaya kita memberitakan jalan-jalanNya dan berita keselamatan itu kepada bangsa-bangsa, sehingga nama Tuhan dipermuliakan dan kerajaanNya ditegakkan di atas muka bumi ini. Tuhan Yesus berkata, "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Matius 28:19).
Keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk melayani dan mengerjakan misi Tuhan!
Baca: Mazmur 67:1-8
"supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." Mazmur 67:3
Jika menyadari bahwa hidup kita ini telah ditebus oleh darah Kristus, tidak seharusnya orang Kristen bersikap acuh tak acuh terhadap pelayanan. Bukankah banyak di antara kita yang dengan sengaja menghindar atau menolak secara terang-terangan jika diimbau untuk melayani Tuhan? Padahal "...kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10).
'Pekerjaan baik' yang dimaksud adalah pelayanan kita. Jadi Tuhan memanggil kita untuk melayani Dia dan memberikan sumbangsih bagi kerajaanNya dan sesama, sebagaimana dilakukan Yesus ketika ia berada di bumi yaitu melayani bapa. "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." (Yohanes 17:4). Yesus bukan saja mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Bapa dengan taat dan setia, bahkan Ia sampai rela mati di atas kayu salib. Sungguh, "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Pelayanan tidak selalu di atas mimbar. Apa pun dan kapan pun kita melayani orang lain dengan penuh kasih dan ketulusan, seperti yang diperbuat oleh seorang Samaria (baca Lukas 10:25-37), ini juga wujud sebuah pelayanan. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40).
Ingat! Kita diselamatkan bukan untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri, tapi untuk sebuah misi. Ada amanat Agung yang harus kita kerjakan supaya kita memberitakan jalan-jalanNya dan berita keselamatan itu kepada bangsa-bangsa, sehingga nama Tuhan dipermuliakan dan kerajaanNya ditegakkan di atas muka bumi ini. Tuhan Yesus berkata, "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Matius 28:19).
Keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk melayani dan mengerjakan misi Tuhan!
Thursday, February 28, 2013
GEREJA: Sebuah Keluarga Allah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2013 -
Baca: Efesus 2:11-22
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," Efesus 2:19
Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26). Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani. Rasul Yohanes menambahkan, "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah." (1 Yohanes 3:1). Jadi, "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7).
Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja). Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal. Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah. Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.
Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir: butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita. Itulah pentingnya sebuah gereja lokal. Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya. Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita. Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita. Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.
Ingat! Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!
Baca: Efesus 2:11-22
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," Efesus 2:19
Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26). Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani. Rasul Yohanes menambahkan, "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah." (1 Yohanes 3:1). Jadi, "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7).
Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja). Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib (baca 1 Petrus 2:9). Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal. Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah. Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.
Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir: butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita. Itulah pentingnya sebuah gereja lokal. Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya. Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita. Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita. Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.
Ingat! Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!
Tuesday, February 26, 2013
ALERGI PADA KATA 'TAAT'
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2013 -
Baca: 1 Petrus 1:13-25
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," 1 Petrus 1:14
Dalam menjalani hidup ini banyak orang Kristen maunya yang enak-enak saja, layaknya melewati jalan tol yang bebas hambatan: diberkati, disembuhkan, dipulihkan, hidup yang terus naik dan sebagainya, tapi kita tidak mau melewati proses atau membayar harga. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24).
Menyangkal diri dan memikul salib berbicara tentang ketaatan. Tapi sayang, jika ada hamba Tuhan yang begitu keras berkhotbah tentang ketaatan banyak di antara kita yang merasa tersinggung, marah dan berusaha untuk menghindarinya, serasa 'alergi' mendengarnya. Kita lebih suka mendengar kotbah dari hamba Tuhan yang isinya ringan, lucu dan menghibur. Kita inginnya hidup semau kita saja. Kita menganggap bahwa ketaatan itu seperti raksasa yang menakutkan dan siap menerkam; seperti pagar besi yang membelenggu langkah gerak kita. Bukankah ini seperti orang fasik atau orang bebal? Sebab "Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal, sebagaimana melakukan hikmat bagi orang yang pandai." (Amsal 10:23). Tetapi bagi kita orang percaya, Alkitab menegaskan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Sebagai anak-anak Tuhan seharusnya kita bersyukur bila kita terus diingatkan untuk hidup dalam ketaatan. Setiap teguran, ajaran dan peringatan hendaknya kita ambil sisi positifnya dan kita terima sebagai berkat rohani. Tuhan sangat mengasihi kita; Dia tidak ingin kita jauh dan makin tersesat. Itulah sebabnya "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Sebaliknya, "...jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (Ibrani 12:8). Ketaatan adalah juga pintu gerbang untuk mengalami berkat-berkat Tuhan.
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," 1 Petrus 1:14
Baca: 1 Petrus 1:13-25
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," 1 Petrus 1:14
Dalam menjalani hidup ini banyak orang Kristen maunya yang enak-enak saja, layaknya melewati jalan tol yang bebas hambatan: diberkati, disembuhkan, dipulihkan, hidup yang terus naik dan sebagainya, tapi kita tidak mau melewati proses atau membayar harga. Tuhan Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24).
Menyangkal diri dan memikul salib berbicara tentang ketaatan. Tapi sayang, jika ada hamba Tuhan yang begitu keras berkhotbah tentang ketaatan banyak di antara kita yang merasa tersinggung, marah dan berusaha untuk menghindarinya, serasa 'alergi' mendengarnya. Kita lebih suka mendengar kotbah dari hamba Tuhan yang isinya ringan, lucu dan menghibur. Kita inginnya hidup semau kita saja. Kita menganggap bahwa ketaatan itu seperti raksasa yang menakutkan dan siap menerkam; seperti pagar besi yang membelenggu langkah gerak kita. Bukankah ini seperti orang fasik atau orang bebal? Sebab "Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal, sebagaimana melakukan hikmat bagi orang yang pandai." (Amsal 10:23). Tetapi bagi kita orang percaya, Alkitab menegaskan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Sebagai anak-anak Tuhan seharusnya kita bersyukur bila kita terus diingatkan untuk hidup dalam ketaatan. Setiap teguran, ajaran dan peringatan hendaknya kita ambil sisi positifnya dan kita terima sebagai berkat rohani. Tuhan sangat mengasihi kita; Dia tidak ingin kita jauh dan makin tersesat. Itulah sebabnya "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Sebaliknya, "...jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (Ibrani 12:8). Ketaatan adalah juga pintu gerbang untuk mengalami berkat-berkat Tuhan.
"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu," 1 Petrus 1:14
Monday, February 25, 2013
BERKAT TUHAN TERSEDIA BAGI ORANG BENAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 5:1-13
"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." Mazmur 5:13
Dalam kitab Maleakhi ditegaskan bahwa akan ada perbedaan antara kehidupan orang benar dan orang fasik. Terhadap orang benar Tuhan menegaskan, "Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia." (Maleakhi 3:17). Ini membuktikan bahwa orang-orang benar senantiasa berada dalam pengawasan Tuhan, "Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." (ayat nas). Berkat-berkat Tuhan disediakan bagi orang-orang yang hidup sesuai dengan kehendakNya. Itulah sebabnya Pemazmur berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam...apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3).
Sebelum kita mengalami keberhasilan dalam hidup ini kita harus terlebih dahulu berhasil dalam Tuhan. Artinya kita harus mengutamakan Tuhan dan menempatkan Dia sebagai prioritas utama, "...maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Kita harus memiliki waktu pribadi dengan Tuhan, hidup benar sesuai firmanNya. Jika hubungan kita dengan Tuhan semakin dekat, apa saja yang kita minta dalam namaNya akan terjadi seperti yang Tuhan janjikan. Kata 'apa saja yang diperbuatnya' menunjuk kepada suatu usaha atau tindakan kita, bukan hanya berdoa saja tapi doing nothing. Kita pasti tahu apa itu Ora Et Labora yaitu berdoa dan juga bekerja; keduanya harus sejalan.
Yakub pun demikian, bekerja 7 tahun pada Laban. Meski selalu dicurangi, ia tetap tekun bekerja dan Tuhan membuat segala yang diperbuatnya berhasil: "Maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba, budak perempuan dan laki-laki, unta dan keledai." (Kejadian 30:43). Jangan kuatir akan hidup ini!
Asal mengutamakanNya, apa saja yang kita perbuat pasti berhasil dan diberkatiNya!
Baca: Mazmur 5:1-13
"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya Tuhan; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." Mazmur 5:13
Dalam kitab Maleakhi ditegaskan bahwa akan ada perbedaan antara kehidupan orang benar dan orang fasik. Terhadap orang benar Tuhan menegaskan, "Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia." (Maleakhi 3:17). Ini membuktikan bahwa orang-orang benar senantiasa berada dalam pengawasan Tuhan, "Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." (ayat nas). Berkat-berkat Tuhan disediakan bagi orang-orang yang hidup sesuai dengan kehendakNya. Itulah sebabnya Pemazmur berkata, "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam...apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3).
Sebelum kita mengalami keberhasilan dalam hidup ini kita harus terlebih dahulu berhasil dalam Tuhan. Artinya kita harus mengutamakan Tuhan dan menempatkan Dia sebagai prioritas utama, "...maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Kita harus memiliki waktu pribadi dengan Tuhan, hidup benar sesuai firmanNya. Jika hubungan kita dengan Tuhan semakin dekat, apa saja yang kita minta dalam namaNya akan terjadi seperti yang Tuhan janjikan. Kata 'apa saja yang diperbuatnya' menunjuk kepada suatu usaha atau tindakan kita, bukan hanya berdoa saja tapi doing nothing. Kita pasti tahu apa itu Ora Et Labora yaitu berdoa dan juga bekerja; keduanya harus sejalan.
Yakub pun demikian, bekerja 7 tahun pada Laban. Meski selalu dicurangi, ia tetap tekun bekerja dan Tuhan membuat segala yang diperbuatnya berhasil: "Maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba, budak perempuan dan laki-laki, unta dan keledai." (Kejadian 30:43). Jangan kuatir akan hidup ini!
Asal mengutamakanNya, apa saja yang kita perbuat pasti berhasil dan diberkatiNya!
Sunday, February 24, 2013
TUHAN ITU MURAH HATI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2013 -
Baca: Roma 9:1-29
"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Roma 9:15
Rahab, meski masa lalunya kelam, beroleh kemurahan dari Tuhan dan namanya pun tercatat sebagai salah satu dari saksi-saksi iman. Seburuk apa pun masa lalu kita, asal kita mau datang kepada Tuhan dan bertobat, Tuhan pasti sanggup pulihkan. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18).
Adapun tanda merah di jendela rumah Rahab adalah gambaran keselamatan yang sejati, yaitu darah Kristus yang tercurah di atas kayu salib, untuk menebus dosa-dosa kita. Pengorbanan Kristus adalah bukti nyata betapa Allah sangat bermurah hati sehingga Ia rela menyerahkan PuteraNya supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (baca Yohanes 3:16). Sesungguhnya kita tidak layak menerima keselamatan itu, tapi oleh kasih karuniaNya kita dilayakkan. Dalam Efesus 1:7 dikatakan, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya." Setelah mengetahui bahwa Tuhan itu murah hati bukan berarti kita dapat hidup seenaknya, bermalas-malasan sambil berpangku tangan menunggu kemurahanNya turun. Kita harus mengerjakan bagian kita, dan Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu menyatakan kemurahannya atas kita. Kemurahan Tuhan tidak pernah beranjak dari kehidupan orang-orang yang senantiasa karib denganNya, di mana "...perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Ini pula yang dirindukan Daud, "...diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya." (Mazmur 27:4).
Sekarang ini mungkin banyak orang berkata, "Ah, percuma beribadah melayani Tuhan, toh hidup kita tidak ada perubahan." Namun perhatikan ayat ini: "...kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya." (Maleakhi 3:18). Ketekunan kita dalam beribadah dan melayani Tuhan tidak akan pernah sia-sia, selalu akan membawa keuntungan bagi kita.
