Sunday, July 15, 2012

IMAN: Kunci Mengalahkan ketakutan! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juli 2012 -

Baca:  Mazmur 27:1-14

"Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?"  Mazmur 27:1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi takut adalah merasa gemetar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana;  tidak berani.  Ketakutan adalah salah satu masalah terbesar dalam kehidupan manusia.  Rasa takut yang berlebihan bisa dikategorikan sebagai suatu kelainan yang disebut fobia, yaitu kecemasan yang luar biasa, terus-menerus, tidak realistis sebagai respons terhadap keadaan eksternal tertentu.

     Penyebab rasa takut dalam diri tiap-tiap orang tentunya berbeda-beda:  takut terkena bencana alam, takut ketinggian, takut ditinggalkan pacar, takut terhadap anjing yang galak, takut serangga, takut gemuk, takut tidak bisa menyenangkan suami/isteri, takut tidak bisa membayar uang sewa rumah (kontrakan), takut gagal dalam ujian, takut terhadap masa depan anak, takut sakitnya tidak bisa sembuh, takut mati dan sebagainya.

     Ayub berkata,  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).  Karena itu sebagai orang percaya tidak seharusnya kita mengalami ketakutan.  Ketakutan membuat seseorang kehilangan damai sejahtera.  Ketakutan juga salah satu penghalang untuk mengalami berkat-berkat Tuhan, karena rasa takut dalam diri orang percaya membuktikan bahwa ia meragukan kuasa Tuhan alias tidak percaya penuh kepadaNya.  Banyak sekali ayat dalam Alkitab yang menasihatkan agar kita tidak  takut dalam menjalani hidup ini, tidak takut terhadap masalah/pergumulan yang sedang terjadi.  Salah satunya dalam Yesaya 41:10,  "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat rindu melepaskan anak-anakNya dari ketakutan, bahkan ia sendiri yang berjanji untuk menyertai, meneguhkan, menolong, memegang tangan kita dan memberikan kemenangan.

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  2 Timotius 1:7

Saturday, July 14, 2012

TUHAN: Sumber Kemenangan Kita! (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2012 -

Baca:  1 Yohanes 5:1-5

"sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita."  1 Yohanes 5:4

Kemenangan gilang-gemilang Daud atas Goliat menjungkirbalikkan perkiraan semua orang.  Kunci kemenangan Daud bukan pada perlengkapan senjata perangnya yang canggih, tapi karena mengandalkan Tuhan.  Bangsa Filistin yang begitu membangga-banggakan Goliat, dipermalukan!  Akhirnya seluruh bumi tau bahwa bangsa Israel mempunyai Allah yang hidup.  Dia adalah El-Gibor, Tuhan panglima perang yang gagah perkasa;  Dia adalah sumber kemenangan kita.

     Sebesar apa pun masalah dan pergumulan kita, serahkan semua kepada Tuhan, maka Dia "...akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja"  (Keluaran 14:14).  Jika kita mengangkat tangan tanda berserah penuh kepada Tuhan, Dia akan segera turun tangan menolong kita.  "...bagi Allah tidak ada yang mustahil."  (Lukas 1:37) dan "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?  Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"  (Roma 8:31b-32).  Jika Tuhan ada di pihak kita, kemenangan demi kemenangan akan menjadi bagian hidup kita hari lepas hari.  Saat menghadapi masalah/pergumulan berat belajarlah selalu mengingat-ingat pertolongan Tuhan di masa lalu seperti yang dilakukan Daud,  "Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."  (1 Samuel 17:37a), sehingga iman Daud dikuatkan.  Apakah Saudara pernah mengecap pertolongan Tuhan?  Jangan pernah lupa akan kebaikanNya!

     Stop pula memperkatakan hal-hal negatif.  Disiplinkan lidah kita untuk selalu memperkatakan positif (perkataan iman).  Adakalanya Tuhan ijinkan masalah terjadi dengan tujuan untuk melatih iman kita dan membawa kita semakin melekat kepadaNya.

