Friday, September 28, 2012

JADIKAN DIRI RUMAH PUJIAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2012 -

Baca:  Mazmur 66:1-20

"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!"  Mazmur 66:1-2

Saudara suka memuji Tuhan?  "Ya, ketika di gereja."  Kalau di rumah?  "Tergantung sikon.  Kalau lagi senang ya saya memuji Tuhan."  Saudaraku, kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian, sehingga sudah sewajarnya setiap orang Kristen tidak hanya memuji Tuhan saat mereka berada di gereja saja.  Memuji Tuhan juga tidak bergantung pada situasi dan kondisi yang ada, melainkan setiap waktu dan keadaan.  Mengapa harus memuji Tuhan setiap waktu?  Sebab Tuhan menciptakan kita dengan tujuan memuji dan menyembah Dia;  Tuhan rindu agar setiap aspek kehidupan umatNya dipenuhi dengan pujian akan kebesaranNya.  Jadi setiap orang percaya diperintahkan untuk memuji Tuhan.  "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!..."  (Mazmur 150:6).

     Pujian adalah suatu luapan kekaguman, pengagungan dan ucapan syukur akan apa yang telah dilakukan Tuhan dengan cara yang aktif dan demonstratif.  Pujian adalah syarat untuk memasuki hadirat Tuhan.  Karena itu marilah kita melatih diri untuk menjadikan diri kita sebagai rumah pujian bagi Tuhan, sebab Tuhan sendiri yang menetapkan bahwa bila seseorang ingin memasuki hadirat Tuhan, haruslah melalui pujian dan penyembahan.  Jadi jika kita ingin merasakan hadirat Tuhan, kita harus mulai dengan menaikkan pujian bagi Dia.  "Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!"  (Mazmur 100:4).  Pemazmur juga memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan  "...bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).

     Di mana ada puji-pujian di situ Tuhan hadir dan menyatakan kuasaNya.  Bait Suci Salomo dipenuhi oleh awan kemuliaan Tuhan karena ada puji-pujian dan penyembahan di dalamnya  (baca  2 Tawarikh 5:12-14).  Sudahkah kita menjadikan diri sebagai rumah pujian, Tuhan akan melawat kita, semakin menyempurnakan kita dan memulihkan keadaan kita;  perkara besar dan ajaib akan dinyatakan!

Jika kita sudah menjadi rumah pujian bagi Tuhan, tidaklah sukar memuji Tuhan di segala keadaan.

Thursday, September 27, 2012

PERSEMBAHAN BAGI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2012 -

Baca:  2 Tawarikh 5:1-14

"Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya."  2 Tawarikh 5:6

Adalah mudah bagi seseorang untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan.  Tapi berkata-kata saja tidak cukup, perlu ada bukti yang konkret yaitu melalui tindakan atau perbuatan.  Salah satu bukti seseorang mengasihi Tuhan adalah selalu ingin memberi yang terbaik kepadaNya.  Seluruh keberadaan hidupnya akan dipersembahkan kepada Tuhan:  waktu, tenaga, pikiran, talenta bahkan materi.  Inilah yang dilakukan oleh Salomo.  Kesungguhan dalam berbakti kepada Tuhan dibuktikan dengan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, bahkan bukan hanya sesuatu, melainkan segala sesuatu.  Begitu banyaknya persembahan yang Salomo persembahkan kepada Tuhan sehingga Alkitab mencatat bahwa jumlahnya tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya  (ayat nas).

     Tuhan sangat menghargai setiap persembahan dari umatNya yang diberikan dengan sukacita dan hati yang rela seperti tertulis:  "...Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.  Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:6-7).  Melihat korban yang dipersembahkan raja Salomo kita tahu bahwa jumlahnya begitu besar dan Tuhan sangat berkenan kepada persembahannya.  "Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya: 'Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan.'"  (2 Tawarikh 7:12).

     Apakah itu berarti jumlah persembahanlah yang menentukan?  Tidak.  Tuhan melihat motivasi dan hati kita dalam memberi, bukan pada jumlah atau apa yang kelihatan oleh kasat mata.  Tapi perlu diingat pula bahwa seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan pasti akan memberikan persembahan yang terbaik dari dirinya.  Inilah yang terjadi pada diri Salomo, rela memberikan segalanya untuk Tuhan, bukan untuk pamer atau agar dianggap 'wah'.

Jadi, seseorang yang mengasihi Tuhan pasti suka memberi!

Wednesday, September 26, 2012

PERCAYA KEPADA YESUS: Beroleh Hidup Kekal!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2012 -

Baca:  Yohanes 14:1-14

"...Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  Yohanes 14:6

Banyak orang menganggap bahwa kehidupan manusia hanya terjadi pada saat kita hidup di dunia ini.  Setelah kita mati semuanya akan berakhir.  Makanya mumpung masih bernafas mari bersenang-senang dan menikmati hidup ini.  Begitu pendapat orang banyak.  Ini salah besar!  Alkitab menegaskan bahwa masih ada kehidupan setelah kematian, yaitu kehidupan kekal di dalam kerajaan sorga dan kebinasaan kekal di neraka.

     Ketahuilah bahwa untuk masuk ke dalam kerajaan sorga atau neraka kelak sangat ditentukan selagi kita masih hidup, bukan setelah kita mati,  "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,..."  (Efesus 5:15).  Mungkin kita berkata,  "Aku pasti masuk sorga karena selama hidup di dunia ini aku selalu berbuat baik dan beramal."  Perhatikan ayat ini,  "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman."  (2 Timotius 1:9).  Jadi perbuatan baik tidak menjamin keselamatan atau masuk sorga.  Lalu apa?  Dalam Yohanes 3:16 dikatakan,  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  Jelas dinyatakan bahwa untuk beroleh kehidupan kekal  (sorga)  tidak ada jalan lain selain harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya jalan  (ayat nas), dan keselamatan hanya ada di dalam Dia  (baca  Kisah 4:12).  Itulah kuncinya!  Namun masih banyak orang  'alergi'  mendengar nama Yesus.  Mereka bukan hanya menolak, tidak sedikit yang merendahkan, meremehkan dan melecehkan namaNya.  Lebih menyedihkan lagi jika orang Kristen malah meninggalkan Kristus dan rela menjual imannya demi jabatan, kekayaan atau pasangan hidup.

     Selagi pintu anugerah masih terbuka jangan keraskan hati.  Gunakan kesempatan yang ada dengan baik, jangan tunda-tunda waktu sebelum nasi menjadi bubur!

Percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka jaminan keselamatan kekal akan kita dapatkan!

Tuesday, September 25, 2012

BERDOA DENGAN IMAN DAN PENGHARAPAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2012 -

Baca:  Roma 15:1-13

"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan."  Roma 15:13

Tuhan Yesus berkata,  "...apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu."  (Markus 11:24).  Doa yang disertai dengan iman yang hidup membuka kesempatan bagi kita untuk mengalami mujizat dan pertolongan dari Tuhan.  Ditegaskan pula,  "Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  (Markus 11:23b).  Jadi kuncinya adalah iman atau percaya!

     Selain iman, unsur lain yang tak kalah penting dalam doa adalah pengharapan.  Ini berbicara tentang ketekunan dan kesabaran kita dalam menantikan jawaban dari Tuhan,  "dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan."  (Roma 5:4).  Iman dan pengharapan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling berkaitan satu sama lain.  Iman berarti percaya kepada Tuhan dan firmanNya, sedangkan pengharapan berarti menantikan jawaban dan pertolongan dari Tuhan dengan tekun dan sabar.  Pengharpan inilah yang mendorong kita untuk terus-menerus berdoa siang dan malam sampai doa kita beroleh jawaban dari Tuhan.

     Banyak dari kita yang doanya tidak beroleh jawaban dari Tuhan karena kita tidak lagi bertekun saat berdoa;  kita mudah kecewa, putus asa, lalu marah kepada Tuhan.  Pemazmur menegaskan,  "...semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).  Tuhan adalah Pribadi yang tidak pernah mengecewakan umatNya.  Lain halnya jika kita menaruh pengharapan kepada manusia yang seringkali berujung pada kekecewaan.  Karena itu berdoalah dengan iman dan tetaplah berharap kepada Tuhan.  Nantikanlah Tuhan sampai Ia bertindak, pertolonganNya tidak pernah terlambat karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkotbah 3:11).  Kita bisa belajar dari seorang janda yang terus-menerus dan tak mengenal lelah datang kepada hakim yang lalim sampai ia beroleh jawaban  (baca  Lukas 18:1-8).

"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  Ibrani 10:36

Monday, September 24, 2012

BERDOA DENGAN IMAN DAN PENGHARAPAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2012 -

Baca:  Roma 5:1-11

"Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."  Roma 5:5

Berdoakah Saudara setiap hari?  Sebagian besar dari kita pasti akan menjawab,  "Ya tentu.  Bangun tidur saya berdoa, mau makan tak lupa berdoa dan hendak beranjak tidur juga selalu berdoa."  Jadi, berdoa sudah menjadi kegiatan rutin.

     Namun ternyata berdoa bukan semata-mata aktivitas fisik atau badani, melainkan suatu perbuatan rohani.  Bukan suatu tindakan yang digerakkan oleh tubuh kita, melainkan suatu gerakan yang dilakukan dan didasari oleh roh kita.  Sebenarnya tubuh kita hanyalah membantu melaksanakan perbuatan roh kita;  jadi yang berdoa adalah roh kita.  Dalam Roma 8:26 dikatakan,  "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."  Berdoa bukan hanya sebatas meminta atau memberi laporan terperinci tentang kebutuhan kita dengan Tuhan.  Tapi berdoa adalah sarana mempererat hubungan kita dengan Tuhan yang didalamnya terkandung pujian, penyembahan dan ucapan syukur.  Bagaimanakah supaya doa kita berkuasa dan mampu menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak?  Kita harus berdoa dengan iman.