Kemurahan Tuhan selalu mengikuti orang-orang benar!
Baca: Roma 9:1-29
"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Roma 9:15
Rahab, meski masa lalunya kelam, beroleh kemurahan dari Tuhan dan namanya pun tercatat sebagai salah satu dari saksi-saksi iman. Seburuk apa pun masa lalu kita, asal kita mau datang kepada Tuhan dan bertobat, Tuhan pasti sanggup pulihkan. "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18).
Adapun tanda merah di jendela rumah Rahab adalah gambaran keselamatan yang sejati, yaitu darah Kristus yang tercurah di atas kayu salib, untuk menebus dosa-dosa kita. Pengorbanan Kristus adalah bukti nyata betapa Allah sangat bermurah hati sehingga Ia rela menyerahkan PuteraNya supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (baca Yohanes 3:16). Sesungguhnya kita tidak layak menerima keselamatan itu, tapi oleh kasih karuniaNya kita dilayakkan. Dalam Efesus 1:7 dikatakan, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya." Setelah mengetahui bahwa Tuhan itu murah hati bukan berarti kita dapat hidup seenaknya, bermalas-malasan sambil berpangku tangan menunggu kemurahanNya turun. Kita harus mengerjakan bagian kita, dan Tuhan akan mengerjakan bagianNya yaitu menyatakan kemurahannya atas kita. Kemurahan Tuhan tidak pernah beranjak dari kehidupan orang-orang yang senantiasa karib denganNya, di mana "...perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Ini pula yang dirindukan Daud, "...diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya." (Mazmur 27:4).
Sekarang ini mungkin banyak orang berkata, "Ah, percuma beribadah melayani Tuhan, toh hidup kita tidak ada perubahan." Namun perhatikan ayat ini: "...kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya." (Maleakhi 3:18). Ketekunan kita dalam beribadah dan melayani Tuhan tidak akan pernah sia-sia, selalu akan membawa keuntungan bagi kita.
Kemurahan Tuhan selalu mengikuti orang-orang benar!
Saturday, February 23, 2013
TUHAN ITU MURAH HATI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 30:1-13
"Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai." Mazmur 30:6
Kita adalah orang-orang yang beruntung karena memiliki Tuhan yang hidup dan berlimpah kemurahan. "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Ayat ini menegaskan bahwa kasih setia Tuhan tidak berkesudahan, rahmatNya takkan pernah habis dan selalu baru. Luar biasa!
Salah satu contoh orang yang beroleh kemurahan dari Tuhan adalah Rahab. Siapa itu Rahab? Alkitab mencatat bahwa Rahab adalah seorang wanita sundal yang tinggal di Yerikho, sebuah kota yang dikutuk oleh Yosua. Sebagai wanita sundal, bukankah ia masuk kategori sebagai 'sampah' masyarakat? Bagaimana mungkin ia beroleh kemurahan dari Tuhan? Bukan tanpa alasan bila Rahab mengalami pembelaan Tuhan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa "...ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25). Jadi Rahab mendapat kemurahan Tuhan karena dia memihak kepada Tuhan dengan menyembunyikan dua orang pengintai dari kejaran orang-orang Yerikho, sehingga kedua orang itu bisa dikatakan berutang nyawa kepada Rahab. Karena itu sebelum meninggalkan kota, mereka berpesan kepada Rahab supaya ia mengikatkan tali dari benang kirmizi (berwarna merah) pada jendela rumahnya. Rahab pun melakukan sesuai yang diperintahkan. Dan ketika kota Yerikho dibumihanguskan, Yosua pun berkata kepada kedua orang pengintai itu, "Masuklah ke dalam rumah perempuan sundal itu dan bawalah ke luar perempuan itu dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, seperti yang telah kamu janjikan dengan bersumpah kepadanya." (Yosua 6:22).
Tuhan tidak pernah memandang bulu atau latar belakang orang-orang yang Ia beri kemurahan. Rahab, dengan masa lalu buruk, beroleh kemurahan Tuhan karena ia telah menunjukkan kasihnya kepada orang Israel, yang ia tahu memiliki Tuhan yang hidup dan berkuasa. Alkitab mencatat bahwa Rahab salah satu saksi iman. "Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik." (Ibrani 11:31).
Baca: Mazmur 30:1-13
"Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai." Mazmur 30:6
Kita adalah orang-orang yang beruntung karena memiliki Tuhan yang hidup dan berlimpah kemurahan. "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Ayat ini menegaskan bahwa kasih setia Tuhan tidak berkesudahan, rahmatNya takkan pernah habis dan selalu baru. Luar biasa!
Salah satu contoh orang yang beroleh kemurahan dari Tuhan adalah Rahab. Siapa itu Rahab? Alkitab mencatat bahwa Rahab adalah seorang wanita sundal yang tinggal di Yerikho, sebuah kota yang dikutuk oleh Yosua. Sebagai wanita sundal, bukankah ia masuk kategori sebagai 'sampah' masyarakat? Bagaimana mungkin ia beroleh kemurahan dari Tuhan? Bukan tanpa alasan bila Rahab mengalami pembelaan Tuhan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa "...ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25). Jadi Rahab mendapat kemurahan Tuhan karena dia memihak kepada Tuhan dengan menyembunyikan dua orang pengintai dari kejaran orang-orang Yerikho, sehingga kedua orang itu bisa dikatakan berutang nyawa kepada Rahab. Karena itu sebelum meninggalkan kota, mereka berpesan kepada Rahab supaya ia mengikatkan tali dari benang kirmizi (berwarna merah) pada jendela rumahnya. Rahab pun melakukan sesuai yang diperintahkan. Dan ketika kota Yerikho dibumihanguskan, Yosua pun berkata kepada kedua orang pengintai itu, "Masuklah ke dalam rumah perempuan sundal itu dan bawalah ke luar perempuan itu dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, seperti yang telah kamu janjikan dengan bersumpah kepadanya." (Yosua 6:22).
Tuhan tidak pernah memandang bulu atau latar belakang orang-orang yang Ia beri kemurahan. Rahab, dengan masa lalu buruk, beroleh kemurahan Tuhan karena ia telah menunjukkan kasihnya kepada orang Israel, yang ia tahu memiliki Tuhan yang hidup dan berkuasa. Alkitab mencatat bahwa Rahab salah satu saksi iman. "Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik." (Ibrani 11:31).
Friday, February 22, 2013
SEBURUK APA PUN, BERSYUKURLAH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 138:1-8
"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu." Mazmur 138:1
Biasanya orang akan bersorak-sorai dan beria-ria ketika sesuatu yang menyenangkan dialaminya. Itu adalah ekspresi wajar. Namun jika yang dihadapi adalah penderitaan dan kesesakan, adakah sorak-sorai dan tawa lepas? Justru yang terjadi sebaliknya: sedih, murung, kecewa dan putus asa.
Mari perhatikan perkataan nabi Habakuk ini: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:17-18). Saat itu Habakuk sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit: melihat kejahatan yang dilakukan orang-orang sebangsanya dan juga penindasan dari bangsa kafir, yang akan berdampak terhadap kehidupan kala itu, terutama bidang perekonomian. Habakuk menggambarkan keterpurukan ekonomi dengan ketiadaan hasil ladang (pohon ara, anggur, zaitun) dan juga terhalaunya ternak (kambing domba, lembu sapi). Keadaan yang sangat memprihatinkan! Namun Habakuk tidak menyerah pada keadaan, ia berjuang melawan fakta yang ada dengan menguatkan imannya kepada Tuhan: "Allah Tuhanku itu kekuatanku;" (Habakuk 3:19a).
Memang, perjalanan hidup ini bukanlah perkara yang mudah, begitu banyak pergumulan yang harus kita hadapi. Namun bukan berarti kita harus kehilangan sukacita dan tenggelam di dalamnya, karena "... hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat" (2 Korintus 5:7). Jadi tetaplah mengucap syukur, sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28). Kasih Tuhan tidak pernah berkesudahan dan janjiNya tak ada yang tak pernah ditepatiNya. Biarlah sikap dan langkah Habakuk dalam menghadapi persoalan yang berat ini menginspirasi kita dan kita teladani.
"Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; ... Tuhan akan menyelesaikannya bagiku!" Mazmur 138:7-8
Baca: Mazmur 138:1-8
"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu." Mazmur 138:1
Biasanya orang akan bersorak-sorai dan beria-ria ketika sesuatu yang menyenangkan dialaminya. Itu adalah ekspresi wajar. Namun jika yang dihadapi adalah penderitaan dan kesesakan, adakah sorak-sorai dan tawa lepas? Justru yang terjadi sebaliknya: sedih, murung, kecewa dan putus asa.
Mari perhatikan perkataan nabi Habakuk ini: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:17-18). Saat itu Habakuk sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit: melihat kejahatan yang dilakukan orang-orang sebangsanya dan juga penindasan dari bangsa kafir, yang akan berdampak terhadap kehidupan kala itu, terutama bidang perekonomian. Habakuk menggambarkan keterpurukan ekonomi dengan ketiadaan hasil ladang (pohon ara, anggur, zaitun) dan juga terhalaunya ternak (kambing domba, lembu sapi). Keadaan yang sangat memprihatinkan! Namun Habakuk tidak menyerah pada keadaan, ia berjuang melawan fakta yang ada dengan menguatkan imannya kepada Tuhan: "Allah Tuhanku itu kekuatanku;" (Habakuk 3:19a).
Memang, perjalanan hidup ini bukanlah perkara yang mudah, begitu banyak pergumulan yang harus kita hadapi. Namun bukan berarti kita harus kehilangan sukacita dan tenggelam di dalamnya, karena "... hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat" (2 Korintus 5:7). Jadi tetaplah mengucap syukur, sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28). Kasih Tuhan tidak pernah berkesudahan dan janjiNya tak ada yang tak pernah ditepatiNya. Biarlah sikap dan langkah Habakuk dalam menghadapi persoalan yang berat ini menginspirasi kita dan kita teladani.
"Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; ... Tuhan akan menyelesaikannya bagiku!" Mazmur 138:7-8
Thursday, February 21, 2013
SELALU ADA KEAJAIBAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2013 -
Baca: Ester 4:1-17
"Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." (Ester 4:16b)
Dengan dilatarbelakangi ketidaktaatan ratu Wasti kepada raja Ahasyweros, para penasihat menyarankan raja untuk menyingkiran ratu Wasti dan segera mencari penggantinya, "Hendaklah orang mencari bagi raja gadis-gadis, yaitu anak-anak dara yang elok rupanya; ...Dan gadis yang terbaik pada pemandangan raja, baiklah dia menjadi ratu ganti Wasti. Hal itu dipandang baik oleh raja, dan dilakukanlah demikian." (Ester 2:2, 4). Mordekhai (paman Ester) mengikutsertakan Ester dalam pemilihan calon permaisuri, dengan pesan: Ester tidak boleh memberitahukan asal usulnya, karena ini sangat beresiko, sebab jika raja tahu, dia bisa dihukum mati. Ini adalah tugas yang sangat berat. Dengan penuh ketaatan, "Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya," (Ester 2:10). Selama setahun berada dalam penyamaran ia tetap menunjukkan sikap rendah hati dan selalu taat pada perintah. Itulah sebabnya ia beroleh perhatian dan kasih sayang dari semua orang yang melihatnya. Tuhan menyatakan kuasaNya, Ester pun terpilih sebagai ratu menggantikan Wasti.