"Sekarang aku tahu, bahwa Tuhan memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya."  Mazmur 20:7

  

Friday, July 13, 2012

TUHAN: Sumber Kemenangan Kita! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2012 -

Baca:  1 Samuel 17:40-58

"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu."  1 Samuel 17:45

Goliat memiliki perawakan seperti raksasa:  "Tingginya enam hasta sejengkal.  Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal tembaga.  Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga.  Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya."  (1 Samuel 17:4b-7a).  Melihat Goliat lengkap dengan perlengkapan perangnya, wajar jika Saul menyuruh Daud mengenakan baju perang layaknya prajurit siap berperang.  Tapi usulan itu ditolak Daud,  "'Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya.' Kemudian ia menanggalkannya."  (1 Samuel 17:39b).  Akhirnya hanya berbekal tongkat di tangan, lima batu licin dan umban, Daud dengan penuh keberanian maju berperang.

     Mengapa Daud begitu yakin?  Tindakan Daud ini bukanlah tindakan nekat atau untung-untungan, tapi ini adalah tindakan iman karena ia percaya bahwa ada Tuhan yang menyertainya.  Jika kita mengandalkan Tuhan dan mempercayai Dia sebagai pihak yang memberikan kemenangan, kuasaNya akan bekerja melampaui logika manusia sehingga kemenangan pun menjadi milik kita, karena  "...Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing."  (1 Samuel 17:47a).  Tuhan memiliki 1001 cara untuk menolong kita, dan caraNya itu selalu heran dan ajaib.  Ada tertulis,  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     Goliat merupakan gambaran dari masalah dan ujian yang seringkali kita hadapi.  Besarnya masalah yang kita alami laksana  'Goliat'  yang rasa-rasanya tidak mungkin kita kalahkan.  Belum lagi kata-kata negatif yang selalu dibisikkan Iblis ke telinga kita semakin membuat kita pesimis, kuatir, takut dan akhirnya putus asa...

Kita pun menjadi lupa bahwa kita memiliki Tuhan yang Mahadahsyat dan tak terbatas kuasaNya.


Thursday, July 12, 2012

TUHAN: Sumber Kemenangan Kita! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2012 -

Baca:  Mazmur 44:1-27

"Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku kemenangan, tetapi Engkaulah yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami Kauberi malu."  Mazmur 44:7-8

Siapa dan apa yang menjadi andalan Saudara dalam menjalani hidup ini, terlebih ketika menghadapi masalah dan pergumulan?  Orangtua, suami, isteri, bos, jabatan atau harta kekayaan?  Simak ayat ini:  "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan."  (Yesaya 31:1).

     Bangsa Israel memiliki pengalaman yang luar biasa di sepanjang perjalanannya menuju Tanah Perjanjian.  Kemenangan selalu mereka raih ketika berperang melawan bangsa mana pun selama mereka senantiasa mengandalkan Tuhan.  Jadi hanya karena campur tangan Tuhanlah bangsa Israel tampil sebagai pemenang di setiap peperangan.  Tanpa Tuhan, itu mustahil!  Prajurit, panah, pedang dan kereta berkuda tak menjamin kemenangan,  "...tetapi Engkaulah (Tuhan) yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami,"  Benar sekali!  Ketika kita mengandalkan Tuhan dan menaruh pengharapan penuh kepadaNya saat dalam masalah/pergumulan, kita tidak akan pernah dikecewakan.  Sebaliknya, kekecewaan acapkali menjadi jawaban ketika kita mengandalkan manusia dan apa yang ada pada kita (harta kekayaan).  Siapa yang kebal terhadap masalah?  Tak ada!  Justru seringkali masalah begitu mempengaruhi hidup kita sehingga kita pun tak berdaya dan makin tenggelam di dalamnya.