     Ada dua jenis iman yaitu iman yang mati dan iman yang hidup.  Iman yang mati adalah percaya hanya lewat bibir atau perkataan saja tapi tidak disertai dengan tindakan yang nyata.  Iman yang demikian adalah iman yang sia-sia, sebab  "...Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).  Jadi, iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan itu untuk menjadi sempurna  (baca  Yakobus 2:22).  Doa yang berkuasa adalah doa yang disertai dengan iman yang hidup.  Jadi kalau kita berdoa, janganlah berdoa hanya dengan pancaindera atau daging yang seringkali dipengaruhi oleh suasana hati  (perasaan), pendengaran, penglihatan atau situasi yang ada di sekitar sehingga kita tidak dapat berdoa dengan baik/tidak fokus.  Berdoa dengan iman berarti kita tak peduli bagaimana situasi dan kondisi yang kita alami.

Hanya dengan iman, kita dapat berdoa dengan benar;  dan hanya dengan iman saja kita akan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan.

Sunday, September 23, 2012

BUKTI MENGASIHI TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2012 -

Baca:  Matius 22:34-40

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu."  Matius 22:37

Kasih adalah hukum utama bagi orang percaya, "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:7-8).  Perihal kasih ini Tuhan Yesus menyampaikan satu pesan penting dan sekaligus perintah yang harus kita taati, yaitu mengasihi Tuhan dan juga sesama.  Bahkan di dalam Perjanjian Lama pesan ini sudah disampaikan:  "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.  Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu."  (Ulangan 6:5-9).  Ini menunjukkan bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan merupakan suatu amanat yang sangat penting bagi orang percaya, karena Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi kita.

     Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa seseorang mengasihi Tuhan:  1.  Memiliki hubungan karib dengan Tuhan.  Senantiasa menyediakan waktu bersekutu dengan Tuhan melalui jam-jam doa  (saat teduh)  dan tidak meninggalkan jam-jam ibadah.  "...Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku,"  (Imamat 10:3).  2.  Hidup dalam ketaatan dan melakukan perintah Tuhan.  "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku."  (Yohanes 14:21a).  3.  Setia melayani Tuhan.  Setiap kita dikaruniai talenta dan potensi oleh Tuhan dan itu harus kita kembangkan dan maksimalkan untuk pekerjaan Tuhan.  Jangan menunda-nunda waktu melayani Tuhan dengan berbagai alasan.  4.  Suka Memberi.  Selalu ingin memberi yang terbaik untuk Tuhan, tidak pernah hitung-hitungan dengan Tuhan.  Dengan rela hati dan penuh sukacita selalu ingin menabur/memberi untuk Tuhan dan juga dengan sesama.

Karib dengan Tuhan, taat, setia dan suka memberi adalah bukti kita mengasihiNya.

Saturday, September 22, 2012

KESETIAAN IMAN ZADOK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 September 2012 -

Baca:  2 Samuel 8:15-18

"Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam;"  2 Samuel 8:17a

Dalam Perjanjian Lama yang memegang jabatan imam hanyalah mereka yang merupakan keturunan dari suku Lewi.  Ada pun tugas dari seorang imam adalah membawa orang datang kepada Tuhan dengan cara mempersembahkan korban dan juga mendoakan umat Allah.  Salah satu imam yang dimiliki oleh bangsa Israel adalah imam Zadok.  Nama 'Zadok' berarti saleh, berbudi dan budiman.  Zadok adalah seorang imam yang hidup di zaman raja Daud, ia adalah anak Ahitub, keturunan Eleazar.  Menjadi seorang imam bukanlah pekerjaan yang gampang.  Mereka adalah orang-orang pilihan yang harus memenuhi kriteria yang dikehendaki Tuhan.  Dalam 1 Samuel 2:35 dikatakan,  "Dan Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, dan Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi."

     Seorang imam haruslah orang yang bisa dipercaya, setia dan memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan, dan Zadok adalah contoh seorang imam yang patut diteladani dalam hal kesetiaan dan pengabdiannya yang luar biasa.  Pada masa pemerintahan raja Daud terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Absalom.  Berbagai upaya dilakukan Absalom untuk mencari dukungan, hingga  "...Hati orang Israel telah condong kepada Absalom."  (2 Samuel 15:13).  Tetapi hati Zadok tetap teguh dan tidak terprovokasi.  Ia tetap berpegang kepada kebenaran firman Allah, ia tahu bahwa Allah sendiri yang memilih, menetapkan dan mengurapi Daud sebagai raja;  karena itu ia tetap setia mengikuti raja Daud.  Begitu juga ketika terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Adonia, Zadok tetap setia kepada raja Daud dan tidak memihak kepada Adonia.

     Karena kesetiaannya, Zadok beroleh peninggian dari Tuhan seperti tertulis:  "dan bilik yang mukanya menghadap ke utara, adalah bagi imam-imam yang bertugas di mezbah; mereka ini adalah bani Zadok dan hanya golongan inilah dari bani Lewi yang boleh mendekat kepada TUHAN untuk menyelenggarakan kebaktian."  (Yehezkiel 40:46).  Kaum Zadok mendapatkan hak istimewa untuk melayani kebaktian.  Jika kita dipercaya untuk melayani Tuhan, mari kita lakukan dengan segenap hati dan penuh kesetiaan.

"Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  Amsal 19:22a

Friday, September 21, 2012

MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2012 -

Baca:  Yakobus 3:13-18

"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."  Yakobus 3:16

Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain, bukan lagi hidup untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri (egois).  Namun banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan berpusat pada diri sendiri, istilah Jakartanya loe..loe.. gue..gue.  Akibatnya hidup tidak menjadi berkat bagi orang lain.  Menurut kamus Webster, egois atau mementingkan diri sendiri (selfish) bisa diartikan:  memperhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau berlebihan;  mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain.  Orang yang egois adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai pusat, lebih mengutamakan kepentingan dan perasaannya sendiri tapi tidak mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain.

     Mengapa kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang egois atau mementingkan diri sendiri?  Karena dari sifat ini akan timbul kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (ayat nas).  Kita tahu bahwa orang yang egois akan melakukan apa saja demi mewujudkan apa yang diinginkan, tidak peduli hal itu menyakiti atau mengorbankan perasaan orang lain.  Bila sifat egois atau mementingkan diri sendiri terus dipelihara, maka dalam dirinya akan timbul sifat baru yaitu kikir alias tidak punya kemurahan hati terhadap orang lain.  Ini sangat bertentangan dengan firman Tuhan!  Padahal Alkitab menegaskan,  "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."  (Lukas 6:36).  Dikatakan pula,  "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."  (Matius 5:7).

     Jadi Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya memiliki kemurahan hati, bukan kikir.  Bahkan Alkitab mencatat bahwa orang kikir sama dengan orang yang melakukan kejahatan lainnya seperti percabulan, penyembahan berhala, pencuri, penipu dan lain-lain yang kesemuanya tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:9-10).

Buang sifat egois atau mementingkan diri sendiri dan hiduplah sebagai orang-orang Kristen yang punya kemurahan hati (tidak kikir), sehingga hidup kita berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain;  untuk itulah kita dipanggil!

Thursday, September 20, 2012

TUHAN KITA TUHAN YANG HIDUP!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2012 -

Baca:  1 Raja-Raja 18:20-46

"Lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya."  1 Raja-Raja 18:38

Tuhan bangsa Israel adalah Tuhan yang hidup!  Salah satu buktinya adalah Dia sanggup menolong dan memelihara Elia dengan caraNya yang ajaib di tepi sungai Kerit dan juga memberkati janda di Sarfat.  Bukit lain terjadi di atas gunung Karmel.  Kisah ini bermula ketika Elia bertemu dengan raja Ahab yang dikenal sebagai raja yang melakukan kejahatan dan menyimpang dari jalan Tuhan.  Elia meminta raja Ahab untuk mengumpulkan seluruh bangsa Israel di gunung Karmel dan juga nabi-nabi Baal berjumlah 450 orang dan juga nabi-nabi Asyera sebanyak 400 orang.  Di gunung Karmel itu akan terjadi pembuktian siapa Tuhan yang sesungguhnya, yang layak disembah dan harus diikuti oleh bangsa Israel, karena pada waktu bangsa Israel telah menyimpang dari jalan Tuhan dan menyembah dewa-dewa Baal.

     Setelah semuanya berkumpul, Elia menantang para nabi Baal itu untuk memanggil allah mereka.  Maka berkatalah Elia,  "...Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."  (1 Raja-Raja 18:27).  Meski para nabi Baal telah melakukan ritualnya untuk memanggil allah, tapi tidak ada jawaban, bahkan sampai menyiksa diri pun tetap tidak ada jawaban dari allah mereka.  Tiba gilirannya Elia bertindak;  dengan hati yang teguh ia membuat sebuah mezbah, dan setelah selesai ia berseru memanggil Tuhan Allahnya, maka  "...turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.  Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"  (1 Raja 18:38-39).  Ini membuktikan bahwa Tuhan yang Elia sembah adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa!

     Jadi, masih ragukah Saudara akan kuasa Tuhan dengan berkata,  "Sanggupkah Tuhan menyembuhkan sakitku?  Mungkinkah persoalanku ada jalan ke luarnya?"  Lalu, Saudara mencari pertolongan di luar Tuhan.

Bila Tuhan mendengar dan menjawab seruan Elia tepat pada waktunya, kita pun harus yakin bahwa Dia sanggup menolong kita karena Dia Tuhan yang hidup!

Wednesday, September 19, 2012

JANGAN SOMBONG: Segala Sesuatu Ada Masanya!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2012 -

Baca:  Pengkotbah 3:1-15

"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya."  Pengkotbah 3:1

Salomo sangat jelas menyatakan,  "Untuk segala sesuatu ada masanya," artinya tidak ada yang abadi di dunia ini;  segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia bisa berubah.  Salomo menambahkan,  "Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;..."  (ayat 2).

     Ada berpendapat bahwa kehidupan ini seperti roda yang terus berputar, tidak selamanya berada di atas, kadangkala berada di bawah.  Pendapat itu ada benarnya!  Ada saatnya seseorang berada di puncak karir, berhasil dan punya segalanya, tapi ada waktunya ia harus mengalami kegagalan dan harus merangkak dari bawah lagi.  Ada kalanya kita bersukacita karena hal-hal yang menyenangkan, tapi suatu waktu kita juga harus menangis, bersedih dan berduka karena mengalami masalah atau kesesakan.  Suatu kali kita bisa berbangga hati memiliki tubuh atletis, sehat dan kencang, tapi itu tak akan bertahan lama, dalam beberapa tahun kemudian tubuh kita tak seindah dulu;  masa-masa itu pasti akan lewat.  Oleh karena itu Salomo menasihati,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).  Tidak ada alasan bagi kita memegahkan diri dan sombong sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hati.  "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba."  (Pengkotbah 9:12).

     Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang diijinkan terjadi dalam kehidupan kita bukan tanpa maksud, semuanya pasti mendatangkan kebaikan.  Dia ingin membentuk dan memurnikan iman kita.  Ketika masa-masa sukar dan kelam terjadi, jangan mengeluh, percayalah bahwa kita tidak sendirian, Tuhan ada bersama kita:  menuntun, menyertai, bahkan akan menggendong kita  (baca Yesaya 46:4).

Milikilah penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala perkara,  "...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  Yohanes 15:5b.

Tuesday, September 18, 2012

TUHAN TAHU MOTIVASI KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2012 -

Baca:  Yeremia 17:1-18

"Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."  Yeremia 17:10

Setiap orang pasti memiliki motivasi dalam hidupnya.  Pentingkah motivasi?  Sangat penting!  Karena motivasi adalah faktor atau kekuatan yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu.

     Kata 'motivasi' berasal dari bahasa Inggris 'motivation' yang artinya dorongan;  kata kerjanya adalah 'to motive' yang berarti mendorong dan dan daya penggerak.  Jarang sekali orang mengerjakan sesuatu tanpa motivasi.  Tak dapat dipungkiri lagi bahwa motivasi itu penting bagi kita dalam melakukan sesuatu, karena dengan adanya motivasi kita akan lebih bersemangat karena ada sasaran yang hendak dicapai.  Sebaliknya orang yang melakukan sesuatu tanpa ada motivasi yang kuat akan kurang 'greget' dan cepat putus asa jika ada kendala di tengah jalan.  Namun persoalannya:  ada motivasi positif dan negatif, yang tidak pernah lepas dari perhatian Tuhan!  Dia selalu memperhatikan motivasi seseorang dalam mengerjakan sesuatu,  "...sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita..."  (1 Tawarikh 28:9).  Itulah sebabnya kita harus selalu menjaga agar motivasi kita sesuai kehendak Tuhan sehingga semua yang kita hasilkan adalah baik dan berkenan kepadaNya.  Seseorang dapat menyimpan rapat-rapat motivasi yang ada dalam hatinya, tapi pada saatnya pasti akan terlihat dan terungkap.

     Apa motivasi Saudara melayani Tuhan?  Semata-mata untuk hormat dan kemuliaan namaNya?  Ada orang yang memutuskan diri terlibat dalam pelayanan bukan karena terpanggil dan mengasihi Tuhan, tetapi karena alasan lain:  mencari keuntungan, supaya terkenal, mencari penghasilan atau relasi bisnis.  Rasul Paulus berkata,  "...aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia."  (Kisah 25:16);  ia melayani Tuhan dan rela meninggalkan segala-galanya semata-mata karena Kristus, tidak ada motivasi terselubung di balik itu.

Milikilah motivasi yang benar dalam melayani Tuhan, karena tidak ada yang tersembunyi bagi Dia!

Monday, September 17, 2012

PENYEMBAHAN YANG BENAR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 September 2012 -

Baca:  Yesaya 1:10-20

"Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku."  Yesaya 1:13a

Penyembahan yang berasal dari hati; tanpa hati, penyembahan bukanlah penyembahan.  Karena itu ketika kita datang kepada Tuhan untuk menyembah Dia kita harus melakukannya dengan hati yang tulus, bukan hanya sebatas ucapan bibir belaka.  Tuhan Yesus berkata, "...Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.  Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Markus 7:6b-7).  Buka hati dan ijinkan Roh Kudus membimbing, menuntun dan menyucikan hati kita supaya kita dapat menyembah Tuhan secara benar.  Jika Roh kudus memegang kendali hidup kita, pikiran dan hati kita akan benar-benar siap dan terfokus kepada Tuhan sepenuhnya, tidak lagi bercabang.

     Menyembah dalam kebenaran berkenaan dengan hidup kita yang berkenan kepada Tuhan.  Jika kita dalam keadaan 'tidak benar' alias masih ada dosa yang belum dibereskan, kita tidak layak untuk masuk ke dalam hadiratNya yang kudus, "sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16).  Hidup dalam kebenaran (kekudusan) adalah inti penyembahan orang percaya.  Penyembahan orang yang hidupnya benar dan berkenan kepada Tuhan akan menjadi persembahan yang harum bagi Dia.  Sebaliknya penyembahan yang tidak sungguh-sungguh, "...baunya adalah kejijikan bagi-ku." (Yesaya 1:13a)  Tuhan tidak suka dengan penyembah-penyembah yang tidak benar, kelihatan rohaniah, beribadah kepadaNya tetapi hatinya menjauh dari Dia.  Itulah sebabnya Tuhan tidak asal mencari penyembah-penyembah, yang Ia cari adalah penyembah-penyembah yang benar, yang menyembah Dia dengan kesungguhan hati dalam roh dan kebenaran.

     Sekarang bukan waktunya kita bermain-main dalam hal penyembahan kepada Tuhan; mari lakukan dengan sungguh seperti yang dilakukan oleh perempuan yang datang kepada Tuhan Yesus dengan membawa buli-buli berisi minyak wangi (baca Lukas 7:37-38).  Jadi untuk menjadi penyembah yang benar ada harga yang harus kita bayar.  Abraham rela mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai bukti ia mengasihi Tuhan lebih dari apa pun juga.

Tanpa kesungguhan hati dan ketaatan, penyembahan kita akan sia-sia!

Sunday, September 16, 2012

PENYEMBAHAN YANG BENAR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2012 -

Baca:  Yohanes 4:20-26

"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian."  Yohanes 4:23

Penyembahan adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya, bahkan seharusnya menjadi gaya hidup.  Siapa yang harus kita sembah?  Allah yang hidup saja, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.  "Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing." (Mazmur 81:10).

      Dalam pelaksanaannya, penyembahan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, sehingga kapan pun dan di mana pun dapat dilakukan.  Pada zaman Perjanjian Lama orang melakukan penyembahan Allah dengan cara-cara yang dinilai secara fisik, yaitu yang meniktikberatkan pada aktivitas jasmaniah, di mana ada aturan yang sangat ketat dan rumit sebagai syarat untuk dapat datang kepada Allah.  Tidak semua orang dapat datang kepada Allah, hanya orang-orang tertentu saja.  Pada bangsa Israel biasanya diwakili oleh kaum Lewi yang biasa disebut para iman.  Tetapi hal ini berbeda di zaman Perjanjian Baru setelah Tuhan Yesus datang ke dunia menebus dosa manusia di atas kayu salib, di mana Ia telah mendamaikan manusia dengan Allah yang secara simbolik dinyatakan dengan tabir bait suci terbelah dua, maka semua orang bisa datang kepada Allah.  "Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri." (Ibrani 10:19-20).  Meski demikian kita tidak boleh datang kepada Tuhan dan menyembah Dia dengan sembarangan.  Kita harus menyembah Dia dengan benar dan tulus.  Penyembah yang sejati bukan berdasarkan lagu atau musik yang kita mainkan, tetapi inti penyembahkan adalah saat hati, jiwa dan seluruh keberadaan hidup kita memberikan penyembahan kepada Tuhan.  Penyembahkan haruslah mengalir dari 'dalam' menuju ke 'luar' yaitu penyembahan yang terjadi di dalam hati (dalam roh), bukan hanya menonjolkan aktivitas fisik semata.

     Penyembahan juga bukan berbicara masalah tempat, waktu atau musik yang cocok, karena perhatian utama Tuhan bukanlah bagian luar, tetapi "...Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b).  (Bersambung)

    

Saturday, September 15, 2012

MEMILIKI SIKAP DOA YANG BENAR (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 September 2012 -

Baca:  Mazmur 34:1-23

"Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."  Mazmur 34:19

Pemungut cukai yang merasa dirinya najis, berdosa dan tidak layak di hadapan Tuhan  "...berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: 'Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.'" (Lukas 18:13).  Dengan menyadari dirinya sebagai orang berdosa, pemungut cukai datang kepada Tuhan dan mengakui segala dosa-dosanya; ia pun beroleh pengampunan dari Tuhan Allah dan dibenarkanNya.  Pemazmur berkata, "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur;  hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  Sedangkan orang Farisi yang merasa dirinya benar, doanya tidak berkenan kepada Tuhan, malahan menjadi kebencian bagi Dia karena Ia sangat menentang orang-orang yang congkak, tapi mengasihani orang yang rendah hati (baca 1 Petrus 5:5).

     Seseorang yang menyadari 'siapa dirinya' di hadapan Tuhan pasti akan merasa gentar dan memiliki hati yang takut akan Dia.  Ketika bertemu dengan Tuhan dan beroleh panggilanNya, Yesaya dengan penuh kegentaran berkata, "...Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (Yesaya 6:5).  Begitu pula Paulus yang menyatakan, "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa." (1 Timotius 1:15).  Sikap doa dari orang-orang yang rendah hatilah yang diperhatikan dan beroleh jawaban dari Tuhan.  Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita!

     Mungkin saat ini banyak orang Kristen yang doanya tidak beroleh jawaban Tuhan karena sikap hati mereka tidak benar saat berdoa.  Dalam berdoa kita harus punya kerendahan hati karena hanya orang yang rendah hati berkenan kepada Tuhan.  Jangan malu ketika air mata kita mengalir deras saat berdoa, karena air mata kita ditampung ke dalam kirbat-Nya (baca Mazmur 56:9).  Dan jangan bersikap seperti orang Farisi yang datang kepada Tuhan dengan hati sombong, memamerkan kebenaran dan kesucian hidupnya.  Tidak ada alasan bagi kita menyombongkan diri di hadapan Tuhan.

Tidak ada alasan bermegah di hadapan Tuhan karena keberadaan kita sepenuhnya anugerah Tuhan semata.