Setelah menjadi ratu, Ester harus menghadapi ujian, karena di zaman itu ada peraturan bahwa barangsiapa menghadap raja tanpa dipanggil, "...hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati." (Ester 4:11). Padahal ia mendengar kabar bahwa "...Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros." (Ester 3:6). Itulah sebabnya sebelum menghadap raja, Ester mencari Tuhan dan merendahkan diri di hadapanNya dengan mengajak seluruh orang Yahudi untuk berdoa puasa selama 3 hari 3 malam. Usahanya tidak sia-sia, "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan." (Mazmur 9:11). Tuhan mendengar dan menyatakan belas kasihNya. Ester diperkenankan menghadap raja, bahkan raja menawarkan setengah dari kerajaannya, tapi Ester menolak karena ia hanya ingin bangsanya diselamatkan! Dan terbukti, bangsa Yahudi terselamatkan.
Karena campur tangan Tuhan Ester mengalami peninggian dan dipilihNya sebagai penyelamat bangsa!
Baca: Ester 4:1-17
"Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." (Ester 4:16b)
Dengan dilatarbelakangi ketidaktaatan ratu Wasti kepada raja Ahasyweros, para penasihat menyarankan raja untuk menyingkiran ratu Wasti dan segera mencari penggantinya, "Hendaklah orang mencari bagi raja gadis-gadis, yaitu anak-anak dara yang elok rupanya; ...Dan gadis yang terbaik pada pemandangan raja, baiklah dia menjadi ratu ganti Wasti. Hal itu dipandang baik oleh raja, dan dilakukanlah demikian." (Ester 2:2, 4). Mordekhai (paman Ester) mengikutsertakan Ester dalam pemilihan calon permaisuri, dengan pesan: Ester tidak boleh memberitahukan asal usulnya, karena ini sangat beresiko, sebab jika raja tahu, dia bisa dihukum mati. Ini adalah tugas yang sangat berat. Dengan penuh ketaatan, "Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya," (Ester 2:10). Selama setahun berada dalam penyamaran ia tetap menunjukkan sikap rendah hati dan selalu taat pada perintah. Itulah sebabnya ia beroleh perhatian dan kasih sayang dari semua orang yang melihatnya. Tuhan menyatakan kuasaNya, Ester pun terpilih sebagai ratu menggantikan Wasti.
Setelah menjadi ratu, Ester harus menghadapi ujian, karena di zaman itu ada peraturan bahwa barangsiapa menghadap raja tanpa dipanggil, "...hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati." (Ester 4:11). Padahal ia mendengar kabar bahwa "...Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros." (Ester 3:6). Itulah sebabnya sebelum menghadap raja, Ester mencari Tuhan dan merendahkan diri di hadapanNya dengan mengajak seluruh orang Yahudi untuk berdoa puasa selama 3 hari 3 malam. Usahanya tidak sia-sia, "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan." (Mazmur 9:11). Tuhan mendengar dan menyatakan belas kasihNya. Ester diperkenankan menghadap raja, bahkan raja menawarkan setengah dari kerajaannya, tapi Ester menolak karena ia hanya ingin bangsanya diselamatkan! Dan terbukti, bangsa Yahudi terselamatkan.
Karena campur tangan Tuhan Ester mengalami peninggian dan dipilihNya sebagai penyelamat bangsa!
Wednesday, February 20, 2013
SELALU ADA KEAJAIBAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2013 -
Baca: Ester 2:1-18
"Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti." Ester 2:1-17
Alkitab menegaskan, "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Banyak orang Kristen yang ragu akan hal ini. Saat berada dalam pergumulan yang lebih berat kita lebih percaya kepada omongan orang lain yang mengatakan bahwa itu mustahil dan tidak mungkin ada jalan. Kita mulai kecewa dan putus asa, lalu kita pun memutar otak dan menggunakan logika untuk mencari pertolongan lain di luar Tuhan. Ingatlah ayat ini: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Seburuk apa pun keadaan yang kita alami Tuhan sanggup ubahkan karena kuasaNya tidak pernah berubah, dahulu sekarang dan sampai selama-lamanya. Kita harus percaya "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).
Esther adalah contoh orang yang mengalami pertolongan Tuhan di tengah kemustahilan. Pengangkatan Ester menjadi seorang permaisuri raja adalah suatu hal yang mustahil dalam pemandangan manusia. Mengapa? Karena Ester adalah keturunan bangsa Yahudi, bangsa jajahan raja Ahasyweros. Selain itu ia juga salah seorang tawanan yang berstatus budak. Tetapi Tuhan selalu punya cara untuk menolong umatNya, karena "Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban;" (Mazmur 77:15). Sungguh, "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan," (Efesus 3:20). Tuhan selalu punya rencana yang indah di balik peristiwa yang terjadi.
Sebagai yatim piatu, orang lain pasti akan mengatakan kalau hidup Ester akan menderita dan tidak punya masa depan. Itu perediksi manusia! Tapi Tuhan memiliki "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). (Bersambung)
Baca: Ester 2:1-18
"Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti." Ester 2:1-17
Alkitab menegaskan, "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Banyak orang Kristen yang ragu akan hal ini. Saat berada dalam pergumulan yang lebih berat kita lebih percaya kepada omongan orang lain yang mengatakan bahwa itu mustahil dan tidak mungkin ada jalan. Kita mulai kecewa dan putus asa, lalu kita pun memutar otak dan menggunakan logika untuk mencari pertolongan lain di luar Tuhan. Ingatlah ayat ini: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Seburuk apa pun keadaan yang kita alami Tuhan sanggup ubahkan karena kuasaNya tidak pernah berubah, dahulu sekarang dan sampai selama-lamanya. Kita harus percaya "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).
Esther adalah contoh orang yang mengalami pertolongan Tuhan di tengah kemustahilan. Pengangkatan Ester menjadi seorang permaisuri raja adalah suatu hal yang mustahil dalam pemandangan manusia. Mengapa? Karena Ester adalah keturunan bangsa Yahudi, bangsa jajahan raja Ahasyweros. Selain itu ia juga salah seorang tawanan yang berstatus budak. Tetapi Tuhan selalu punya cara untuk menolong umatNya, karena "Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban;" (Mazmur 77:15). Sungguh, "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan," (Efesus 3:20). Tuhan selalu punya rencana yang indah di balik peristiwa yang terjadi.
Sebagai yatim piatu, orang lain pasti akan mengatakan kalau hidup Ester akan menderita dan tidak punya masa depan. Itu perediksi manusia! Tapi Tuhan memiliki "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). (Bersambung)
Tuesday, February 19, 2013
IBLIS HARUS DILAWAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2013 -
Baca: 2 Korintus 11:1-6
"Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya." 2 Korintus 11:3
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka menjadi korban tipu daya Iblis. Dengan segala kelicikannya Iblis memutarbalikkan firman Tuhan, dan Hawa menjadi bimbang (ragu) terhadap apa yang difirmankan Tuhan kepadanya; akhirnya ia melakukan apa yang dilarang oleh Tuhan. Iblis pun tersenyum lebar karena rencananya berhasil.
Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini biarlah kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan supaya kita kuat dan mampu bertahan menghadapi pekerjaan Iblis yang terus berusaha menyesatkan orang-orang yang lemah. Yakobus mengingatkan, "...tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" (Yakobus 4:7). Mengapa kita harus tunduk kepada Tuhan? Karena inilah kunci mengalahkan Iblis. Tunduk kepada Tuhan berarti taat melakukan apa yang difirmankanNya. Banyak orang tidak suka tunduk kepada Tuhan dan lebih memilih hidup menurut keinginannya sendiri. Apakah rugi jika kita tunduk kepada Tuhan? Tentu tidak! Sebab "Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya." (Mazmur 145:9); rancanganNya pun selalu baik bagi kita. Sebaliknya tidak ada sedikit pun yang baik dalam diri Iblis, semuanya adalah jahat. Misi Iblis hanyalah untuk menghancurkan, membunuh dan membinasakan manusia. Tapi mengapa banyak orang yang lebih memilih tunduk kepada Iblis daripada tunduk kepada Tuhan?
Tanpa penundukan diri kepada Tuhan sulit bagi kita untuk bisa melawan dan mengalahkan Iblis, apalagi bila kita hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Oleh karena itu milikilah penundukan diri kepada Tuhan agar Iblis lari dari kita, sebab ia paling takut kepada orang Kristen yang taat kepada Tuhan, yang di dalamnya ada Roh Kudus bekerja. Tunduk (taat) kepada Tuhan berarti kita merenungkan firmanNya siang dan malam serta melakukannya. Jika kita tidak taat kepada Tuhan, Iblis akan menertawakan kita.
Di dalam nama Tuhan Yesus dan firmanNya kita dapat melawan dan mengalahkan Iblis dengan segala tipu muslihatnya.
Baca: 2 Korintus 11:1-6
"Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya." 2 Korintus 11:3
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka menjadi korban tipu daya Iblis. Dengan segala kelicikannya Iblis memutarbalikkan firman Tuhan, dan Hawa menjadi bimbang (ragu) terhadap apa yang difirmankan Tuhan kepadanya; akhirnya ia melakukan apa yang dilarang oleh Tuhan. Iblis pun tersenyum lebar karena rencananya berhasil.
Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini biarlah kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan supaya kita kuat dan mampu bertahan menghadapi pekerjaan Iblis yang terus berusaha menyesatkan orang-orang yang lemah. Yakobus mengingatkan, "...tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" (Yakobus 4:7). Mengapa kita harus tunduk kepada Tuhan? Karena inilah kunci mengalahkan Iblis. Tunduk kepada Tuhan berarti taat melakukan apa yang difirmankanNya. Banyak orang tidak suka tunduk kepada Tuhan dan lebih memilih hidup menurut keinginannya sendiri. Apakah rugi jika kita tunduk kepada Tuhan? Tentu tidak! Sebab "Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya." (Mazmur 145:9); rancanganNya pun selalu baik bagi kita. Sebaliknya tidak ada sedikit pun yang baik dalam diri Iblis, semuanya adalah jahat. Misi Iblis hanyalah untuk menghancurkan, membunuh dan membinasakan manusia. Tapi mengapa banyak orang yang lebih memilih tunduk kepada Iblis daripada tunduk kepada Tuhan?
Tanpa penundukan diri kepada Tuhan sulit bagi kita untuk bisa melawan dan mengalahkan Iblis, apalagi bila kita hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Oleh karena itu milikilah penundukan diri kepada Tuhan agar Iblis lari dari kita, sebab ia paling takut kepada orang Kristen yang taat kepada Tuhan, yang di dalamnya ada Roh Kudus bekerja. Tunduk (taat) kepada Tuhan berarti kita merenungkan firmanNya siang dan malam serta melakukannya. Jika kita tidak taat kepada Tuhan, Iblis akan menertawakan kita.
Di dalam nama Tuhan Yesus dan firmanNya kita dapat melawan dan mengalahkan Iblis dengan segala tipu muslihatnya.
Monday, February 18, 2013
MEMULAI HARI DENGAN PUJIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 145:1-21
"Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 145:1
Apa yang Saudara pikirkan saat bangun tidur di pagi hari? Banyak orang mengawalinya dengan memikirkan masalah dan kemustahilan sehingga pikiran mereka selalu diliputi kegelisahan, ketakutan, kemarahan atau emosi. Berbeda dengan Daud selalu memulai harinya dengan berdoa dan mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhan. Bahkan "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau," (Mazmur 119:164). Tidak sedikit orang Kristen lupa melakukan hal ini. Mereka berpikir memuji Tuhan itu cukup dilakukan saat beribadah di gereja atau persekutuan saja. Itu salah besar! Memuji Tuhan tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan. Kapan pun, di mana pun bagaimana pun keadaan kita, puji-pujian bagi Tuhan harus kita naikkan.