     Mari belajar dari Daud, orang yang diurapi oleh Tuhan.  Tidak jauh berbeda dengan kita, kehidupan Daud pun tak luput dari masalah/pergumulan.  Suatu ketika Daud harus menghadapi pergumulan yang sangat berat, yang secara manusia tidak akan mungkin mampu diatasinya.  Kalau kita baca dalam 1 Samuel 17 ada peristiwa heroik terjadi:  Daud seorang muda yang sangat sederhana harus berhadapan dengan Goliat, pahlawan kebanggaan bangsa Filistin.  Ditinjau dari sudut mana pun Goliat memiliki kelebihan segala-galanya jika dibandingkan dengan Daud.  (Bersambung)

Wednesday, July 11, 2012

DIPERHAMBA UANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2012 -

Baca:  1 Timotius 6:2b-10

"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  1 Timotius 6:10

Uang adalah sesuatu yang sangat penting dan begitu berharga bagi kehidupan manusia.  Semua orang di mana pun berada, apa pun status sosialnya, bagaimana pun keadaannya, membutuhkan uang.  Adalah bohong besar jika orang mengatakan tidak membutuhkan uang.  Kita perlu uang untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari:  membeli bahan makanan; membeli pakaian; membeli BBM; membayar tagihan listrik, air dan telepon; membayar biaya sekolah anak; membayar kontrakan rumah, semua memerlukan uang.  Bahkan dalam kehidupan rohani pun uang juga sangat diperlukan:  menerbitkan buku renungan harian memerlukan uang; hamba-hamba Tuhan dalam menjalankan tugas pelayanannya butuh uang; pembangunan gereja memerlukan uang; untuk menjangkau jiwa-jiwa di pedalaman/pelosok, para misionaris juga perlu uang, dan lain-lain.

     Uang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita.  Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan jangan sekali-kali meremehkan uang ini.  Ayat nas di atas dengan sangat jelas mengingatkan, jangan sampai kita diperhamba oleh uang.  Memiliki uang banyak bukanlah dosa, tapi jangan sampai kita diperhamba oleh uang.  Memiliki uang banyak bukanlah dosa, tapi jangan sampai kita menjadikan uang itu sebagai berhala dalam kehidupan kita sehingga hati dan pikiran kita hanya terfokus pada uang.  Ingat, cinta uang adalah akar dari segala kejahatan!  Demi mendapatkan uang dengan cepat banyak orang rela melakukan apa saja, bahkan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani mereka sekali pun:  memanipulasi pajak, menyalahgunakan jabatan dengan melakukan korupsi, dan lain-lain.  Bukankah sekarang ini korupsi sepertinya menjadi trademark para pejabat pemerintahan di negara kita?  Sering kita saksikan di televisi bagaimana para koruptor masih bisa tersenyum lebar ketika tertangkap kamera; penyesalan dan malu rasa-rasanya sudah tidak ada lagi.

     Sebagai orang percaya kita diingatkan:  "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."  (Ibrani 13:5a).

"Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  Amsal 10:22

Tuesday, July 10, 2012

MENELADANI HIDUP SEORANG ATLET (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2012 -

Baca:  Ibrani 12:1-17

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."  Ibrani 12:1

Semua atlet di seluruh cabang olahraga, tanpa terkecuali, pasti memiliki tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.  Untuk apa berlatih keras jika tidak memiliki tujuan yang jelas?  Goal setiap atlet dalam sebuah kejuaraan adalah menjadi juara atau meraih medali.  Untuk mewujudkan itu para atlet giat berlatih tanpa mengenal lelah.  Mereka tidak pernah mengeluh, bersungut-sungut apalagi sampai membantah instruksi pelatih.