Friday, September 14, 2012

MEMILIKI SIKAP DOA YANG BENAR (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 September 2012 -

Baca:  Lukas 18:9-14

"...Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;"  Lukas 18:11

Doa adalah bagian terpenting dalam kehidupan orang percaya, ibarat nafas hidup kita.  Doa adalah suatu keharusan dan menjadi life style orang Kristen, bukan pilihan atau sekedar saran.  Alkitab menasihatkan agar kita tekun berdoa,  "...mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu."  (Lukas 18:1).

     Begitu pentingkah doa bagi kita?  Ya, karena doa adalah langkah membangun kekariban dengan Tuhan, selain membaca Alkitab.  Melalui doa, kita berkomunikasi dengan Tuhan dan membaca Alkitab, kita belajar mendengarkan apa yang Tuhan firmankan sehingga kita mengerti kehendakNya.  Banyak orang Kristen menganggap enteng dan sepele perihal doa.

     Hari ini kita belajar bagaimana harus berikap saat berdoa.  Sikap hati seseorang saat berdoa sangat menentukan apakah doanya berkenan dan beroleh jawaban dari Tuhan.  Perhatikan orang Farisi dan pemungut cukai dalam bacaan saat mereka berdoa.  Mereka sama-sama masuk ke Bait Tuhan untuk berdoa, namun sikap kedua orang ini ketika berdoa berbeda.  Dalam kehidupannya sehari-hari orang Farisi suka mengenakan jubah panjang dan jumbai yang bertuliskan ayat-ayat Alkitab, selalu duduk di barisan terdepan saat ibadah, suka berdiri di tempat-tempat umum di hadapan orang banyak dan berdoa dengan suara nyaring sehingga semua orang menjadi sangat segan dan hormat kepadanya karena ia orang yang 'suci'.  Ayat nas di atas jelas menyatakan betapa orang Farisi ini selalu menempatkan dirinya lebih dari orang lain.  Dengan langkah tegap sambil membusungkan dada ia masuk ke Bait Tuhan lalu berkata,  "...aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;" (Lukas 18:11).  Di dalam Bait Tuhan yang kudus pun ia menuding dan menghakimi orang lain.  Sikap doanya jelas menunjukkan betapa ia sangat tinggi hati dan congkak.  Namun Firman Tuhan berkata, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;..." (Yesaya 2:11).

Siapakah kita sehingga menganggap diri kita lebih suci dan benar dari orang lain?

Thursday, September 13, 2012

UPAH KESETIAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2012 -

Baca:  Rut 2:1-23

"Tuhan kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh Tuhan, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung."  Rut 2:12

Nama 'Rut' (bahasa Ibrani) berarti 'belas kasih'.  Sesuai dengan arti namanya, Rut juga beroleh belas kasih dari Tuhan, hidupnya mengalami pemulihan dan diberkati Tuhan.

     Menarik sekali jika memperhatikan kisah perjalanan hidup Rut beserta Naomi, ibu mertuanya ini.  Rut, meski telah ditinggal mati suaminya, tetap berkomitmen mengabdi dan mendampingi ibu mertuanya yang juga janda.  Inilah permintaan Rut dan Naomi,  "...Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;" (Rut 1:21a).  Di tengah keterbatasan dan pergumulan yang berat keduanya terus berjuang agar dapat bertahan hidup.  Sungguh, di dalam Tuhan selalu ada pengharapan,  "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).  Dengan cara-Nya yang ajaib Ia campur tangan dalam kehidupan mereka.  Sesungguhnya bisa saja Naomi minta tolong langsung kepada Boas, seorang kaya raya, tapi ia sadar Boas bukanlah kerabatnya melainkan kerabat mendiang suaminya.  Akhirnya Rut meminta ijin kepada mertuanya pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai yang terlewatkan dari para pekerja, dan ternyata ladang itu milik Boas.  Boas yang melihat itu tidak marah, malah menunjukkan kasih dan kemurahannya.  Ternyata berita kesetiaan dan kebaikan hati Rut terhadap mertuanya sampai ke telinga Boas.

     Mungkin kita berkata itu kebetulan.  Namun di dalam Tuhan tidak ada perkara yang kebetulan.  Ia punya banyak cara untuk menolong umatNya.  Cara Tuhan tidak pernah terpikirkan oleh kita.  Melalui Boas hidup Rut dan Naomi dipulihkan.

Karena kesetiaan dan ketekunannya, Rut ditolong dan diberkati Tuhan dengan caraNya yang ajaib!

Wednesday, September 12, 2012

PILIHAN HIDUP YANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2012 -

Baca: Yosua 24:1-28

"Oleh sebab itu, takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada Tuhan."  Yosua 24:14

Setelah berhasil membawa bangsa Israel menduduki dan mendiami Tanah Perjanjian untuk beberapa waktu lamanya, usia Yosua semakin bertambah tua.  Menyadari bahwa masa hidupnya tidak akan lama lagi, Yosua mengumpulkan seluruh orang Israel termasuk para pemimpin tiap-tiap suku di Sikhem.  Untuk apa?  Dalam tradisi Israel, bila seorang pemimpin sudah berusia lanjut, di mana masa tugasnya akan berakhir dan kematiannya sudah sangat dekat, ia akan mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk menyampaikan pidato perpisahan yang berisi nasihat atau pesan-pesan terakhir.

     Saat berada di Sikhem ini selain menyampaikan pidato perpisahan, Yosua juga hendak mengingatkan kembali komitmen bangsa Israel kepada Tuhan.  Mengapa perlu diingatkan?  Karena selama ini mereka sering mengalami jatuh bangun di dalam dosa, hati gampang berubah dan tidak lagi setia kepada Tuhan padahal mereka telah mengecap kasih dan kebaikan Tuhan begitu limpahnya.  Saat ke luar dari perbudakan, perjalanan di padang gurun hingga tiba dan menikmati Kanaan, perkara-perkara besar dan ajaib telah dinyatakan Tuhan atas mereka.  Karena itu Yosua menghendaki agar mereka membuat pilihan yang benar dan tegas kepada siapa mereka akan beribadah!  Memilih beribadah kepada allah nenek moyang di seberang sungai Efrat, allah orang Amori atau kepada Allah yang hidup?  Akan halnya Yosua sendiri, dengan tegas ia menyatakan,  "...aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" (ayat 15b).

     Akhirnya umat Israel pun membuat pilihan yang sama yaitu berjanji dan tetap beribadah kepada Allah yang hidup.  Mereka tidak boleh main-main dengan apa yang telah diucapkan, janji itu harus benar-benar ditepati.  Ini komitmen mereka,  "...Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!" (ayat 16).  Jika mereka ingkar, lalu beribadah kepada allah asing, Tuhan tidak segan-segan akan menghukum mereka karena Dia adalah Allah yang kudus dan Pencemburu.

Pilihan hidup yang benar menentukan masa depan kita, dan kita harus sungguh-sungguh mengerjakannya karena Tuhan tidak bisa dipermainkan!

Tuesday, September 11, 2012

MEMBERITAKAN INJIL: Tugas dan Tanggung Jawab Orang Percaya!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2012 -

Baca:  2 Timotius 1:1-18

"Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah."  2 Timotius 1:1-18

Rasul Paulus sadar bahwa penderitaan yang dialaminya tidak sebanding dengan penderitaan Kristus di atas salib.  Paulus menganggap sebagai hutang bila ia tidak memberitakan Injil Kristus.  Bagaimana dengan kita?  Memberitakan Injil adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya tanpa terkecuali.  Selagi ada waktu dan kesempatan,  "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).

     Meski harus dipenjara karena Kristus Rasul Paulus tidak pernah merasa minder dan malu, bahkan menghadapi kematian pun ia tidak takut karena baginya hidup  "...adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).  Baginya, hidup adalah bekerja untuk menghasilkan buah bagi Kerajaan Allah.  "Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu." (Filipi 3:17).  Rasul Paulus telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa bagi kita, terlebih bagi para pelayan Tuhan dan layak kita ikuti jejaknya.  Memang, tetap kuat dan bersukacita di tengah penderitaan bukanlah pekerjaan mudah.  Tidak sedikit orang Kristen yang kecewa dan mundur dari pelayanan hanya karena tersinggung oleh kata-kata rekan sepelayanan, fasilitas yang disediakan kurang memadai dan sebagainya, padahal belum mengalami seperti yang dialami Paulus.  Adalah mudah melayani Tuhan apabila fasilitas yang disediakan serba wah dan kebutuhan materi tercukupi.  Jika yang terjadi sebaliknya, masih dapatkan kita mengucap syukur dan tetap semangat?

     Bagi Paulus, dipercaya menjadi hambaNya sudah merupakan anugerah yang tak ternilai sehingga ia berkata,  "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a).  Hidup Paulus benar-benar membawa dampak yang luar biasa:  Injil semakin maju dan hidupnya menjadi berkat bagi jiwa-jiwa.

Seberat apa pun beban dan pergumulan, tetaplah semangat melayani Tuhan dan memberitakan Injil-Nya, upah besar disediakan bagi yang bertahan sampai akhir!

Monday, September 10, 2012

DIPENJARA KARENA INJIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2012 -

Baca:  Filipi 1:12-26

"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  Filipi 1:22a

Mendengar kata penjara di benak kita pasti terlintas suatu tempat yang menyeramkan, pengap dan penuh sesak oleh orang-orang pesakitan.  Penjara adalah tempat bagi para penjahat dan orang-orang yang terlibat dalam kasus kriminal alias pelanggar hukum.  Penjara pada zaman Romawi sangat berbeda dengan penjara yang ada di negara kita saat ini.  Di Indonesia banyak penjara yang memiliki fasilitas cukup baik, ada yang ber-AC, bahkan kalau pejabat yang dipenjarakan fasilitasnya tidak kalah dengan hotel berbintang.