Memuji Tuhan adalah tindakan yang wajar dan normal bagi orang percaya. Kita tidak perlu menjadi worship leader atau kursus vokal terlebih dahulu agar bersuara bagus dan barulah kita bernyanyi bagi Tuhan. Memuji Tuhan adalah ekspresi yang keluar dari hati terdalam seseorang yang mengagumi Tuhan sebagai respons atau kebaikanNya. Tanpa kekaguman, memuji Tuhan hanya akan menjadi suatu kewajiban atau rutinitas yang dipaksakan. Sedangkan rasa kagum pasti lahir dari kerendahan hati, dan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan hidup kita. Itulah sebabnya memuji Tuhan di tengah pencobaan dan penderitaan seringkali terasa sulit kita lakukan. Namun jika kita terus melatih diri untuk selalu memuji Tuhan, kita akan beroleh kekuatan untuk memuji Dia apa pun keadaan kita seperti Daud yang memuji Tuhan bukan hanya sekali, tapi tujuh kali dalam sehari. Ketahuilah bahwa memuji Tuhan adalah pelayanan langsung yang kita tujukan kepada Tuhan. Maka dari itu tanpa kerendahan dan kemurnian hati, pujian kita tidak mungkin berkenan kepada Tuhan.
Saudara pernah merasakan pertolongan Tuhan? Setiap kita pasti mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup ini. Apakah bibir kita kelu untuk memuji Tuhan?
Bagi orang Kristen yang sungguh-sungguh, tiada hari tanpa memuji-muji Tuhan!
Baca: Mazmur 145:1-21
"Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya." Mazmur 145:1
Apa yang Saudara pikirkan saat bangun tidur di pagi hari? Banyak orang mengawalinya dengan memikirkan masalah dan kemustahilan sehingga pikiran mereka selalu diliputi kegelisahan, ketakutan, kemarahan atau emosi. Berbeda dengan Daud selalu memulai harinya dengan berdoa dan mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhan. Bahkan "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau," (Mazmur 119:164). Tidak sedikit orang Kristen lupa melakukan hal ini. Mereka berpikir memuji Tuhan itu cukup dilakukan saat beribadah di gereja atau persekutuan saja. Itu salah besar! Memuji Tuhan tidak mengenal waktu, tempat dan keadaan. Kapan pun, di mana pun bagaimana pun keadaan kita, puji-pujian bagi Tuhan harus kita naikkan.
Memuji Tuhan adalah tindakan yang wajar dan normal bagi orang percaya. Kita tidak perlu menjadi worship leader atau kursus vokal terlebih dahulu agar bersuara bagus dan barulah kita bernyanyi bagi Tuhan. Memuji Tuhan adalah ekspresi yang keluar dari hati terdalam seseorang yang mengagumi Tuhan sebagai respons atau kebaikanNya. Tanpa kekaguman, memuji Tuhan hanya akan menjadi suatu kewajiban atau rutinitas yang dipaksakan. Sedangkan rasa kagum pasti lahir dari kerendahan hati, dan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan hidup kita. Itulah sebabnya memuji Tuhan di tengah pencobaan dan penderitaan seringkali terasa sulit kita lakukan. Namun jika kita terus melatih diri untuk selalu memuji Tuhan, kita akan beroleh kekuatan untuk memuji Dia apa pun keadaan kita seperti Daud yang memuji Tuhan bukan hanya sekali, tapi tujuh kali dalam sehari. Ketahuilah bahwa memuji Tuhan adalah pelayanan langsung yang kita tujukan kepada Tuhan. Maka dari itu tanpa kerendahan dan kemurnian hati, pujian kita tidak mungkin berkenan kepada Tuhan.
Saudara pernah merasakan pertolongan Tuhan? Setiap kita pasti mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup ini. Apakah bibir kita kelu untuk memuji Tuhan?
Bagi orang Kristen yang sungguh-sungguh, tiada hari tanpa memuji-muji Tuhan!
Sunday, February 17, 2013
HIDUP SAMA SEPERTI KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2013 -
Baca: 1 Yohanes 2:1-6
"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." 1 Yohanes 2:6
Kita telah memahami bahwa menjadi Kristen berarti harus hidup sama seperti Kristus, artinya kita harus meneladani Dia dan hidup menurut cara yang Tuhan tetapkan. Namun hidup sama seperti Kristus bukan berarti kita menjalani hidup yang sangat berat, tidak bebas, dengan tumpukan tugas dan tanggung jawab serta segudang larangan.
Tak beda dengan seorang anak dalam sebuah keluarga, kita pun tidak bisa hidup semaunya sendiri. Orangtua kita pun punya 'rambu-rambu' yang tidak boleh dilanggar oleh anak-anaknya. Karena itu sebagai anak kita harus patuh dan tunduk kepada ayah (orangtua) kita. Alkitab menasihati, "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Jika kita menyadari bahwa status kita adalah anak Tuhan, maka kita wajib menjalani suatu kehidupan menurut apa yang telah ditetapkan Tuhan bagi kita, sebagaimana Kristus taat mengerjakan apa yang ditetapkan oleh BapaNya. Itulah yang menjadi kunci rahasia keberhasilan Kristus! Jika kita ingin menjadi orang Kristen yang berhasil kita pun harus mengikuti jejakNya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia datang ke dunia ini dengan satu tujuan yaitu melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34).
Seringkali kita berpikir bahwa hidup sama seperti Kristus menjadikan kita hidup dalam penderitaan dan terkekang. Padahal, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32). Itulah sebabnya selama berada di bumi Yesus tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Waktu dan segenap keberadaan hidupNya sepenuhnya dicurahkan untuk melakukan kehendak bapaNya secara sempurna. Sudahkah kita hidup sama seperti Kristus? Jika kita berjalan seturut kehendak Tuhan dan meneladaniNya, maka kita telah hidup seperti Dia.
Kita tak layak disebut Kristen jika hidup tak mencerminkan Kristus sama sekali!
Baca: 1 Yohanes 2:1-6
"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." 1 Yohanes 2:6
Kita telah memahami bahwa menjadi Kristen berarti harus hidup sama seperti Kristus, artinya kita harus meneladani Dia dan hidup menurut cara yang Tuhan tetapkan. Namun hidup sama seperti Kristus bukan berarti kita menjalani hidup yang sangat berat, tidak bebas, dengan tumpukan tugas dan tanggung jawab serta segudang larangan.
Tak beda dengan seorang anak dalam sebuah keluarga, kita pun tidak bisa hidup semaunya sendiri. Orangtua kita pun punya 'rambu-rambu' yang tidak boleh dilanggar oleh anak-anaknya. Karena itu sebagai anak kita harus patuh dan tunduk kepada ayah (orangtua) kita. Alkitab menasihati, "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Jika kita menyadari bahwa status kita adalah anak Tuhan, maka kita wajib menjalani suatu kehidupan menurut apa yang telah ditetapkan Tuhan bagi kita, sebagaimana Kristus taat mengerjakan apa yang ditetapkan oleh BapaNya. Itulah yang menjadi kunci rahasia keberhasilan Kristus! Jika kita ingin menjadi orang Kristen yang berhasil kita pun harus mengikuti jejakNya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia datang ke dunia ini dengan satu tujuan yaitu melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34).
Seringkali kita berpikir bahwa hidup sama seperti Kristus menjadikan kita hidup dalam penderitaan dan terkekang. Padahal, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32). Itulah sebabnya selama berada di bumi Yesus tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Waktu dan segenap keberadaan hidupNya sepenuhnya dicurahkan untuk melakukan kehendak bapaNya secara sempurna. Sudahkah kita hidup sama seperti Kristus? Jika kita berjalan seturut kehendak Tuhan dan meneladaniNya, maka kita telah hidup seperti Dia.
Kita tak layak disebut Kristen jika hidup tak mencerminkan Kristus sama sekali!
Saturday, February 16, 2013
SEHAT DAN KUAT ROHANI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2013 -
Baca: Efesus 3:14-21
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Di akhir zaman ini tantangan bagi orang percaya tidak semakin mudah tapi semakin berat menghadang. Tidak ada jalan lain bagi kita selain harus makin giat di dalam Tuhan. Jam-jam doa dan juga ibadah harus makin ditingkatkan, bukannya tambah malas dan ogah-ogahan. "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?" (Galatia 3:3).
Kita yang sudah terlibat dalam pelayanan harus makin konsisten dalam mengerjakan panggilan Tuhan. Jangan hanya karena ada masalah lalu kita menjadi undur, karena seberat apa pun ujian yang harus kita lewati kita pasti mampu melewatinya bersama Tuhan, sebab "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Karena itu kita harus makin melekat kepada Tuhan. Pemazmur berkata, "tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:2-3).
Semakin melekat kepada Tuhan kita akan semakin memahami "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18). Melekat kepada Tuhan berbicara tentang keintiman atau kekariban kita kepada Tuhan. " Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Karena itu berhentilah mengeluh, bersungut-sungut atau complain kepada Tuhan ketika keadaan tidak seperti yang kita harapkan. Semua yang terjadi bukan tanpa maksud, tapi untuk menguatkan iman percaya kita kepadaNya sehingga pada saatnya kita akan mengalami campur tangan Tuhan, dan kita pun dapat berkata bahwa bukan dari kata orang saja kita mendengar tentang Dia, "...tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5b) dan merasakannya.
Mari "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 1 Korintus 15:58
Baca: Efesus 3:14-21
"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita," Efesus 3:20
Di akhir zaman ini tantangan bagi orang percaya tidak semakin mudah tapi semakin berat menghadang. Tidak ada jalan lain bagi kita selain harus makin giat di dalam Tuhan. Jam-jam doa dan juga ibadah harus makin ditingkatkan, bukannya tambah malas dan ogah-ogahan. "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?" (Galatia 3:3).
Kita yang sudah terlibat dalam pelayanan harus makin konsisten dalam mengerjakan panggilan Tuhan. Jangan hanya karena ada masalah lalu kita menjadi undur, karena seberat apa pun ujian yang harus kita lewati kita pasti mampu melewatinya bersama Tuhan, sebab "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Karena itu kita harus makin melekat kepada Tuhan. Pemazmur berkata, "tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:2-3).
Semakin melekat kepada Tuhan kita akan semakin memahami "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18). Melekat kepada Tuhan berbicara tentang keintiman atau kekariban kita kepada Tuhan. " Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Karena itu berhentilah mengeluh, bersungut-sungut atau complain kepada Tuhan ketika keadaan tidak seperti yang kita harapkan. Semua yang terjadi bukan tanpa maksud, tapi untuk menguatkan iman percaya kita kepadaNya sehingga pada saatnya kita akan mengalami campur tangan Tuhan, dan kita pun dapat berkata bahwa bukan dari kata orang saja kita mendengar tentang Dia, "...tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5b) dan merasakannya.
Mari "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." 1 Korintus 15:58
Friday, February 15, 2013
SEHAT DAN KUAT ROHANI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2013 -
Baca: Efesus 3:14-21
"Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu," Efesus 3:16
Banyak cara yang ditempuh orang untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan prima, di antaranya melalui olahraga. Ada yang hanya jogging dengan mengitari taman di sekitar komplek rumahnya, bermain tenis, bulutangkis, berenang, 'gowes' (bersepeda) dan juga ber-fitness ria di tempat-tempat kebugaran, plus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan vitamin. Sedihnya, banyak orang yang begitu berkonsentrasi untuk menjaga kesehatan jasmaninya, namun mengabaikan kesehatan rohaninya. Memang secara jasmani mereka terlihat sehat dan kuat, tetapi secara rohani belum tentu mereka sehat. Itulah sebabnya firman Tuhan menasihati, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8).
Ditegaskan bahwa latihan badani itu terbatas gunanya. Ada hal yang lebih penting yang harus kita kejar yaitu sehat rohani. Ada pun latihan yang harus kita lakukan guna menjaga kesehatan tubuh rohani kita adalah ibadah. Karena itu "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Latihan ibadah ini meliputi: doa (pujian dan penyembahan), merenungkan firman Tuhan dan juga pelayanan. Doa adalah nafas hidup orang percaya. Tanpa doa kita akan 'mati rohani'. Kepada jemaat di Tesalonika rasul Paulus menasihati, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17). Inilah rahasia keberhasilan pelayanan rasul Paulus sehingga ia mampu menjungkirbalikkan dunia dengan Injil.