     Begitu pula dalam kehidupan orang percaya, ada goal yang harus kita capai yaitu memperoleh mahkota kehidupan.  Ada tertulis:  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).  Mahkota yang disediakan Tuhan bagi setiap kita yang dapat menyelesaikan perlombaan sampai garis akhir bukanlah mahkota yang fana, melainkan mahkota yang kekal dan abadi yang jauh lebih mulia dan berharga dari mahkota apa pun yang ada di dunia ini.  Namun untuk mencapai kita semua ada harga yang harus dibayar.  Kita harus tunduk kepada pimpinan Roh dan tidak lagi hidup menuruti keinginan daging.

     Bagi seorang atlet kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, justru itu menjadi cambuk dan pengalaman berharga baginya untuk lebih tekun giat dan berlatih.  Apakah Susi Susanti tidak pernah kalah dalam pertandingan?  Tentu saja pernah.  Tapi ia tidak menyerah begitu saja dan segera bangkit.  Maka keuletan dan sikap pantang menyerah juga harus dimiliki oleh setiap orang percaya.  Masalah, ujian dan tantangan adakalanya menghadang langkah kita, namun kita tidak boleh menyerah begitu saja pada keadaan.  Kita harus bangkit dan tetap semangat, karena  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).  Arahkan pandangan kepada Tuhan Yesus, maka Ia akan memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita mampu menanggung segala sesuatunya.

Kehidupan kekal disediakan Tuhan bagi kita yang mampu bertahan sampai akhir pertandingan iman!

Monday, July 9, 2012

MENELADANI HIDUP SEORANG ATLET (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2012 -

Baca:  1 Timotius 2:1-7

"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."  2 Timotius 2:5

Susi Susanti adalah salah satu atlet legenda yang dimiliki bangsa Indonesia.  Prestasinya sangat fenomenal di cabang bulutangkis.  Gelar yang diraih Susi Susanti diantaranya adalah:  juara All England 4 kali  (1990, 1991, 1993 dan 1994), juara dunia tahun 1993, juara final grandprix sebanyak 6 kali  (1990-1994 dan 1996), dan belum termasuk gelar di turnamen-turnamen terbuka lainnya.  Ada pun gelar terbesarnya adalah ketika ia merebut mendali emas di ajang Olimpiade Barcelona 1992.  Ini adalah sejarah emas pertama yang diraih bangsa Indonesia sepanjang keikutsertaannya dalam olimpiade.

     Meraih prestasi seperti Susi Susanti adalah pekerjaan yang tidak mudah bagi seorang atlet, ada harga yang harus dibayar.  Tekun dalam berlatih, mau bekerja keras, tidak manja, tidak mudah putus asa dan berkeyakinan kuat (mental juara) adalah kunci kemenangan seorang atlet.  Tanpa itu semua mustahil seorang atlet akan meraih prestasi yang luar biasa.  Itulah sebab Rasul Paulus menasihatkan agar kita mau belajar dan meneladani perjuangan atlet di gelanggang pertandingan, karena perjalanan kekristenan kita juga diibaratkan seperti berada di gelanggang pertandingan iman:  "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.  Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.  Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:25-27).  Jadi tidak ada istilah 'leha-leha' dalam menjalankan kekristenan kita.  Sebaliknya kita harus berusaha keras mengerjakan keselamatan kita ini dengan hati yang takut dan gentar karena kedatangan Tuhan yang sudah semakin dekat.

     Jika saat ini kita dipercaya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, biarlah kita lakukan dengan setia dan penuh ketaatan karena tidak semua orang beroleh kesempatan itu.  Inilah yang dilakukan Rasul Paulus:  "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  Filipi 3:14
(Bersambung)

Sunday, July 8, 2012

BERMULA DARI HAL-HAL KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2012 -