     Penjara-penjara Romawi adalah penjara yang letaknya di bawah tanah, gelap dan pengap;  dan makin berat perbuatan seorang hukuman semakin ia ditaruh ke bagian yang lebih bawah.  Inilah yang dialami oleh Rasul Paulus, ia harus mendekam di dalam penjara.  Apa kesalahan Paulus?  Ia dipenjara bukan karena telah melakukan kesalahan atau melanggar hukum, tetapi justru karena menyampaikan kebenaran melalui pemberitaan Injil.  "...aku dipenjarakan karena Kristus." (Filipi 1:13).  Meski harus mendekam dipenjara apakah ia sedih, kecewa dan marah kepada Tuhan?  Tidak!  Penjara tak membuat Paulus kehilangan semangat untuk melayani Tuhan, rohnya tetap menyala-nyala bagi Dia.  Tembok penjara tak mampu membelenggu Paulus.  Justru saat dibalik terali besi inilah ia tetap sanggup menguatkan jemaat Tuhan dengan surat-surat yang ia kirimkan.  Kokohnya tembok penjara juga tidak mampu merampas sukacitanya karena di penjara pun ia senantiasa bersukacita.

     Apakah dengan pemenjaraan terhadap Paulus Injil Kristus berhenti diberitakan dan jemaat Tuhan menjadi takut, lalu mereka bersembunyi dan meninggalkan iman Kristen?  Tidak!  Pemenjaraan terhadap Paulus justru membawa berkat dan dampak yang luar biasa.  "...apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil." (Filipi 1:12).  Bahkan jemaat Tuhan pada waktu itu malah semakin berani untuk memberitakan Injil, mereka "...bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut." (Filipi 1:14).

"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9).

Sunday, September 9, 2012

MENGIKUT KRISTUS: Ada Harga yang Harus dibayar!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2012 -

Baca:  Markus 8:31-38

"... Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  Markus 8:34

Ada sisi lain yang tidak boleh kita abaikan dalam pengiringan kepada Tuhan yaitu salib bagi orang percaya.  Gereja Tuhan tidak boleh lupa membritakan tentang salib Kristus.

     Datang kepada Tuhan untuk meminta berkat dan kelimpahan tidaklah salah.  Tetapi kalau selama bertahun-tahun menjadi Kristen hanya itu yang kita lakukan tanpa pernah mau mengerti bahwa terkadang Tuhan mengijinkan ujian dan penderitaan terjadi dalam kehidupan kita, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menjadi seorang Kristen yang dewasa, karena ujian dan penderitaan adalah bagian dari proses pembentukan Tuhan.  Namun kita percaya bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (baca Roma 8:28).  Jadi kita dalam kondisi diberkati atau belum diberkati, disembuhkan atau belum disembuhkan dan sebagainya harus tetap bersungguh-sungguh di dalam mengiring Tuhan.

     Pemazmur menyatakan, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).  Ini menunjukkan bahwa percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti bebas dari masalah.  Persoalan tetap ada, tetapi berbeda ketika kita memiliki Tuhan Yesus karena Dia akan selalu menopang, menguatkan dan memberikan jalan keluar bagi kita.

     Kekristenan tak dapat dipisahkan dari penyangkalan diri dan pikul salib.  Apa maksudnya?  Penyangkalan diri berarti harus menyalibkan segala keinginan daging kita, rela meninggalkan dosa dan berkomitmen untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan.  Memikul salib berarti harus rela dibenci dan dimusuhi oleh dunia ini karena nama Yesus.  Bahkan dikatakan, "...siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." (Markus 8:35).  Jadi, mengikut Kristus benar-benar membutuhkan komitmen yang tinggi, tidak boleh setengah-setengah.  Memikul salib juga berarti mengalami penderitaan karena namaNya.

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." Matius 5:10

Saturday, September 8, 2012

BUKAN SAJA UNTUK PERCAYA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2012 -

Baca:  Filipi 1:27-30

"Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,"  Filipi 1:29

Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat disebut sebagai orang-orang percaya.  Orang-orang di luar Tuhan yang memiliki kepercayaan lain tidak sebut sebagai orang percaya.  Ini adalah suatu anugerah bagi kita!

     Dikaruniai untuk percaya merupakan suatu keuntungan bagi kita, karena dengan iman dan percaya kepada Tuhan Yesus kita akan mengalami dan menikmati berkat-berkat dari Tuhan.  "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." (Efesus 1:3).  Berkat-berkat rohani (keselamatan, pemulihan, kesehatan, sukacita, damai sejahtera dan sebagainya) disediakan Tuhan bagi kita.  Kita percaya berkat-berkat jasmani pun akan ditambahkan dalam kehidupan kita sebagaimana dinyatakan oleh rasul Paulus, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).

     Seringkali dalam ibadah tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang hanya berkhotbah tentang berkat, kekayaan, kelimpahan, kesembuhan, mujizat dan sebagainya.  Itu tidaklah salah, sebab berkat dan kelimpahan itu datangnya dari Tuhan.  Tuhan Yesus sendiri berkata,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).  Tetapi sebagai hamba Tuhan kita tidak boleh terus-menerus meninabobokkan jemaat dengan hal-hal yang indah-indah saja, sehingga ketika mereka belum mengalami penggenapan janji Tuhan (berkat Tuhan), banyak yang kecewa dan complain kepada Tuhan.  Mereka menjadi jemaat yang mudah lemah, tawar hati dan cengeng.  Ketika ada ujian dan persoalan datang menerpa langsung bersungut-sungut, mengomel, marah-marah kepada Tuhan karena mereka mengira bahwa mengikut Kristus pasti jalannya akan mulus, berkelimpahan berkat dan tanpa rintangan, karena orientasinya hanya kepada berkat dan berkat.  Namun saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan, mereka tidak lagi punya roh yang menyala-nyala untuk Tuhan.

Lalu perlahan tapi pasti mereka mulai undur, meninggalkan Tuhan dan mencari berkat di luar Tuhan.

Friday, September 7, 2012

ORANG KRISTEN: Penurut Kristus! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2012 -

Baca:  Efesus 5:1-21

"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,"  Efesus 5:8

Selain harus memiliki kasih, sebagai penurut-penurut Kristus kita harus rela membayar harga untuk hidup dalam ketaatan dan kekudusan.  Sebagai anak-anak terang kita tidak lagi hidup dalam kegelapan, memiliki komitmen untuk meninggalkan dosa dan hidup dalam pertobatan setiap hari.  "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,"  (2 Korintus 6:17).  Hidup kita harus berbeda dari orang-orang dunia.

     Hidup dalam kekudusan adalah sebuah perintah dan harus kita taati.  Rasul Petrus mengatakan,  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16).  Alkitab dengan tegas menyatakan,  "...tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14).  Secara harafiah, kata 'kudus' berarti pemisahan atau pemotongan.  Jadi kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang telah dipisahkan dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. (baca 1 Petrus 2:9).  Maka, "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.  Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan." (Efesus 5:11-12).  Sebagai anak-anak terang kita tidak diperkenankan terlibat dalam perbuatan-perbuatan kegelapan, melainkan harus hidup dalam terang yang berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran, suatu kehidupan yang dapat terlihat atau terbaca oleh orang lain, tidak ada yang disembunyikan, ditutup-tutupi, tidak ada kemunafikan di dalamnya.  Tuhan berkata, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi." (Matius 5:14).

     Rasul Paulus menambahkan bahwa setiap orang percaya adalah surat Kristus yang terbuka.  Bagaimana kita bisa menjadi kesaksian jika masih hidup dalam kegelapan?

Menjadi penurut Kristus berarti memiliki kasih dan tidak berkompromi dengan dosa!

Thursday, September 6, 2012

ORANG KRISTEN: Penurut Kristus! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2012 -

Baca:  Efesus 5:1-21

"Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih,"  Efesus 5:1

Arti kata 'penurut' menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menurut, tidak melawan, patuh, penurut.  Sebagai orang Kristen kita ini adalah pengikut-pengikut Kristus.  Jadi merupakan keharusan bagi kita untuk hidup taat, tidak melawan dan menurut kepada kehendak Kristus, memiliki karakter seperti Dia dan meneladani bagaimana Kristus hidup seperti dikatakan oleh Rasul Yohanes, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).  Dengan kata lain, menjadi 'penurut-penurut Allah' adalah berarti menjadi peniru-peniruNya.

     Sudahkah kehidupan kita mencerminkan Kristus, meniru dan meneladani Dia dalam segala hal?  Apa saja yang harus kita kerjakan supaya kehidupan kita seperti Kristus dan layak disebut sebagai penurut-penurut Allah?  Rasul Paulus menasihati,  "...hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:2).  Kehidupan kekristenan tak dapat dipisahkan dari kasih, artinya setiap orang yang percaya kepada Kristus harus memiliki kasih dalam hidupnya, bukan kasih yang hanya digembar-gemborkan di atas mimbar atau ditulis dalam slogan dengan huruf besar dan tinta berwarna supaya menarik banyak orang, tapi kasih yang diwujudkan dalam tindakan yang riil atau nyata dalam kehidupan sehari-hari.  Mengapa? "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Korintus 4:7-8).  Karena itu setiap orang Kristen diperintahkan untuk hidup di dalam kasih.  Jadi, mengasihi adalah gaya hidup orang Kristen.  Tuhan Yesus berkata, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35).

     Hidup dalam kasih berarti harus membuang semua sifat 'manusia lama' kita yang cenderung egois, mementingkan diri sendiri dan tidak punya kepedulian terhadap orang lain.  Bukan hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, tapi juga mampu mengasihi orang yang telah menyakiti dan membenci kita.  (Bersambung).

Wednesday, September 5, 2012

KESELAMATAN KITA: Anugerah Tuhan Semata!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2012 -

Baca:  Efesus 2:1-10

"Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan-"  Efesus 2:4-5

Menurut pandangan orang dunia, untuk dapat masuk Kerajaan Sorga atau beroleh keselamatan kekal kita harus banyak berbuat baik.  Kita harus mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, supaya nanti kalau ditimbang oleh malaikat, pahala kita 'lebih berat' atau lebih banyak dari dosa-dosa kita.

     Sebagai manusia berdosa, berapa banyak pahala yang harus kita kumpulkan supaya cukup menebus segala perbuatan dosa yang telah kita perbuat?  Sampai kapan pun kita takkan mampu!  Alkitab menegaskan, "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman," (2 Timotius 1:9).  Jelas sekali bahwa keselamatan adalah karena anugerah, kasih karunia Tuhan semata, bukan hasil usaha kita.