Apa pun yang kita kerjakan, baik itu pelayanan, pekerjaan studi, rumah tangga dan sebagainya perlu ditopang dalam doa. Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri dan merasa diri mampu, karena di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Tanpa doa, pelayanan yang kita kerjakan tidak akan berdampak bagi orang lain. Doa akan membuat kita tetap kuat dan makin teguh di dalam Tuhan meski ada badai menerpa. Sudahkah doa menjadi kebutuhan pribadi kita setiap hari? Jangan hanya berdoa saat butuh saja atau dalam masalah! (Bersambung)
Baca: Efesus 3:14-21
"Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu," Efesus 3:16
Banyak cara yang ditempuh orang untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan prima, di antaranya melalui olahraga. Ada yang hanya jogging dengan mengitari taman di sekitar komplek rumahnya, bermain tenis, bulutangkis, berenang, 'gowes' (bersepeda) dan juga ber-fitness ria di tempat-tempat kebugaran, plus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan vitamin. Sedihnya, banyak orang yang begitu berkonsentrasi untuk menjaga kesehatan jasmaninya, namun mengabaikan kesehatan rohaninya. Memang secara jasmani mereka terlihat sehat dan kuat, tetapi secara rohani belum tentu mereka sehat. Itulah sebabnya firman Tuhan menasihati, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8).
Ditegaskan bahwa latihan badani itu terbatas gunanya. Ada hal yang lebih penting yang harus kita kejar yaitu sehat rohani. Ada pun latihan yang harus kita lakukan guna menjaga kesehatan tubuh rohani kita adalah ibadah. Karena itu "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Latihan ibadah ini meliputi: doa (pujian dan penyembahan), merenungkan firman Tuhan dan juga pelayanan. Doa adalah nafas hidup orang percaya. Tanpa doa kita akan 'mati rohani'. Kepada jemaat di Tesalonika rasul Paulus menasihati, "Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17). Inilah rahasia keberhasilan pelayanan rasul Paulus sehingga ia mampu menjungkirbalikkan dunia dengan Injil.
Apa pun yang kita kerjakan, baik itu pelayanan, pekerjaan studi, rumah tangga dan sebagainya perlu ditopang dalam doa. Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri dan merasa diri mampu, karena di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Tanpa doa, pelayanan yang kita kerjakan tidak akan berdampak bagi orang lain. Doa akan membuat kita tetap kuat dan makin teguh di dalam Tuhan meski ada badai menerpa. Sudahkah doa menjadi kebutuhan pribadi kita setiap hari? Jangan hanya berdoa saat butuh saja atau dalam masalah! (Bersambung)
Thursday, February 14, 2013
HATI YANG HANCUR: Berharga Di Hadapan Tuhan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 51:1-21
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19
Sebelum menjadi bejana yang indah dan berharga, tanah liat harus mengalami proses pembentukan yang dikerjakan oleh seorang penjunan (tukang gerabah). Tanah liat itu terlebih dahulu harus dihancurkan, dibuang kerikil-kerikilnya, lalu diolah dan harus melewati proses pembakaran. Begitu juga dengan sebidang tanah. Sebelum benih dapat disemaikan, seorang petani harus terlebih dahulu mengolah tanahnya dengan cangkul dan bajak, kemudian mengairinya dan barulah tanah tersebut siap untuk ditanami.
Setiap anak Tuhan yang rindu dipakai sebagai alat kemuliaan Tuhan tak luput dari proses pembentukan. "Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu." (Yesaya 64:8). Jadi, "Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: 'Apakah yang kaubuat?' atau yang telah dibuatnya: 'Engkau tidak punya tangan!'" (Yesaya 45:9b). Tidak! Kita harus memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Hati yang remuk dan hancur di hadapan Tuhan, serta memiliki rasa haus dan lapar akan Dia adalah modal menggerakan hati Tuhan, bukan hati yang dipenuhi kesombongan atau kecongkakan, sebab "Allah menentang orang yang congkak," (1 Petrus 5:5), dan Dia "...akan mematahkan kecongkakkan mereka dengan segala daya upaya mereka." (Yesaya 25:11b).
Daud saat menulis mazmur ini dalam keadaan hati remuk redam dan hancur berkeping-keping, menyesali dosanya terhadap isteri Uria; lalu ia pun datang kepada Tuhan. "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mazmur 51:3). Inilah korban yang berkenan kepada Tuhan. Tak ada yang lebih berharga di mata Tuhan kecuali hati yang hancur dan pertobatan, "Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya." (Mazmur 51:18).
Masih banyak orang Kristen yang datang kepada Tuhan (berdoa) tanpa pernah merasakan hati hancur, doa yang dinaikkan tidak lahir dari lubuk hatinya yang terdalam
Hidup menyimpang dari jalan Tuhan dianggap biasa sehingga penyesalan diri pun tiada; janganlah kita demikian.
Baca: Mazmur 51:1-21
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19
Sebelum menjadi bejana yang indah dan berharga, tanah liat harus mengalami proses pembentukan yang dikerjakan oleh seorang penjunan (tukang gerabah). Tanah liat itu terlebih dahulu harus dihancurkan, dibuang kerikil-kerikilnya, lalu diolah dan harus melewati proses pembakaran. Begitu juga dengan sebidang tanah. Sebelum benih dapat disemaikan, seorang petani harus terlebih dahulu mengolah tanahnya dengan cangkul dan bajak, kemudian mengairinya dan barulah tanah tersebut siap untuk ditanami.
Setiap anak Tuhan yang rindu dipakai sebagai alat kemuliaan Tuhan tak luput dari proses pembentukan. "Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu." (Yesaya 64:8). Jadi, "Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: 'Apakah yang kaubuat?' atau yang telah dibuatnya: 'Engkau tidak punya tangan!'" (Yesaya 45:9b). Tidak! Kita harus memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Hati yang remuk dan hancur di hadapan Tuhan, serta memiliki rasa haus dan lapar akan Dia adalah modal menggerakan hati Tuhan, bukan hati yang dipenuhi kesombongan atau kecongkakan, sebab "Allah menentang orang yang congkak," (1 Petrus 5:5), dan Dia "...akan mematahkan kecongkakkan mereka dengan segala daya upaya mereka." (Yesaya 25:11b).
Daud saat menulis mazmur ini dalam keadaan hati remuk redam dan hancur berkeping-keping, menyesali dosanya terhadap isteri Uria; lalu ia pun datang kepada Tuhan. "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!" (Mazmur 51:3). Inilah korban yang berkenan kepada Tuhan. Tak ada yang lebih berharga di mata Tuhan kecuali hati yang hancur dan pertobatan, "Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya." (Mazmur 51:18).
Masih banyak orang Kristen yang datang kepada Tuhan (berdoa) tanpa pernah merasakan hati hancur, doa yang dinaikkan tidak lahir dari lubuk hatinya yang terdalam
Hidup menyimpang dari jalan Tuhan dianggap biasa sehingga penyesalan diri pun tiada; janganlah kita demikian.
Wednesday, February 13, 2013
SERASA DALAM JURANG
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 130:1-8
"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!" Mazmur 130:1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata jurang adalah lembah yang dalam dan sempit, serta curam dindingnya; suatu tempat yang sangat gelap dan mengerikan. Ketika seseorang sedang melewati jalan yang disisinya ada jurang, pastilah ada rambu supaya kita hati-hati. Jika tidak berhati-hati bisa fatal akibatnya. Jika sudah terperosok/jatuh ke dalam jurang curam, sulit rasanya untuk tetap hidup. Jika hidup pun sulit menyelamatkan diri sendiri, kita pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Tak bisa dibayangkan betapa ngeri dan menderitanya bila seseorang jatuh ke dalam jurang.
Terkadang kita juga mengalami keadaan yang demikian, di mana masalah dan kesesakan datang melanda hidup kita. Kita pun merasa tak berdaya, sedih, perih, sakit, putus asa, seperti berada di dalam 'jurang' yang sepertinya tidak ada harapan dan kita tidak tahu harus berbuat apa. Keadaan demikian juga pernah di alami Daud, namun dia tidak menyerah begitu saja atau menyalahkan keadaan, orang lain, diri sendiri atau bahkan Tuhan yang justru akan makin menenggelamkannya dalam ratap; Daud tahu kepada siapa ia berharap dan meratap: "Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku." (ayat 2). Ia datang kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan memohon belas kasihNya dengan berkata, "Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (ayat 3). Daud sadar bahwa dirinya penuh kesalahan, dan mungkin saja penderitaan yang dialaminya sebagai akibat kesalahan dan pelanggarannya. Itulah sebabnya ia memohon ampun kepada Tuhan, dan ia berkata, "...pada-Mu ada pengampunan," (ayat 4).
Asal bertobat dengan sungguh Tuhan pasti akan mendengar teriak kita minta tolong. Karena itu Daud menanti-nantikan Tuhan! Bahkan pengharapannya kepada Tuhan "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi," (ayat 6). Hal itu menunjukkan betapa ia sangat mengharapkan Tuhan. Daud sangat yakin bahwa pengharapan di dalam Tuhan "...adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita," (Ibrani 6:19) dan "...tidak mengecewakan," (Roma 5:5).
Tetap berharap kepada Tuhan dan nantikan Dia; pada saat yang tepat Dia pasti akan mengangkat kita dari jurang terdalam sekali pun!
Baca: Mazmur 130:1-8
"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!" Mazmur 130:1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata jurang adalah lembah yang dalam dan sempit, serta curam dindingnya; suatu tempat yang sangat gelap dan mengerikan. Ketika seseorang sedang melewati jalan yang disisinya ada jurang, pastilah ada rambu supaya kita hati-hati. Jika tidak berhati-hati bisa fatal akibatnya. Jika sudah terperosok/jatuh ke dalam jurang curam, sulit rasanya untuk tetap hidup. Jika hidup pun sulit menyelamatkan diri sendiri, kita pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Tak bisa dibayangkan betapa ngeri dan menderitanya bila seseorang jatuh ke dalam jurang.
Terkadang kita juga mengalami keadaan yang demikian, di mana masalah dan kesesakan datang melanda hidup kita. Kita pun merasa tak berdaya, sedih, perih, sakit, putus asa, seperti berada di dalam 'jurang' yang sepertinya tidak ada harapan dan kita tidak tahu harus berbuat apa. Keadaan demikian juga pernah di alami Daud, namun dia tidak menyerah begitu saja atau menyalahkan keadaan, orang lain, diri sendiri atau bahkan Tuhan yang justru akan makin menenggelamkannya dalam ratap; Daud tahu kepada siapa ia berharap dan meratap: "Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku." (ayat 2). Ia datang kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan memohon belas kasihNya dengan berkata, "Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?" (ayat 3). Daud sadar bahwa dirinya penuh kesalahan, dan mungkin saja penderitaan yang dialaminya sebagai akibat kesalahan dan pelanggarannya. Itulah sebabnya ia memohon ampun kepada Tuhan, dan ia berkata, "...pada-Mu ada pengampunan," (ayat 4).
Asal bertobat dengan sungguh Tuhan pasti akan mendengar teriak kita minta tolong. Karena itu Daud menanti-nantikan Tuhan! Bahkan pengharapannya kepada Tuhan "...lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi," (ayat 6). Hal itu menunjukkan betapa ia sangat mengharapkan Tuhan. Daud sangat yakin bahwa pengharapan di dalam Tuhan "...adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita," (Ibrani 6:19) dan "...tidak mengecewakan," (Roma 5:5).
Tetap berharap kepada Tuhan dan nantikan Dia; pada saat yang tepat Dia pasti akan mengangkat kita dari jurang terdalam sekali pun!