Baca:  Lukas 16:10-12

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."  Lukas 16:10a

Saudara, jangan pernah meremehkan atau mengabaikan perkara-perkara kecil dalam kehidupan kita.  Bermula dari hal-hal kecillah perkara besar akhirnya terjadi.  Banyak orang merasa enggan memulai sesuatu dari hal-hal kecil, maunya langsung mengerjakan perkara-perkara besar.  Contohnya dalam hal pelayanan, tidak sedikit jemaat yang inginnya langsung terlibat dalam pelayanan yang besar, berada di atas mimbar atau bisa dilihat oleh banyak orang:  menjadi pembicara (pengkhotbah) atau worship leader di gereja-gereja besar.  Sementara ketika diutus untuk memulai pelayanan di gereja-gereja kecil, gereja di desa atau di kampung yang jumlah jemaatnya hanya sedikit dan dari kalangan orang-orang sederhana, kita merasa enggan dan berbagai alasan kita kemukakan untuk menghindar dari pelayanan.

     Untuk menjadi 'besar' harus dimulai dari bawah, melalui proses, baik dalam hal kesetiaan, ketekunan dan juga komitmen.  Jika dari hal-hal kecil saja kita tidak mau setia, bagaimana Tuhan akan mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita?  Karena itu mari belajar setia mengerjakan tugas dan kepercayaan dari Tuhan meski kelihatannya itu sederhana dan 'kecil' menurut penilaian manusia.  Daud adalah contoh orang yang setia dari hal-hal kecil.  Ketika diperintahkan menggembalakan domba oleh ayahnya, yang hanya berjumlah 2-3 ekor saja, ia begitu setia dan tekun, bahkan rela mempertaruhkan nayawanya untuk melindungi domba-dombanya dari binatang buas.  Karena kesetiaannya, akhirnya Tuhan mempercayakan hal besar kepada Daud:  menjadi raja atas Israel.

     Kesetiaan adalah karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya jika ingin mendapatkan promosi dari Tuhan atau dipercaya hal-hal besar.  Dalam Amsal 19:22 dikatakan:  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  Harus kita ingat bahwa keberhasilan tidak bisa diraih dalam sekejap mata, semuanya melalui tahap demi tahap dan pastilah dimulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu.  Jadi kesetiaan kita mengerjakan perkara-perkara kecil akan menuntun kita kepada keberhasilan.

Kesalahan-kesalahan kecil yang terus kita abaikan pada saatnya akan berakibat fatal yaitu kegagalan.

Saturday, July 7, 2012

MARIA MAGDALENA: Dipilih Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2012 -

Baca:  Yohanes 20:11-18

"Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: 'Aku telah melihat Tuhan!' dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya."  Yohanes 20:18

Seseorang yang mengalami kebaikan Tuhan dan memiliki pengalaman pribadi bersama Tuhan pasti mempunyai 'gelora' yang meluap-luap dalam hatinya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan karena ia sangat mengasihi Tuhan dan sebagai respons atas apa yang telah diterimanya, sebab "Dosanya yang banyak itu telah diampuni,"  (Lukas 7:47a).  Bahkan Tuhan berfirman,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18b).

     Apakah tanda-tanda orang mengasihi Tuhan?  Ia tidak hitung-hitungan dengan Tuhan, suka memberi dan tidak menahan berkat untuk dirinya sendiri melainkan sangat terbeban mendukung pekerjaan Tuhan dengan kekayaan yang dimilikinya, seperti yang dilakukan maria magdalena ini.  Minyak wangi yang ia gunakan untuk meminyaki Yesus itu berharga sangat mahal, bahkan pada waktu itu hanya bisa dibeli dengan gaji seorang pekerja selama setahun;  tapi Maria rela mempersembahkan harta miliknya untuk Yesus sebagai wujud betapa ia mengasihiNya.  Terbukti pagi-pagi buta ia datang ke kubur Yesus dan Yesus melihat ketulusan hatinya, karena itu ketika Ia bangkit, orang pertama yang dijumpaiNya adalah Maria Magdalena.