     Untuk beroleh kasih karunia atau anugerah Tuhan ini tidak ada jalan lain selain percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Sebagai orang berdosa, seharusnya kita sendiri yang bertanggung jawab menanggung dosa yang kita perbuat,  "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23).  Jadi orang berdosa hanya dituntut beriman kepada Yesus agar anugerah keselamatan itu berlaku atasnya, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9).  Oleh kasih karunia Tuhan semata, kita manusia berdosa menerima apa yang seharusnya tidak patut kita terima.  Maka tidak selayaknya kita yang telah menerima kasih karunia keselamatan itu memegahkan diri.  Dan kita yang sudah diselamatkan memiliki tugas dan kewajiban melakukan perbuatan baik.

Jadi, perbuatan baik adalah buah-buah yang harus kita hasilkan setelah diselamatkan, bukan sarana untuk mendapatkan keselamatan!

Tuesday, September 4, 2012

PENDERITAAN: Kesalahan Kita & Proses! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2012 -

Baca:  Mazmur 107:23-24

"Ia berfirman, maka dibangkitkan-Nya angin badai yang meninggikan gelombang-gelombangnya."  Mazmur 107:25

Perlu kita sadari bahwa tak semua penderitaan dan kesesakan yang kita alami datangnya dari Iblis.  Adakalanya itu terjadi karena:  2.  Kesalahan kita sendiri.  Tertulis:  "Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka;" (Mazmur 107:17).  Kita mengalami penderitaan dan kesesakan oleh karena pelanggaran dan dosa-dosa kita sendiri;  kita telah memberontak kepada Tuhan, menyimpang dari jalan-jalan Tuhan sehingga hidup kita dikuasai oleh dosa.  Ada tertulis:  "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2).  Karena itu tidak ada jalan lain selain segera datang kepada Tuhan, memohon pengampunan dan bertobat.  Pertobatan adalah kunci mengalami pertolongan dan pemulihan dari Tuhan.  "Maka berseru-serulah mereka kepada Tuhan dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur." (Mazmur 107:19-20).

     3.  Diijinkan Tuhan sebagai proses.  Terkadang Tuhan ijinkan penderitaan dan kesesakan karena ada rencanaNya yang indah, yaitu untuk memproses, memurnikan dan mendewasakan iman kita.  Tuhan ingin melatih iman kita supaya makin kuat.  "...Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan." (Roma 5:3-4).  Kita dibentuk untuk memiliki kerendahan hati, tidak lagi mengandalkan kekuatan sendiri tapi mengandalkan Tuhan dalam segala hal.  Selain itu, melalui penderitaan yang kita alami Tuhan hendak menyatakan kuasa dan mujizat-Nya sehingga hidup kita dapat menjadi kesaksian bagi banyak orang.

Anda sedang mengalami penderitaan?  Tetaplah mengucap syukur karena semuanya pasti mendatangkan kebaikan bagi kita!

Monday, September 3, 2012

PENDERITAAN: Datangnya dari Iblis! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2012 -

Baca:  Mazmur 107:1-22

"Ada orang-orang yang duduk di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi."  Mazmur 107:10

Siapa di antara kita yang tidak pernah mengalami masalah, kesesakan, kesukaran dan penderitaan?  Tak seorang pun.  Selama hidup di dunia ini, semua orang tanpa terkecuali pasti mengalami segala macam masalah, entah itu keuangan, sakit-penyakit, rumah tangga atau anak.  Pemazmur juga menyadari akan hal ini:  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10).  Jelas sekali bahwa kesukaran dan penderitaan selalu mewarnai perjalanan hidup manausia selama hidup di bumi.  Banyak orang Kristen mengeluh dan bersungut-sungut ketika dihadapkan pada masalah dan penderitaan dan berkata, "Aku sudah rajin ke gereja, tapi mengapa aku masih hidup dalam penderitaan dan kesesakan?"

     Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan mengapa penderitaan dan kesesakan masih saja sering kita alami:  1.  Iblis.  Penderitaan yang kita alami datangnya dari si Iblis.  Alkitab menyatakan, "Pencuri (Iblis) datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a).  Iblis selalu berusaha melepaskan panah apinya, sehingga apabila panah api si jahat itu mengenai seseorang, orang tersebut akan mengalami penderitaan dan kesesakan.  Rasul Petrus pun menasihatkan, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8).  Karena itu kita harus selalu berjaga-jaga dan berdoa.  Tekun berdoa, merenungkan firman setiap hari dan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah adalah kunci untuk menang dari segala tipu muslihat Iblis.  Kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menegaskan, "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;" (Efesus 6:11).  Dalam segala keadaan, kita harus mengenakan perisai iman karena seringkali ketika masalah dan penderitaan datang, iman kita menjadi lemah dan kita pun tawar hati.

Alkitab dengan tegas menyatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  Amsal 24:10

Sunday, September 2, 2012

RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2012 -

Baca:  Mazmur 8:1-10

"Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:"  Mazmur 8:7

Buah-buah Roh berkenan dengan perubahan karakter dalam kehidupan kita.  Kita tidak lagi menuruti keinginan daging, tapi tunduk pada pimpinan Roh Kudus.  Jika hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus, secara otomatis karakter kita pasti berubah: ada "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri,..." (Galatia 5:22-23), dan akhirnya hidup kita berdampak bagi orang lain, kita pun menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi banyak orang.  Akhirnya nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita.  Tuhan ingin kehidupan kita menjadi garam dunia dan terang dunia (baca Matius 5:13-16).

     3.  Kita juga dirancang untuk bekerja bagi Dia.  dikatakan,  "Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15).  Adam mendapat tugas mengusahakan dan memelihara taman Eden milikNya.  Artinya kita diciptakan dan dirancang Tuhan untuk bekerja melayaniNya, bukan untuk bermalas-malasan.  Setiap kita diberi talenta oleh Tuhan dan itu harus kita maksimalkan, "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.  Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat." (Matius 25:14-15).  Banyak orang Kristen enggan dan menghindarkan diri dari pelayanan dengan berbagai macam alasan.  Selagi ada kesempatan jangan menunda melayani Tuhan sebelum semuanya terlambat.

     4.  Kita dirancang Tuhan untuk memiliki kuasa (ayat nas).  Anak-anak Tuhan dirancang untuk hidup berkemenangan karena di dalam kita ada Roh Kudus dan "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4b).  Jadi, kita memiliki kuasa untuk menaklukkan musuh iblis dan segala tipu dayanya.

"...sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." 1 Yohanes 5:4

Saturday, September 1, 2012

RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2012 -

Baca:  Kejadian 1:1-13

"Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."  Kejadian 1:27

Alkitab menegaskan bahwa kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah:  "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian 1:26).  Ini menunjukkan kejadian kita ajaib dan dahsyat.  Bukan secara kebetulan kita diciptakan, melainkan dalam rencana Allah, sehingga Ia pun memiliki rancangan dalam kehidupan kita.

     Apa rancangan Tuhan atas kita?  1.  Kita dirancang Tuhan untuk diberkati.  "Allah memberkati mereka," (Kejadian 1:28a).  Memang, akibat dosa dan pelanggaran manusia pertama, berkat itu menjadi terhalang.  Tapi kedatangan Tuhan Yesus ke bumi adalah untuk mengembalikan apa yang telah dirampas oleh Iblis.  Dikatakan, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).  Melalui penebusan Kristus di atas kayu salib kita diperdamaikan dengan Allah.  Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus diangkat sebagai anak-anak Allah (baca Galatia 3:26).  Sebagai anak-anak Allah berarti kita juga "...adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah," (Roma 8:17).

     Mungkin saat ini kita belum mengalami penggenapan janji Tuhan atau belum diberkati, jangan putus asa dan kecewa.  Bangun terus persekutuan yang karib dengan Tuhan dan tetaplah hidup dalam ketaatan, "Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58b).  2.  Kita dirancang Tuhan untuk memiliki keturunan atau beranak cucu (produktif).  Dikatakan, "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..." (Kejadian 1:28).  Bukan hanya keturunan ilahai yang kita hasilkan, tapi Tuhan juga menghendaki supaya kehidupan kita menghasilkan buah.  Tuhan berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2).

Karena itu "...hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8): ada buah-buah Roh, buah jiwa dan buah pelayanan.

Friday, August 31, 2012

TIDAK TAWAR HATI: Berjalan Dalam Iman!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2012 -

Baca:  Amsal 24:1-34

"Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  Amsal 24:10

Tiada terasa hari-hari dalam bulan Agustus ini telah kita lewati.  Hari ini hari terakhir di bulan ini, apakah yang Saudara rasakan?  Masihkah kita memiliki hati yang tawar?  Setiap orang pasti pernah mengalami apa yang disebut dengan tawar hati, terlebih-lebih ketika mereka sedang diperhadapkan pada pergumulan yang berat.  Tawar hati menunjuk pada suatu kondisi hati yang dilanda kekecewaan mendalam karena beratnya beban yang harus ditanggung oleh seseorang.  Tawar hati inilah yang mengakibatkan seseorang menjadi lemah, kehilangan semangat dan putus asa.  Ayat nas menyatakan bahwa jika kita tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatan kita.

     Ketika mendapat mandat untuk memimpin bangsa Israel menggantikan Musa, Tuhan mengingatkan Yosua,  "Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."  (Yosua 1:9b).  Jika Yosua terus tawar hati, niscaya dia tidak akan mampu membawa bangsa Israel merebut tanah Kanaan.  Akhirnya Yosua terus berjalan dengan iman memimpin bangsa Israel, dikuatkan dengan janji Tuhan bahwa  "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."  (Yosua 1:3).  Berjalan dengan iman bukanlah suatu tindakan yang nekat tanpa dasar, tapi tindakan yang disertai dengan keyakinan akan firman Tuhan, mempercayakan diri kepadaNya, dan taat kepadaNya.  Berjalan dalam iman berarti  "...tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  (2 Korintus 4:18).  Dalam Ibrani 11:1 dikatakan,  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."