Tuesday, February 12, 2013
HIDUP YANG TIDAK TERTIB
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2013 -
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna." 2 Tesalonika 3:11
Tahukah kita untuk apa peraturan dibuat? Pastilah untuk ditaati dan bukan untuk dilanggar. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berurusan dengan aturan-aturan. Dalam berlalu lintas ada rambu-rambu yang harus kita patuhi; di kantor, sekolah atau tempat-tempat umum kita menjumpai tata tertib yang harus diperhatikan. Semua itu bertujuan supaya ada keteraturan dan ketertiban, sebab banyak orang yang hidupnya tidak tertib.
Tak terkecuali dalam kehidupan orang percaya. Sebenarnya kita sudah banyak membaca dan mendengarkan firman Allah, dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16), tetapi betapa banyak orang Kristen yang hidupnya tidak mencerminkan kekristenan yang benar. Secara teori mereka percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi di dalam kehidupan nyata mereka sama sekali tidak mencerminkan hidup yang sesuai firman Tuhan, justru menyimpang.
Kekristenan adalah tugas yang harus dijalankan dan dipraktekkan dalam realita, bukan sekedar percaya yang pasif; artinya jika kita percaya kepada Tuhan Yesus, maka iman percaya kita itu harus menjadi suatu kenyataan dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Itulah sebabnya rasul Paulus menasihati, "...kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu," (2 Tesalonika 3:7). Banyak orang Kristen yang maunya ingin yang enak-enak saja tapi tidak tertib hidupnya; tidak tertib dalam hal: membagi waktu antara pelayanan dan keluarga, antara hobi dan jam-jam doa (ibadah), mengembalikan persepuluhan, pekerjaan, studi, pergaulan dan sebagainya. Akhirnya citra dirinya sebagai orang Kristen tercoreng dengan sendirinya dan mereka tidak bisa memuliakan Tuhan melalui kehidupannya. Ingat! Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Tuhan hidupnya pasti tertib, sebab "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Ketidaktertiban adalah tanda bahwa seseorang tidak taat terhadap firman Tuhan!
Baca: 2 Tesalonika 3:1-15
"Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna." 2 Tesalonika 3:11
Tahukah kita untuk apa peraturan dibuat? Pastilah untuk ditaati dan bukan untuk dilanggar. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berurusan dengan aturan-aturan. Dalam berlalu lintas ada rambu-rambu yang harus kita patuhi; di kantor, sekolah atau tempat-tempat umum kita menjumpai tata tertib yang harus diperhatikan. Semua itu bertujuan supaya ada keteraturan dan ketertiban, sebab banyak orang yang hidupnya tidak tertib.
Tak terkecuali dalam kehidupan orang percaya. Sebenarnya kita sudah banyak membaca dan mendengarkan firman Allah, dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16), tetapi betapa banyak orang Kristen yang hidupnya tidak mencerminkan kekristenan yang benar. Secara teori mereka percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi di dalam kehidupan nyata mereka sama sekali tidak mencerminkan hidup yang sesuai firman Tuhan, justru menyimpang.
Kekristenan adalah tugas yang harus dijalankan dan dipraktekkan dalam realita, bukan sekedar percaya yang pasif; artinya jika kita percaya kepada Tuhan Yesus, maka iman percaya kita itu harus menjadi suatu kenyataan dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Itulah sebabnya rasul Paulus menasihati, "...kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu," (2 Tesalonika 3:7). Banyak orang Kristen yang maunya ingin yang enak-enak saja tapi tidak tertib hidupnya; tidak tertib dalam hal: membagi waktu antara pelayanan dan keluarga, antara hobi dan jam-jam doa (ibadah), mengembalikan persepuluhan, pekerjaan, studi, pergaulan dan sebagainya. Akhirnya citra dirinya sebagai orang Kristen tercoreng dengan sendirinya dan mereka tidak bisa memuliakan Tuhan melalui kehidupannya. Ingat! Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Tuhan hidupnya pasti tertib, sebab "...Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Ketidaktertiban adalah tanda bahwa seseorang tidak taat terhadap firman Tuhan!
Monday, February 11, 2013
TUHAN SANGGUP MEMULIHKAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2013 -
Baca: Yeremia 29:10-14
"Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman Tuhan, dan Aku akan memulihkan keadaanmu..." Yeremia 29:14
Bagaimana kehidupan doa saudara? Kita sering hanya berdoa saat bangun tidur, mau makan dan mau tidur. Cukupkah demikian? Sementara berdoa secara pribadi keapda Tuhan jarang kita lakukan. Berdoa pribadi bukanlah suatu kewajiban agama, aktivitas rutin belaka atau karena keterpaksaan, tapi haruslah suatu kehidupan yang terpancar dari dalam hati kita bagaikan air sungai yang mengalir terus-menerus siang dan malam; doa yang lahir dari kerinduan hati kita terdalam untuk bertemu Tuhan secara pribadi, "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup." (Mazmur 42:2-3a).
Adakah kita rindu sedemikian saat berdoa? Alkitab menjamin, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Ketika kita hidup di jalur Tuhan pasti doa-doa kita diperhatikanNya. Penghalang utama doa kita tidak dijawab adalah dosa dan pelanggaran kita sendiri (baca Yesaya 59:1-2).
Selain berseru kepada Tuhan kita harus mencari wajahNya senantiasa. Dalam Yeremia 29:13 dikatakan, "Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati." Mencari wajah Tuhan berarti merindukan kehadiran Tuhan dalam hidup kita setiap saat. "Carilah wajah-Ku; maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan." (Mazmur 27:8). Ketika Tuhan hadir dan melawat hidup kita sesuatu pasti terjadi: pemulihan, kesembuhan, berkat, pertolongan, sukacita, ketenangan, pasti dinyatakan. Ketika tabut Tuhan (lambang kehadiran Tuhan) berada di rumah Obed-Edom selama tiga bulan Tuhan memberkati Obed-Edom dan seisi keluarganya secara luar biasa (baca 2 Samuel 6:11).
Tuhan Yesus adalah jawaban bagi setiap persoalan hidup kita. Tidak ada pribadi lain yang dapat memberikan jalan keluar terbaik selain Dia. Karena itu tanggalkan segala hal yang tidak berkenan, maka Dia tidak akan menyembunyikan wajahNya terhadap kita. Percayalah bahwa janji pemulihan bagi kita akan digenapi oleh Tuhan.
Jadikan doa sebagai kebutuhan pribadi dan rindukan kehadiran Tuhan selalu, maka hidup kita pasti dipulihkan!
Baca: Yeremia 29:10-14
"Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman Tuhan, dan Aku akan memulihkan keadaanmu..." Yeremia 29:14
Bagaimana kehidupan doa saudara? Kita sering hanya berdoa saat bangun tidur, mau makan dan mau tidur. Cukupkah demikian? Sementara berdoa secara pribadi keapda Tuhan jarang kita lakukan. Berdoa pribadi bukanlah suatu kewajiban agama, aktivitas rutin belaka atau karena keterpaksaan, tapi haruslah suatu kehidupan yang terpancar dari dalam hati kita bagaikan air sungai yang mengalir terus-menerus siang dan malam; doa yang lahir dari kerinduan hati kita terdalam untuk bertemu Tuhan secara pribadi, "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup." (Mazmur 42:2-3a).
Adakah kita rindu sedemikian saat berdoa? Alkitab menjamin, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Ketika kita hidup di jalur Tuhan pasti doa-doa kita diperhatikanNya. Penghalang utama doa kita tidak dijawab adalah dosa dan pelanggaran kita sendiri (baca Yesaya 59:1-2).
Selain berseru kepada Tuhan kita harus mencari wajahNya senantiasa. Dalam Yeremia 29:13 dikatakan, "Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati." Mencari wajah Tuhan berarti merindukan kehadiran Tuhan dalam hidup kita setiap saat. "Carilah wajah-Ku; maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan." (Mazmur 27:8). Ketika Tuhan hadir dan melawat hidup kita sesuatu pasti terjadi: pemulihan, kesembuhan, berkat, pertolongan, sukacita, ketenangan, pasti dinyatakan. Ketika tabut Tuhan (lambang kehadiran Tuhan) berada di rumah Obed-Edom selama tiga bulan Tuhan memberkati Obed-Edom dan seisi keluarganya secara luar biasa (baca 2 Samuel 6:11).
Tuhan Yesus adalah jawaban bagi setiap persoalan hidup kita. Tidak ada pribadi lain yang dapat memberikan jalan keluar terbaik selain Dia. Karena itu tanggalkan segala hal yang tidak berkenan, maka Dia tidak akan menyembunyikan wajahNya terhadap kita. Percayalah bahwa janji pemulihan bagi kita akan digenapi oleh Tuhan.
Jadikan doa sebagai kebutuhan pribadi dan rindukan kehadiran Tuhan selalu, maka hidup kita pasti dipulihkan!
Sunday, February 10, 2013
TUHAN SANGGUP MEMULIHKAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 126:1-6
"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi." Mazmur 126:1
Saat ini dunia dipenuhi dengan goncangan-goncangan. Goncangan tidak hanya melanda satu bidang kehidupan saja tapi hampir di seluruh aspek kehidupan. Akibatnya banyak orang menjadi mudah frustasi, kecewa dan putus asa. Tapi kita sebagai umat pilihanNya tidak perlu takut dan cemas karena "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28).
Di masa-masa yang sulit ini kita harus makin mendekat dan melekat kepada Tuhan, sebab seberat dan seburuk apa pun keadaan kita Tuhan sanggup memulihkan. Ia memiliki rancangan terbaik bagi setiap umatNya yang mau datang kepadaNya. "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." (Mazmur 126:5-6). Tuhan berkata, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jadi, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Mengapa kita masih belum mengalami dan menikmati rancangan Tuhan yang baik ini? Karena kita belum mengerti bagaimana meraih janji yang telah disediakan Tuhan itu! Kita tahu bahwa Tuhan memberikan free will (kehendak bebas) kepada kita untuk membuat pilihan hidup: taat atau tidak taat. Jika kita taat atau menempuh jalan yang sudah Tuhan tentukan, semua janji Tuhan akan berlaku atas hidup kita. Sebaliknya jika kita tidak taat dan menyimpang dari jalan-jalan Tuhan, janji-janji Tuhan itu tidak bisa kita nikmati. Tuhan berkata, "...apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;" (Yeremia 29:12).
Berseru bukan sekedar berdoa meminta apa yang kita perlukan; berseru berarti mengungkapkan isi hati dengan segenap kekuatan kita.
Baca: Mazmur 126:1-6
"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi." Mazmur 126:1
Saat ini dunia dipenuhi dengan goncangan-goncangan. Goncangan tidak hanya melanda satu bidang kehidupan saja tapi hampir di seluruh aspek kehidupan. Akibatnya banyak orang menjadi mudah frustasi, kecewa dan putus asa. Tapi kita sebagai umat pilihanNya tidak perlu takut dan cemas karena "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28).
Di masa-masa yang sulit ini kita harus makin mendekat dan melekat kepada Tuhan, sebab seberat dan seburuk apa pun keadaan kita Tuhan sanggup memulihkan. Ia memiliki rancangan terbaik bagi setiap umatNya yang mau datang kepadaNya. "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." (Mazmur 126:5-6). Tuhan berkata, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jadi, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Mengapa kita masih belum mengalami dan menikmati rancangan Tuhan yang baik ini? Karena kita belum mengerti bagaimana meraih janji yang telah disediakan Tuhan itu! Kita tahu bahwa Tuhan memberikan free will (kehendak bebas) kepada kita untuk membuat pilihan hidup: taat atau tidak taat. Jika kita taat atau menempuh jalan yang sudah Tuhan tentukan, semua janji Tuhan akan berlaku atas hidup kita. Sebaliknya jika kita tidak taat dan menyimpang dari jalan-jalan Tuhan, janji-janji Tuhan itu tidak bisa kita nikmati. Tuhan berkata, "...apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;" (Yeremia 29:12).
Berseru bukan sekedar berdoa meminta apa yang kita perlukan; berseru berarti mengungkapkan isi hati dengan segenap kekuatan kita.