     Perjumpaan pribadi dengan Yesus telah mengubah hidupnya.  Harta kekayaan dan segala yang ada di dunia ini tidak berarti apa-apa, hanya Yesus yang utama dan lebih dari segala-galanya.  Hal ini juga dirasakan oleh Rasul Paulus, setelah bertemu dengan Yesus hidupnya diubahkan dan dia berkata,  "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:7-8).  Apakah Saudara pernah mersakan pertolongan Tuhan?  Bahkan karena kasihNya Ia rela mati bagi Saudara.

Sudahkah Saudara berbuat sesuatu untuk membalas kebaikan Tuhan itu?

Thursday, July 5, 2012

MEMPERSEMBAHKAN API ASING

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2012 -

Baca:  Imamat 10:1-7

"Maka keluarlah api dari hadapan Tuhan, lalu menghanguskan keduanya (Nadab dan Abihu - - Red.), sehingga mati di hadapan Tuhan."  Imamat 10:2

Judul perikop firman Tuhan yang kita baca hari ini adalah kematian Nadab dan Abihu.  Anak-anak imam Harun harus mengalami nasib yang sangat tragis.  Tertulis,  "Maka keluarlah api dari hadapan Tuhan, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan Tuhan."

     Mengapa Tuhan sampai menghukum Nadab dan Abihu?  Karena kedua anak imam Harun itu telah melanggar firman Tuhan yaitu mempersembahkan persembahan kepada Tuhan dengan menghadirkan api asing yang tidak diperintahkan Tuhan kepadanya.  Api asing adalah api yang tidak semestinya berada dalam persembahan.  Itu sama artinya mereka telah mempermainkan atau menghina Tuhan yang adalah Pribadi yang kudus.  Ada tertulis.  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).  Tuhan tidak mau kekudusanNya dilanggar dan dipermainkan oleh kedua anak Harun.

     Peristiwa yang menimpa Nadab dan Abihu ini menjadi peringatan keras bagi para imam lainnya, di mana ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat tegas terhadap dosa.  Tidak ada istilah kompromi sedikit pun terhadap perbuatan yang menyimpang dari firman Tuhan!  Seorang imam harus benar-benar kudus ketika mempersembahkan korban kepada Tuhan, dan siapa pun yang melanggar kekudusan Tuhan akan menanggung akibatnya.

     Begitu juga kita yang saat ini dipercaya melayani Tuhan di ladangNya, apa pun bentuk pelayanannya, haruslah kita lakukan dengan penuh ketaatan.  Tidak ada istilah melayani Tuhan setengah-setengah atau suam-suam kuku, karena kalau kita suam-suam kuku, firman Tuhan dengan keras mengatakan,  "Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi masih melakukan perbuatan-perbuatan  dosa.  Tanpa kekudusan, kita tidak layak melayani Tuhan!

Sekalipun Tuhan tidak menghukum secara langsung seperti peristiwa di atas, namun kalau kita terus-menerus mempermainkan kekudusan dan kesabaranNya, pada saatnya Tuhan akan berperkara atas kita.

Tuesday, July 3, 2012

PERSEPULUHAN: Perintah Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juli 2012 -

Baca:  Maleakhi 3:6-12

"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan."  Maleakhi 3:10

Berbicara tentang perpuluhan, timbul pertanyaan di kalangan orang percaya.  Apakah perpuluhan itu sebuah keharusan?  Apakah perpuluhan harus diberikan pada gereja lokal?  Hari ini kita kembali diingatkan tentang pentingnya persepuluhan (perpuluhan), sehingga kita menyadari kebenaran persepuluhan dan semua janji Tuhan berkenaan dengan hal itu.