     Saudaraku yang terkasih, percaya pada pemeliharaan Tuhan adalah hal yang mutlak bagi setiap orang percaya.  Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan melampaui batas kekuatan kita.  Pada saat yang tepat Dia pasti akan menolong dan memberikan jalan ke luar yang terbaik.  Karena itu jangan lupa untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan dan mengamini setiap janji Tuhan dalam hidup kita.

Sambutlah hari esok dengan iman dan jangan tawar hati lagi!

Thursday, August 30, 2012

PEKERJAAN SEBAGAI SARANA MELAYANI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2012 -

Baca:  2 Tesalonika 3:1-15

"Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  2 Tesalonika 3:10

Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa pekerjaan hanyalah sebagai kewajiban rutin belaka yang harus kita kerjakan setiap hari di kantor, pabrik, atau toko demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.  Tak jarang dari kita yang menjadikan pekerjaan itu sebagai beban, sehingga ketika kita mendapat kesibukan dengan intensitas yang sangat tinggi kita menjadi mudah marah, mengeluh, menggerutu, mengomel atau jengkel kepada teman kerja.  Kita pun bekerja dengan setengah hati.  Tidak ada pimpinan atau bos sering kita anggap sebagai kesempatan untuk berleha-leha.  Lalu kita pun mulai kehilangan semangat dalam bekerja (malas) dan akhirnya bekerja secara asal-asalan.

     Hal ini akan berbeda bila kita menganggap bahwa pekerjaan itu sebagai anugerah dari Tuhan, di mana kita akan bekerja dengan tulus ikhlas, rela melayani dan tidak hitung-hitungan.  Apa pun bentuk tugas dan tanggung jawab yang diberikan, kita akan mengerjakannya dengan penuh ucapan syukur.  Tidak ada keluh kesah apalagi umpatan karena ketidakpuasan terhadap pimpinan atau rekan kerja, karena kita menyadari bahwa melalui pekerjaan Tuhan memberkati dan memelihara hidup kita.  Dengan bekerja kita mendapatkan upah, bahkan tidak hanya itu, Tuhan juga memberkati kita dengan jabatan, tunjangan dan fasilitas lainnya.  Itulah sebabnya Rasul Paulus menegur keras orang Kristen yang tidak mau bekerja, bermalas-malasan saja dan lebih suka mengharapkan uluran tangan dari orang lain padahal usia mereka masih produktif.

     Hari ini melalui firmanNya Tuhan mengingatkan kita agar sebagai karyawan atau pekerja bekerja, dengan penuh tanggung jawab dan selalu ingin memberi yang terbaik.  Tertulis: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.  Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:23-24).  Kita harus sadar bahwa melalui pekerjaan juga segala talenta atau bakat yang ada pada kita semakin dipertajam oleh Tuhan.

Jadi di mana pun saat ini Saudara ditempatkan Tuhan untuk bekerja, bekerjalah dengan sepenuh hati, jangan curang dan lakukan yang terbaik, maka Tuhan akan memberkati kita melalui pekerjaan kita itu!

Wednesday, August 29, 2012

PERANAN ORANG TUA: Mendidik dan Memberi Teladan! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2012 -

Baca:  Amsal 23:1-35

"Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan."  Amsal 23:13T

Tuhan menaruh tanggung jawab kepada orangtua untuk mengajar, mendidik, mendisiplin serta memberi teladan yang baik kepada mereka.  Orang tua harus memberi teladan yang benar bagaimana mereka harus hidup sesuai dengan firman Tuhan, sehingga pada saat anak-anak dewasa nanti mereka sudah membangun kebiasaan untuk melakukan hal-hal yang benar.  Bila anak-anak dilatih untuk belajar dari kesalahan dan menerima teguran yang benar, kita telah mendidik mereka dengan benar.  Ingat, tidak ada jalan pintas di dalam mengajar anak-anak!  Semua harus melalui proses yang cukup panjang dimulai sejak anak-anak lahir dan terus berlangsung selama bertahun-tahun.  Terkadang anak-anak berani menolak ajaran dari orang tua, tapi Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa anak-anak yang tidak patuh harus menerima teguran dan tongkat.  Mari, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  (Amsal 22:6).

     Dalam Ulangan 11:19 dikatakan, "Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;"  Alkitab menunjukkan bahwa mengajar bukanlah usaha yang hanya sekali dilakukan.  Mengajar harus dilakukan orangtua dengan berulang-ulang siang dan malam karena hal ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan.  Dalam mendidik anak, seharusnya orangtua tidak hanya banyak bicara, tetapi lebih banyak memberikan teladan hidup kepada anak.  Jadi seandainya orangtua hendak mengajarkan firman Tuhan kepada anak, mereka harus terlebih dahulu mempraktekkan dan menunjukkan kepada anak.

     Dengan menerapkan firman Tuhan sebagai dasar pendidikan kepada anak, kita akan menerima berkat dari Tuhan sebagai orangtua;  mendidik, mendisiplinkan dan menegur anak-anak dengan kasih akan membantu mereka untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan.

Anak adalah harta Tuhan yang sangat berharga yang Tuhan titipkan kepada kita, karena itu kita harus menjaganya secara bertanggung jawab!

Tuesday, August 28, 2012

PERANAN ORANG TUA: Mendidik dan Memberi Teladan! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2012 -

Baca:  Amsal 29:1-27

"Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya."  Amsal 29:15

Angkatan cucu-cucu Yosua tidak lagi hidup menurut firman Tuhan karena kealpaan orangtua mereka untuk mendidik mereka.  Belum lagi sisa-sisa pengaruh bangsa kafir yang masih tinggal di tanah kanaan, di mana mereka menyembah kepada berhala.  Tertulis:  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20);  Firman Tuhan juga menegaskan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).  Tidaklah mengherankan kalau akhirnya bangsa Israel terbawa arus dan mengikuti pola hidup yang tidak benar.

     Sesungguhnya yang menjadi inti permasalahan bukan pada bangsa kafir itu, tetapi pada tanggung jawab untuk umat Israel untuk mendidik anak-anak mereka.  Padahal Musa selalu mengingatkan bangsa Israel akan tanggung jawab para orangtua terhadap anak-anak dan cucu-cucu mereka,  "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu,"  (Ulangan 4:9).  Mereka lebih memberikan harta yang bersifat materi daripada meninggalkan warisan rohani yaitu mengajar anak-anaknya tentang firman Tuhan.  Akibatnya pendidikan rohani anak-anak mereka menjadi sangat rapuh sehingga bangsa-bangsa lain dengan mudahnya memberikan pengaruh yang buruk kepada mereka.  Ini yang menyebabkan bangsa Israel makin lama makin jauh dari Tuhan.  Mereka mengalami kemerosotan rohani yang luar biasa, bahkan tak segan-segannya mereka menyembah kepada berhala.

     Jangan pernah menyalahkan lingkungan, tetapi perhatikan bagaimana tanggung jawab kita selaku orangtua untuk mendidik anak-anak kita.  Anak-anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita dan hal ini merupakan sebuah kepercayaan yang harus kita pertanggungjawabkan kepadaNya.  Oleh karena itu sebagai orang percaya kita memerlukan pedoman firman Tuhan untuk membesarkan dan mendidik mereka agar menjadi anak-anak yang berkenan kepada Tuhan!  (Bersambung)

Monday, August 27, 2012

MEROSOT ROHANI: KEALPAAN ORANG TUA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2012 -

Baca:  Yosua 23:1-16

"Kuatkanlah benar-benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri, dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah kepada mereka." Yosua 23:6-7

Yosua merupakan angkatan pertama yang diam di tanah Kanaan, dan pada saat itu bangsa Israel setia kepada Tuhan dan beribadah kepadaNya dengan sungguh-sungguh.  Apa yang dilakukan oleh generasi Yosua?  Para orangtua tak henti-hentinya mengajarkan anak-anaknya tentang firman Tuhan dan mengingatkan mereka tentang perbuatan-perbuatan ajaib dan dahsyat yang Tuhan nyatakan atas bangsa Israel di bawah kepemimpinan Musa.  Itu mereka ajarkan berulang-ulang sehingga anak-anak memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan.  Bahkan di usianya yang sudah tua Yosua kembali mengingatkan bangsanya untuk senantiasa memiliki hati yang takut akan Tuhan,  "Tetapi kamu harus berpaut pada Tuhan, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang.  Maka demi nyawamu, bertekunlah mengasihi Tuhan, Allahmu." (Yosua 23:8, 11).

     Setelah Yosua mati ketaatan mereka tidak bertahan lama, bangsa Israel mengalami kemerosotan rohani;  angkatan cucu-cucu Yosua mulai menyimpang dari hukum Tuhan.  Mereka tidak lagi hidup seturut dengan kehendak Tuhan dan melakukan perzinahan rohani.  Tertulis:  "Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal Tuhan ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.  Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka beribadah kepada para Baal.  Mereka meninggalkan Tuhan, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati Tuhan." (Hakim-Hakim 2:10-12).

     Pertanyaannya: mengapa generasi Yosua dan anak-anak mereka hidup berkenan kepada Tuhan, namun pada generasi berikutnya yaitu angkatan cucu-cucu Yosua mulai hidup menyimpang dari kebenaran firman Tuhan, bahkan menyembah Baal?

Suatu tindakan yang menyakiti Tuhan.

Sunday, August 26, 2012

MELAYANI TUHAN DENGAN TULUS!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2012 -

Baca:  1 Tesalonika 2:1-12

"juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus."  1 Tesalonika 2:6

Kata 'pelayanan' tidaklah asing di telinga setiap orang Kristen, bahkan hampir semua anak Tuhan kini sudah terlibat dalam pelayanan, tidak hanya melayani di gereja di mana mereka berjemaat, namun kini sudah melangkah ke luar menjangkau jiwa-jiwa yang tinggal di daerah-daerah:  desa terpencil, lereng pegunungan atau pedalaman.  Pertanyaannya:  apa yang menjadi motivasi kita sehingga kita rela berjerih lelah untuk pekerjaan Tuhan?  Melalui renungan ini kita diingatkan tentang motivasi kita dalam pelayanan, jangan sampai ada ambisi pribadi atau tendensi mencari pujian, hormat, popularitas, keuntungan untuk diri sendiri.  Jangan pula kita mengerjakan tugas pelayanan ini hanya sebatas aktivitas rohani atau rutinitas belaka.