Saturday, February 9, 2013
JANGAN CONGKAK
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2013 -
Baca: Yakobus 4:1-10
"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Yakobus 4:6
Banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa kesombongan, tinggi hati, congkak, memegahkan diri adalah sikap yang sangat tidak berkenan kepada Tuhan. Dengan tegas Tuhan sangat menentang orang-orang yang demikian. Di dalam Amsal 6:16-19 dikatakan ada enam perkara yang dibenci Tuhan, bahkan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi Dia, dan salah satunya adalah kesombongan. Itulah sebabnya "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11a). Juga ada tertulis: "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5).
Raja Nebukadnezar adalah salah satu contoh orang congkak yang tertulis di dalam Alkitab. Ia berpikir bahwa segala kebesaran, kemegahan dan apa pun yang ada padanya adalah hasil dari kemampuan dan kehebatannya sendiri. Suatu saat ia berjalan di atas istananya di Babel, dan dengan sombongnya ia berkata, "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?" (Daniel 4:30). Namun saat itu pula Tuhan menghukum Nebukadnezar karena kesombongannya, di mana ia direndahkan oleh Tuhan: "...engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!" (Daniel 4:32). Akhirnya Nebukadnezar menyadari kesalahannya dan mengakui kebesaran Tuhan sehingga Ia pun memulihkan keadaannya.
Di hadapan Tuhan, kita bukanlah siapa-siapa, "...tidak lebih dari pada embusan nafas," (Yesaya 2:22). Segala yang kita miliki, baik itu harta kekayaan, kepintaran, jabatan dan sebagainya datang dari Tuhan. Tanpa campur tangan Tuhan, kita tidak akan mampu meraihnya.
Jangan congkak; jika Tuhan berkehendak mengambilnya, semua yang kita miliki akan lenyap seketika.
Baca: Yakobus 4:1-10
"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Yakobus 4:6
Banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa kesombongan, tinggi hati, congkak, memegahkan diri adalah sikap yang sangat tidak berkenan kepada Tuhan. Dengan tegas Tuhan sangat menentang orang-orang yang demikian. Di dalam Amsal 6:16-19 dikatakan ada enam perkara yang dibenci Tuhan, bahkan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi Dia, dan salah satunya adalah kesombongan. Itulah sebabnya "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11a). Juga ada tertulis: "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5).
Raja Nebukadnezar adalah salah satu contoh orang congkak yang tertulis di dalam Alkitab. Ia berpikir bahwa segala kebesaran, kemegahan dan apa pun yang ada padanya adalah hasil dari kemampuan dan kehebatannya sendiri. Suatu saat ia berjalan di atas istananya di Babel, dan dengan sombongnya ia berkata, "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?" (Daniel 4:30). Namun saat itu pula Tuhan menghukum Nebukadnezar karena kesombongannya, di mana ia direndahkan oleh Tuhan: "...engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!" (Daniel 4:32). Akhirnya Nebukadnezar menyadari kesalahannya dan mengakui kebesaran Tuhan sehingga Ia pun memulihkan keadaannya.
Di hadapan Tuhan, kita bukanlah siapa-siapa, "...tidak lebih dari pada embusan nafas," (Yesaya 2:22). Segala yang kita miliki, baik itu harta kekayaan, kepintaran, jabatan dan sebagainya datang dari Tuhan. Tanpa campur tangan Tuhan, kita tidak akan mampu meraihnya.
Jangan congkak; jika Tuhan berkehendak mengambilnya, semua yang kita miliki akan lenyap seketika.
Friday, February 8, 2013
BERSEDIA DIKOREKSI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2013 -
Baca: Mazmur 26:1-12
"Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." Mazmur 26:2
Ketika melakukan sebuah kesalahan tidak semua orang mau ditegur dan dikoreksi. Kita cenderung membenarkan diri sendiri atau menganggap diri paling benar. Orang yang merasa dirinya pintar seringkali berpikir bahwa setiap perkataan dan keputusannya adalah selalu benar, sehingga ia sering menempatkan kelemahan, kekurangan dan kesalahan pada pihak lain, seperti kata Alkitab: "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Juga yang telah memiliki kedudukan tinggi atau kaya seringkali menjadi sombong atas apa yang telah diperolehnya, sehingga tidak sedikit yang memandang rendah orang lain. Orang seperti ini juga biasanya mudah marah dan tersinggung apabila ditegur dan dikoreksi orang lain.
Mari belajar dari Daud, yang walaupun memiliki kedudukan tinggi sebagai raja, terkenal, memiliki kekayaan yang melimpah dan juga pasukan tentara yang kuat, tetaplah orang yang rendah hati. Kerinduannya untuk senantiasa berjalan dalam kehendak Tuhan membuatnya rela ditegur dan dikoreksi setiap saat. Bahkan ia memohon kepada Tuhan untuk selalu diselidiki hatinya apabila masih ada hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya. Daud berkata, "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."
Sebagai manusia Daud sadar bahwa dia bukanlah orang yang sempurna, bahkan seringkali ia melakukan pelanggaran di hadapan Tuhan. Meski demikian ia selalu berjiwa besar untuk menerima teguran dan koreksi. Ketika telah berbuat dosa, ia dengan jujur mengakuinya. Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan, meminta pengampunan dari Tuhan dan segera bertobat. Ia berkata, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" (Mazmur 51:12-13). Akan tetapi tidak demikian dengan Saul, yang ketika ditegur karena kesalahannya ia langsung marah atau berkilah dan menyalahkan orang lain. Bagaimana dengan kita? Adakalanya Tuhan memakai orang lain untuk menegur dan mengoreksi kita.
Setiap teguran dan koreksi yang ditujukan kepada kita hendaknya kita sikapi dengan pikiran yang positif, karena hal itu demi kebaikan kita juga!
Baca: Mazmur 26:1-12
"Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." Mazmur 26:2
Ketika melakukan sebuah kesalahan tidak semua orang mau ditegur dan dikoreksi. Kita cenderung membenarkan diri sendiri atau menganggap diri paling benar. Orang yang merasa dirinya pintar seringkali berpikir bahwa setiap perkataan dan keputusannya adalah selalu benar, sehingga ia sering menempatkan kelemahan, kekurangan dan kesalahan pada pihak lain, seperti kata Alkitab: "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Juga yang telah memiliki kedudukan tinggi atau kaya seringkali menjadi sombong atas apa yang telah diperolehnya, sehingga tidak sedikit yang memandang rendah orang lain. Orang seperti ini juga biasanya mudah marah dan tersinggung apabila ditegur dan dikoreksi orang lain.
Mari belajar dari Daud, yang walaupun memiliki kedudukan tinggi sebagai raja, terkenal, memiliki kekayaan yang melimpah dan juga pasukan tentara yang kuat, tetaplah orang yang rendah hati. Kerinduannya untuk senantiasa berjalan dalam kehendak Tuhan membuatnya rela ditegur dan dikoreksi setiap saat. Bahkan ia memohon kepada Tuhan untuk selalu diselidiki hatinya apabila masih ada hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya. Daud berkata, "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."
Sebagai manusia Daud sadar bahwa dia bukanlah orang yang sempurna, bahkan seringkali ia melakukan pelanggaran di hadapan Tuhan. Meski demikian ia selalu berjiwa besar untuk menerima teguran dan koreksi. Ketika telah berbuat dosa, ia dengan jujur mengakuinya. Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan, meminta pengampunan dari Tuhan dan segera bertobat. Ia berkata, "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!" (Mazmur 51:12-13). Akan tetapi tidak demikian dengan Saul, yang ketika ditegur karena kesalahannya ia langsung marah atau berkilah dan menyalahkan orang lain. Bagaimana dengan kita? Adakalanya Tuhan memakai orang lain untuk menegur dan mengoreksi kita.
Setiap teguran dan koreksi yang ditujukan kepada kita hendaknya kita sikapi dengan pikiran yang positif, karena hal itu demi kebaikan kita juga!
Thursday, February 7, 2013
KEPENUHAN DI DALAM KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2013 -
Baca: Kolose 2:6-15
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kolose 2:6
Sebagai orang Kristen kita tidak hanya cukup percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saja, namun harus makin bertumbuh di dalamNya. Kita harus berupaya untuk mengenal Dia lebih dalam lagi.
Masakan sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi pengenalan kita akan Tuhan tetap saja dangkal? Apakah kita masih pada tingkat Kristen kanak-kanak walaupun secara fisik kita sudah dewasa atau bahkan sudah tua? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Akibatnya ketika ada masalah atau badai hidup kita akan mudah sekali kecewa dan meninggalkan Tuhan.
Rasul Paulus menasihati, "...hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kata tetap berarti tidak berubah, tidak goyah, konsisten. Untuk bisa seperti itu kita harus berakar di dalam Tuhan dan dibangun di atas Dia. Pohon akan tetap kokoh apabila akarnya tertanam dalam di tanah. Semakin akar itu menembus jauh ke dalam tanah, semakin kuat tanaman tersebut. Akar selalu masuk ke bawah tanah dengan tujuan membangun dasar yang kuat. Begitu juga kehidupan orang Kristen yang tetap di dalam Tuhan, senantiasa karib dan melekat kepada Tuhan, ia diibaratkan "...seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3). Pohon ini akan tetap kokoh meski diterpa angin. Sama halnya dengan rumah yang didirikan di atas batu (pondasinya kuat), "Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh..." (Matius 7:25).
Tuhan menghendaki kita terus bertumbuh secara sempurna di dalam Dia, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13).
Seseorang yang mengalami kepenuhan hidup dalam Kristus senang bersekutu dengan Tuhan dan firmanNya, giat melayaniNya dan hidupnya menjadi kesaksian.
Baca: Kolose 2:6-15
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kolose 2:6
Sebagai orang Kristen kita tidak hanya cukup percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saja, namun harus makin bertumbuh di dalamNya. Kita harus berupaya untuk mengenal Dia lebih dalam lagi.
Masakan sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi pengenalan kita akan Tuhan tetap saja dangkal? Apakah kita masih pada tingkat Kristen kanak-kanak walaupun secara fisik kita sudah dewasa atau bahkan sudah tua? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Akibatnya ketika ada masalah atau badai hidup kita akan mudah sekali kecewa dan meninggalkan Tuhan.
Rasul Paulus menasihati, "...hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kata tetap berarti tidak berubah, tidak goyah, konsisten. Untuk bisa seperti itu kita harus berakar di dalam Tuhan dan dibangun di atas Dia. Pohon akan tetap kokoh apabila akarnya tertanam dalam di tanah. Semakin akar itu menembus jauh ke dalam tanah, semakin kuat tanaman tersebut. Akar selalu masuk ke bawah tanah dengan tujuan membangun dasar yang kuat. Begitu juga kehidupan orang Kristen yang tetap di dalam Tuhan, senantiasa karib dan melekat kepada Tuhan, ia diibaratkan "...seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3). Pohon ini akan tetap kokoh meski diterpa angin. Sama halnya dengan rumah yang didirikan di atas batu (pondasinya kuat), "Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh..." (Matius 7:25).
Tuhan menghendaki kita terus bertumbuh secara sempurna di dalam Dia, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13).
Seseorang yang mengalami kepenuhan hidup dalam Kristus senang bersekutu dengan Tuhan dan firmanNya, giat melayaniNya dan hidupnya menjadi kesaksian.
Wednesday, February 6, 2013
MENGASIHI ORANG LAIN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2013 -
Baca: Markus 12:28-34
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Markus 12:31
Tuhan tidak pernah memberikan perintah untuk mengasihi diri sendiri dan mengabaikan orang lain, tetapi untuk mengasihi satu sama lain. Namun secara naluriah semua manusia memiliki kecenderungan untuk mengasihi diri sendiri dan hidup berpusat pada diri sendiri. Dari situlah kemudian Tuhan membuat suatu perintah: sebagaimana manusia mengasihi dirinya sendiri demikianlah hendaknya manusia mengasihi sesamanya.