     Apakah persepuluhan itu?  Secara matematika, persepuluhan adalah sepersepuluh.  Persepuluhan adalah sepuluh persen dari hasil pendapatan bersih seseorang.  Pendapatan yang dimaksud tidak harus berupa uang tetapi bisa juga berupa barang, dan itu harus dikembalikan kepada Tuhan.  Mungkin ada di antara kita yang memberikan persepuluhan lebih dari seharusnya dibayar, dengan harapan Tuhan juga akan menambah berkat untuk kita;  semisal gaji saya sebulan Rp. 2.000.000, seharusnya persepuluhan yang harus saya kembalikan kepada Tuhan adalah Rp. 200.000, tapi saya memberinya lebih yaitu Rp. 250.000.  Bagaimana?  Persepuluhan itu hanya sepuluh persen dari total pendapatan, dan pemberian yang melebihi sepuluh persen dianggap sebagai persembahan.

     Saat mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan seharusnya kita tidak memiliki motivasi agar Tuhan memberkati kita, meskipun kita percaya bahwa Dia pasti akan memberikan berkat itu kepada kita.  Jadi kita harus dapat membedakan antara persepuluhan dan persembahan.  Persepuluhan adalah sepuluh persen dari penghasilan yang diterima seseorang, sedangkan semua pemberian kepada Tuhan setelah kita kurangi persepuluhan disebut persembahan.  Sebagai umat yang sudah mengecap kasih dan kebaikanNya sudah seharusnya kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan tidak hanya sebatas persepuluhan.  Setiap orang Kristen harus mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan apa pun keadaannya, karena itu adalah perintah Tuhan dan kita harus menaatinya.

Alkitab menegaskan bahwa yang tidak mengembalikan persepuluhan kepadaNya berarti telah menipu Tuhan, jadi kita disebut sebagai penipu!

NB: Mohon maaf, renungan ini mengalami salah ketik. Sebelumnya memang tertulis Rp. 20.000.000 (dua puluh juta), seharusnya Rp. 2.000.000 (Dua juta). Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. (~penyadur~)

Monday, July 2, 2012

PERLINDUNGAN TUHAN ITU SEMPURNA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juli 2012 -

Baca: Mazmur 121:1-8

"Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu."  Mazmur 121:5

Saat ini banyak orang yang tidak lagi mengandalkan Tuhan dalam hidupnya tetapi lebih condong kepada uang dan harta kekayaan yang ia miliki.  Pertanyaannya: apakah uang dan harta kekayaan dapat menyelamatkan dan memberikan perlindungan bagi kita?

     Berhati-hatilah!  Satu-satunya perlindungan sumber pengharapan bagi orang percaya adalah Tuhan, bukan uang atau harta kekayaan.  Janganlah sekali pun meragukan apalagi meremehkan perlindungan Tuhan, karena Dia adalah Tuhan Yang Mahatinggi dan Yang Mahakuasa.  Yang Mahatinggi artinya Tuhan di atas segala tuhan, Raja diatas segala raja, tak ada yang dapat menandingi kebesaranNya karena Dia adalah Pencipta manusia, langit dan bumi dan segala isinya.  Ancaman sebesar apa pun tak sebanding dengan kebesaranNya.  Yang Mahakuasa artinya kuasa Tuhan tak terbatas, Dia sanggup lakukan segala perkara tak ada yang tak dapat dilakukanNya.  "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a).  Perlindungan Tuhan mencakup seluruh aspek kehidupan kita, tidak ada batasnya selama kita berada dalam naunganNya.  Pemazmur berkata,  "Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.  Tuhan akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.  Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya."  (Mazmur 121:3, 7, 8).  Mazmur 91:14 berkata, "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku."

     Jadi kunci untuk mengalami perlindungan yang sempurna dari Tuhan adalah harus melekat kepada Tuhan dan mengenal namaNya Artinya  "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,"  (Yohanes 15:7).

Bila kita selalu karib dengan Tuhan, senantiasa membangun persekutuan pribadi denganNya, hidup menurut segala apa yang difirmankanNya sehingga kita semakin mengerti kehendak dan rencanaNya, maka kita tidak akan merasa takut, tidak lagi kuatir masa depan karena hanya dekat Tuhan saja kita merasakan dan mengalami ketenangan, sebab Dialah Sumber perlindungan kita.