     Mari kita belajar dan meneladani Rasul Paulus.  Melalui suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus menegaskan keberadaannya dalam melayani Tuhan.  ia menekankan kembali perihal motivasinya dalam melayani,  "...karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita." (ayat 4).  Jangan sampai kita melayani Tuhan hanya karena sungkan dengan bapak gembala atau hanya untuk menyenangkan manusia sehingga kita selalu bermulut manis atau berkata yang muluk-muluk.  Apa yang dilakukan Paulus?"  "...kami tidak pernah bermulut manis-hal itu kamu ketahui-dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi-Allah adalah saksi-" (ayat 5).  Hal ini jelas menunjukkan bahwa Rasul Paulus memiliki motivasi yang tulus dalam melayani:  tidak mempunyai maksud yang tidak murni, tidak ada tipu daya, bukan untuk menyukakan manusia.

     Mari harus berhati-hati dalam pelayanan, jangan sampai kita menyampaikan kebenaran Injil tapi kita memiliki motivasi atau ambisi yang tidak benar,  "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." (Kisah 24:16).  Dipercaya Tuhan untuk dapat melayaniNya dalam anugerah, maka segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan saja.

"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."  Yohanes 3:30

Saturday, August 25, 2012

PENINGGIAN ITU DATANGNYA DARI TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2012 -

Baca:  Mazmur 75:1-11

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  Mazmur 75:7-8

Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita bahwa peninggian atau promosi bagi seseorang bukan dari timur, barat, laut, gunung dan juga bukan dari tempat lain datangnya, tetapi dari Tuhan.  Banyak orang menempuh segala cara untuk membuat dirinya berbeda, menonjol, dikenal, dihargai dan dihormati oleh orang lain.  Inilah yang disebut dengan ambisi.  Kata ambisi sendiri diserap dari bahasa Inggris 'ambition' dan berasal dari bahasa Latin 'ambitio' yang berarti hasrat besar seseorang terhadap kekuasaan, kehormatan, kemasyuran atau apa saja yang memberikan keunggulan dan keistimewaan;  keinginan seseorang untuk membedakan diri dari orang lain.  Ambisi bisa juga bisa diartikan usaha seseorang untuk memajukan diri.

     Tidaklah salah kita memiliki ambisi asal jalan yang kita tempuh untuk mewujudkan ambisi itu sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari kebenaran.  Tetapi ambisi untuk meninggikan diri, mencari kedudukan dengan mempromosikan diri sendiri, atau mencari hormat dan pujian dari manusia adalah perbuatan yang dicela oleh Tuhan.  Korah mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin dan mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, pemimpin yang dipilih oleh Tuhan.  Akhirnya perbuatan Korah ini menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dan juga semua orang yang mengikuti dia (baca Bilangan 16).

     Suatu ketika ibu Yakobus dan Yohanes datang kepada Yesus dan meminta agar kedua anaknya beroleh kedudukan tinggi dalam Kerajaan Allah.  Bagaimana respons Yesus?  "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26-27).  Sebagai orang percaya, terlebih-lebih yang sudah melayani Tuhan, kita tidak diperkenankan mencari kedudukan dan hormat bagi diri sendiri seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia.  Kita harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan karena Dialah yang berkuasa untuk meninggikan atau merendahkan seseorang.

Jangan sampai ada motivasi terselubung di balik pelayanan kita!

Friday, August 24, 2012

PRAJURIT KRISTUS YANG TANGGUH (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2012 -

Baca:  Filipi 1:27-30

"Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,"  Filipi 1:27

Sebagai komandan kita, Tuhan tau persis maksud dan tujuan dari perintah yang Ia berikan kepada kita.  Yang pasti perintahNya bukan untuk mencelakakan kita, tapi membawa kita kepada kemenangan demi kemenangan.  Jika kita fokus kepada perintah Tuhan dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati, kita akan dapat menyelesaikan misi yang Tuhan berikan bagi kita.  Karena itu kita harus hidup dalam kebenaran dan berkenan kepada Tuhan supaya kita menjadi prajurit yang baik di hadapanNya.

     2.  Disiplin berlatih.  Ada kata bijak dalam bahasa Inggris:  "Pratice makes perfect."  Artinya latihan membuat sempurna;  semakin banyak berlatih kita akan semakin disempurnakan, artinya kualitas kita akan meningkat.  Kedisiplinan rohani sangat penting bagi setiap anak Tuhan agar kita sanggup melawan musuh yaitu Iblis:  disiplin dalam hal bersaat teduh, ibadah dan juga pelayanan.  FirmanNya menasihatkan,  "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8).  Kehidupan seorang prajurit tidak jauh berbeda dari olahragawan, hari-harinya dipenuhi dengan latihan dan latihan.  Tanpa kedisiplinan dalam berlatih kita pasti akan menjadi lemah, gagal dan tidak akan menjadi pemenang.  Sebaliknya jika kita terus melatih tubuh rohani kita dengan disiplin, tubuh rohani kita akan semakin kuat, tangguh dalam menghadapi lawan kita.  Jadi kita dituntut untuk hidup benar dan tidak serupa dengan dunia ini;  kedagingan kita harus benar-benar mati, dan itu sakit.

     Itulah panggilan Tuhan bagi kita sebagai prajurit-prajuritNya, harus ikut menderita demi Injil Kristus telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita supaya kita mengikuti jejakNya (baca 1 Petrus 2:21).

Prajurit Kristus yang tangguh tidak akan pernah mengeluh saat menghadapi ujian dan tantangan, tapi tetap kuat dan akan tampil sebagai pemenang!

Thursday, August 23, 2012

PRAJURIT KRISTUS YANG TANGGUH (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2012 -

Baca:  2 Timotius 2:1-13

"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus."  2 Timotius 2:3

Menjadi pengikut Kristus merupakan panggilan yang sangat mulia karena kita tidak hanya diangkat sebagai anak-anak Allah, seperti tertulis:  "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." (Galatia 3:26), tetapi kita juga dipersiapkan untuk menjadi prajurit-prajuritNya.  Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa setiap orang percaya sedang diperhadapkan dengan peperangan rohani yaitu berperang melawan "...pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12).  Oleh karena itu kita harus benar-benar menjadi seorang prajurit yang tangguh supaya kita dapat melawan dan mematahkan segala tipu muslihat Iblis.  Ketahuilah bahwa Iblis selalu menjalankan taktik liciknya dengan berbagai macam cara untuk menjatuhkan iman anak-anak Tuhan.  Jika kita tidak melawannya, kita akan terseret dan termakan oleh bujuk rayu Iblis.  Rasul Petrus menasihatkan, "Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama." (1 Petrus 5:9).

     Memang untuk menjadi prajurit yang benar-benar tangguh di akhir zaman tidaklah mudah, ada harga yang harus kita bayar:  1.  Fokus kepada Tuhan sepenuhnya.  Dikatakan, "Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya." (2 Timotius 2:4).  Seorang prajurit yang masih harus terus disibukkan dengan urusan pribadi dan mengesampingkan perkara-perkara rohani tidak akan berkenan kepada Tuhan.  Banyak orang Kristen yang tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidupnya:  jam-jam doanya berkurang, tidak lagi tekun membaca dan merenungkan firman Tuhan dan mulai malas beribadah dengan alasan capai atau sibuk bekerja.  Sangatlah berbahaya bila seorang prajurit telah kehilangan fokus saat berperang meski itu hanya sesaat saja karena ia bisa kehilangan nyawanya.

     Tuhan adalah komandan kita, dan sebagai prajurit kita harus taat kepadaNya.  Apa pun yang diperintahkan komandan kita harus kerjakan dengan sepenuh hati tanpa ada perbantahan!  (Bersambung).

Wednesday, August 22, 2012

JANGAN RAGUKAN KUASA TUHAN! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2012 -

Baca:  2 Korintus 1:12-24

"Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah."  2 Korintus 1:20

Sebelum melangkah lebih jauh di hari yang baru ini, kita kembali diingatkan, "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?" (Kejadian 18:14a).  Tidak ada!  Ayat nas di atas juga menegaskan bahwa semua janji Tuhan itu ya dan amin.  Daud, seorang yang memiliki banyak pengalaman pribadi bersama Tuhan dan telah mengecap kebaikanNya, pun mencatat bahwa:  "Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7).  Karena itu mari kita jalani hari ini dengan penuh iman.  Yakinlah bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaNya yang gagal (baca Ayub 42:2).  Jika kita terus ragu akan kuasa Tuhan, mustahil kita akan mengalami penggenapan janji Tuhan.  Jangan mau diprovokasi oleh Iblis yang tiada henti-hentinya membisikkan hal-hal negatif ke telinga orang percaya supaya takut, cemas dan kuatir.

     Tuhan selalu punya cara untuk menolong kita;  Ia dapat menggunakan cara-cara yang sederhana untuk menyelesaikan masalah-masalah besar.  Bangsa Israel dipelihara Tuhan secara ajaib selama 40 tahun di padang gurun;  tembok Yerikho yang terkenal sangat kuat akhirnya runtuh ketika bangsa Israel mengelilinginya sebanyak tujuh kali dengan disertai tiupan sangkakala;  Goliat, si raksasa dari Filistin, tewas di tangan Daud hanya dengan ketapel dan batu;  Elia dipelihara Tuhan di tepi sungai Kerit melalui burung gagak;  Tuhan Yesus hanya dengan lima roti dan dua ikan sanggup memberi makan 5000 orang.  Adakah sesuatu yang terlalu besar untuk dilakukan Tuhan?

     Tuhan Yesus berkata,  "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." (Markus 11:23).  Jadi tidak ada gunung persoalan yang tak dapat terselesaikan di dalam Tuhan.  Di masa-masa sekarang ini banyak sekali kesukaran terjadi tetapi kita pasti akan mampu melewatinya sebab ada Tuhan Yesus yang menjadi jaminan hidup kita, di mana pertolonganNya tidak pernah terlambat!

Itulah sebabnya "...kepada Tuhan akau percaya dengan tidak ragu-ragu."  Mazmur 26:1b