Karena kita adalah pengikut Kristus maka kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (baca 1 Yohanes 2:6), yaitu mengikuti teladanNya; salah satunya dalam hal kasih. Alkitab menulis: "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Ketika berada di bumi fokus pelayanan Tuhan Yesus adalah melayani jiwa-jiwa dengan penuh kasih, seperti tertulis: "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." (Matius 9:36). Melihat orang lapar, hatiNya tergerak oleh belas kasihan dan diberiNya mereka makan; banyak orang sakit disembuhkan dan dipulihkanNya; orang yang buta dicelikkanNya, bahkan orang yang mati sanggup Ia bangkitkan. Dia tidak pernah menolak siapa pun yang mau datang kepadaNya. TanganNya selalu terbuka bagi semua orang: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bukan hanya itu, Ia juga rela mengorbankan hidupNya, mati di atas kayu salib demi menebus dosa umat manusia. Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah mengasihi sesama kita. Semakin besar kita mengasihi Tuhan semakin besar pula kasih yang akan kita salurkan kepada sesama kita. Sebaliknya bila kasih kita kepada Tuhan itu kecil, maka kecil pula kasih kita kepada orang lain, kita sulit untuk bisa mengasihi sesama kita.
Mengasihi selalu berbuahkan perbuatan-perbuatan baik; mengasihi berarti membalas kejahatan dengan kebaikan, mampu berbuat baik kepada orang yang menyakiti kita; mengasihi berarti memberi, bukan hanya menerima.
Kita tidak layak disebut sebagai pengikut Kristus jika kita tidak bisa mengasihi orang lain!
Baca: Markus 12:28-34
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Markus 12:31
Tuhan tidak pernah memberikan perintah untuk mengasihi diri sendiri dan mengabaikan orang lain, tetapi untuk mengasihi satu sama lain. Namun secara naluriah semua manusia memiliki kecenderungan untuk mengasihi diri sendiri dan hidup berpusat pada diri sendiri. Dari situlah kemudian Tuhan membuat suatu perintah: sebagaimana manusia mengasihi dirinya sendiri demikianlah hendaknya manusia mengasihi sesamanya.
Karena kita adalah pengikut Kristus maka kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (baca 1 Yohanes 2:6), yaitu mengikuti teladanNya; salah satunya dalam hal kasih. Alkitab menulis: "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Ketika berada di bumi fokus pelayanan Tuhan Yesus adalah melayani jiwa-jiwa dengan penuh kasih, seperti tertulis: "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." (Matius 9:36). Melihat orang lapar, hatiNya tergerak oleh belas kasihan dan diberiNya mereka makan; banyak orang sakit disembuhkan dan dipulihkanNya; orang yang buta dicelikkanNya, bahkan orang yang mati sanggup Ia bangkitkan. Dia tidak pernah menolak siapa pun yang mau datang kepadaNya. TanganNya selalu terbuka bagi semua orang: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bukan hanya itu, Ia juga rela mengorbankan hidupNya, mati di atas kayu salib demi menebus dosa umat manusia. Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah mengasihi sesama kita. Semakin besar kita mengasihi Tuhan semakin besar pula kasih yang akan kita salurkan kepada sesama kita. Sebaliknya bila kasih kita kepada Tuhan itu kecil, maka kecil pula kasih kita kepada orang lain, kita sulit untuk bisa mengasihi sesama kita.
Mengasihi selalu berbuahkan perbuatan-perbuatan baik; mengasihi berarti membalas kejahatan dengan kebaikan, mampu berbuat baik kepada orang yang menyakiti kita; mengasihi berarti memberi, bukan hanya menerima.
Kita tidak layak disebut sebagai pengikut Kristus jika kita tidak bisa mengasihi orang lain!
Tuesday, February 5, 2013
MENGASIHI ORANG LAIN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2013 -
Baca: Roma 12:9-21
"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." Roma 12:10
Tanda dari seseorang yang telah lahir baru (manusia baru) adalah memiliki kasih. Sebagai orang percaya kita ini adalah ciptaan baru di dalam Kristus (baca 2 Korintus 5:17). Yang menjadi pertanyaan: sudahkah kita menjadi orang Kristen yang penuh dengan kasih? Ini perlu ditanyakan karena kekristenan tidak dapat dipisahkan dari kasih. Mengapa pula hingga detik ini kita masih saja menjadi orang yang egois, pendendam, punya sakit hati, kebencian, kepahitan dan tidak bisa mengampuni kesalahan orang lain? Alkitab dengan jelas menyatakan: "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20).
Mengasihi orang lain atau sesama kita adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. Karena itu kita tidak boleh mengabaikan hal ini, sebab mengasihi orang lain juga merupakan balasan kasih yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Kasih itu juga bersifat aktif, artinya mendahului, bukan menunggu atau membalas. Kebanyakan dari kita baru mau mengasihi setelah dikasihi, baru mau memberi setelah diberi. Namun tertulis: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka." (Matius 7:12).
Mengasihi sesama berarti mengasihi orang lain tanpa melihat latar belakang mereka (ras, suku, bangsa, status sosial). Dalam Galatia 6:10 dikatakan: "...marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." Mengapa 'kawan-kawan seiman' lebih diutamakan? Bukankah terdengar seperti "pilih-pilih kasih"? Namun ini berarti kita menjadikan saudara seiman yang adalah satu dalam keluarga Kerajaan Allah sebagai tempat pertama untuk kita berlatih atau mempraktekkan kasih itu sebelum kita melangkah keluar untuk mengasihi orang-orang di luar Tuhan. Bagaimana kita bisa mengasihi orang-orang di luar sana jika terhadap saudara seiman atau rekan sesama anggota jemaat Tuhan saja kita tidak mau peduli dan masih menutup mata? (Bersambung)
Baca: Roma 12:9-21
"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." Roma 12:10
Tanda dari seseorang yang telah lahir baru (manusia baru) adalah memiliki kasih. Sebagai orang percaya kita ini adalah ciptaan baru di dalam Kristus (baca 2 Korintus 5:17). Yang menjadi pertanyaan: sudahkah kita menjadi orang Kristen yang penuh dengan kasih? Ini perlu ditanyakan karena kekristenan tidak dapat dipisahkan dari kasih. Mengapa pula hingga detik ini kita masih saja menjadi orang yang egois, pendendam, punya sakit hati, kebencian, kepahitan dan tidak bisa mengampuni kesalahan orang lain? Alkitab dengan jelas menyatakan: "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20).
Mengasihi orang lain atau sesama kita adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. Karena itu kita tidak boleh mengabaikan hal ini, sebab mengasihi orang lain juga merupakan balasan kasih yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Kasih itu juga bersifat aktif, artinya mendahului, bukan menunggu atau membalas. Kebanyakan dari kita baru mau mengasihi setelah dikasihi, baru mau memberi setelah diberi. Namun tertulis: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka." (Matius 7:12).
Mengasihi sesama berarti mengasihi orang lain tanpa melihat latar belakang mereka (ras, suku, bangsa, status sosial). Dalam Galatia 6:10 dikatakan: "...marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." Mengapa 'kawan-kawan seiman' lebih diutamakan? Bukankah terdengar seperti "pilih-pilih kasih"? Namun ini berarti kita menjadikan saudara seiman yang adalah satu dalam keluarga Kerajaan Allah sebagai tempat pertama untuk kita berlatih atau mempraktekkan kasih itu sebelum kita melangkah keluar untuk mengasihi orang-orang di luar Tuhan. Bagaimana kita bisa mengasihi orang-orang di luar sana jika terhadap saudara seiman atau rekan sesama anggota jemaat Tuhan saja kita tidak mau peduli dan masih menutup mata? (Bersambung)
Monday, February 4, 2013
MENGASIHI TUHAN DENGAN SUNGGUH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2013 -
Baca: Yohanes 14:15-31
"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku." Yohanes 14:21a
Apakah Saudara mengasihi Tuhan? Jika Saudara menjawab 'ya', apakah buktinya? "Setiap Minggu saya ke gereja, sudah terlibat dalam pelayanan. Saya adalah penyandang dana terbesar pembangunan gereja." Benarkah ini sudah menjadi bukti atau ukuran bahwa kita mengasihi Tuhan, bila kita melakukan itu semua hanya sebatas aktivitas lahiriah?
Dalam Markus 12:30 dikatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu." Kata segenap berarti menempatkan Tuhan pada skala prioritas utama dalam hidup. Kita menjadikan Tuhan sebagai subyek kasih satu-satunya, tidak ada yang boleh kita kasihi lebih daripada Tuhan. Dia adalah yang utama dan nomor satu dalam segala hal. Tidak ada siapa pun dan apa pun yang dapat menggeser posisi Tuhan dalam hidup kita. Inilah yang disebut mengasihi Tuhan dengan sungguh. Namun seringkali kita mencintai uang atau harta lebih daripada Tuhan, mencintai pekerjaan lebih daripada Tuhan; waktu-waktu kita banyak tersita untuk perkara-perkara duniawi daripada untuk bersekutu dan mencari hadirat Tuhan. Tetapi bagi Daud tidak demikian. Simaklah pernyataannya: "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11).
Mengasihi Tuhan berarti memberikan segenap keberadaan hidup kita untuk dikuasai dan dipimpin oleh Roh Tuhan; artinya kita berjalan bersama Tuhan setiap hari, memikirkan jalan-jalanNya, tunduk pada kehendakNya, taat melakukan firmanNya, memegang teguh janjiNya dan rela dididik (dibentuk) oleh Tuhan. Maka kita tidak masuk 'kategori' sebagai orang yang mengasihi Tuhan jika kita tidak hidup dalam ketaatan, "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku... Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku;" (Yohanes 14:23, 24)
Jadilah pelaku firman! Sebab "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." Matius 7:21
Baca: Yohanes 14:15-31
"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku." Yohanes 14:21a
Apakah Saudara mengasihi Tuhan? Jika Saudara menjawab 'ya', apakah buktinya? "Setiap Minggu saya ke gereja, sudah terlibat dalam pelayanan. Saya adalah penyandang dana terbesar pembangunan gereja." Benarkah ini sudah menjadi bukti atau ukuran bahwa kita mengasihi Tuhan, bila kita melakukan itu semua hanya sebatas aktivitas lahiriah?
Dalam Markus 12:30 dikatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu." Kata segenap berarti menempatkan Tuhan pada skala prioritas utama dalam hidup. Kita menjadikan Tuhan sebagai subyek kasih satu-satunya, tidak ada yang boleh kita kasihi lebih daripada Tuhan. Dia adalah yang utama dan nomor satu dalam segala hal. Tidak ada siapa pun dan apa pun yang dapat menggeser posisi Tuhan dalam hidup kita. Inilah yang disebut mengasihi Tuhan dengan sungguh. Namun seringkali kita mencintai uang atau harta lebih daripada Tuhan, mencintai pekerjaan lebih daripada Tuhan; waktu-waktu kita banyak tersita untuk perkara-perkara duniawi daripada untuk bersekutu dan mencari hadirat Tuhan. Tetapi bagi Daud tidak demikian. Simaklah pernyataannya: "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11).
Mengasihi Tuhan berarti memberikan segenap keberadaan hidup kita untuk dikuasai dan dipimpin oleh Roh Tuhan; artinya kita berjalan bersama Tuhan setiap hari, memikirkan jalan-jalanNya, tunduk pada kehendakNya, taat melakukan firmanNya, memegang teguh janjiNya dan rela dididik (dibentuk) oleh Tuhan. Maka kita tidak masuk 'kategori' sebagai orang yang mengasihi Tuhan jika kita tidak hidup dalam ketaatan, "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku... Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku;" (Yohanes 14:23, 24)
Jadilah pelaku firman! Sebab "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." Matius 7:21
Subscribe to:
Posts (Atom)