Sunday, July 1, 2012

PERLINDUNGAN TUHAN ITU SEMPURNA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2012 -

Baca:  Mazmur 91:1-6

"Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,"  Mazmur 91:9

Mazmur 91 ini adalah satu mazmur yang berisikan tentang janji perlindungan Tuhan bagi orang percaya.  Keamanan, ketenangan dan kedamaian adalah dambaan semua insan di dunia ini.  Namun, adakah tempat di mana seseorang dapat terlindungi dengan aman?  Tidak ada tempat di belahan bumi mana pun yang dapat menjamin seseorang merasa aman dan terlindungi.  Seorang presiden, pejabat tinggi Negara atau artis bisa saja punya pengawal bersenjata yang menyertainya ke mana saja mereka pergi bertugas; orang kaya boleh saja memiliki satpam yang berjaga-jaga selama 24 jam di rumahnya, namun tidak bisa menjamin keamanan mereka 100% karena bagaimanapun juga para pengawal adalah manusia biasa yang terbatas kekuatan dan kemampuannya.

     Pemazmur berkata,  "Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga."  (Mazmur 127:1b).  Satu-satunya Pribadi yang dapat memberikan perlindungan yang sempurna, sehingga kita akan merasa aman, tenang dan damai adalah Tuhan.  Tidak ada yang lain!  Memang, Tuhan tidak pernah berjanji perjalanan hidup kita tidak akan terlepas dari masalah, tantangan dan pergumulan, tapi Ia berjanji akan senantiasa menyertai kita, menopang, menguatkan, melindungi dan memberi pertolongan saat kita diperhadapkan dengan semuanya itu.

     Jadi perlindungan yang sempurna akan dialami oleh orang-orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.  Perlindungan adalah satu bagian berkat yang Tuhan sediakan.  "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!"  (Yeremia 17:7), sebaliknya, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!"  (Yeremia 17:5), dan "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan."  (Yesaya 31:1).

Jaminan perlindungan kita adalah Tuhan!

Saturday, June 30, 2012

HIDUP YANG BERHASIL ADALAH RENCANA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2012 -

Baca:  Ayub 42:1-6

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  Ayub 42:2

Tak seorang pun dari kita ingin menjadi orang gagal dan terpuruk, melainkan menjadi orang berhasil dan sukses dalam segala hal.  Mungkinkah?  Sangat mungkin!  Karena hidup yang berhasil dan diberkati adalah rancangan Tuhan bagi anak-anakNya.  Memang untuk berhasil tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Terkadang kita harus menghadapi banyak sekali ujian, tantangan dan harga yang harus dibayar.  Banyak contoh tokoh besar dalam Alkitab yang sebelum mengalami penggenapan janji Tuhan dan diberkati harus mengalami proses demi proses lebih dahulu.

     Ayub adalah seorang yang berhasil.  Sebagai orang yang berhasil bukan berarti Ayub tidak pernah gagal dalam hidupnya.  Ayub pun harus mengalami kegagalan demi kegagalan, penderitaan dan keterpurukan.  Namun Ayub tidak pernah menyerah dan putus asa di tengah jalan.  Ia tetap bangkit dan mengarahkan pandangannya kepada Tuhan.  Ayub tetap bersyukur kepada Tuhan.  Di tengah keterpurukannya Ayub masih bisa berkata,  "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!"  (Ayub 1:21) dan "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."  (Ayub 2:10b).

     Gagal bukan akhir segalanya.  Tetaplah mengucap syukur seperti Ayub, karena kegagalan bukan rencana Tuhan walau terkadang Tuhan ijinkan kegagalan itu terjadi supaya kita belajar tidak sombong, dan belajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.  Kegagalan mengingatkan kita untuk introspeksi diri, mungkin selama ini kita mengandalkan kekuatan sendiri dan tidak melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kita.  Kadang kita diijinkan gagal supaya kita tidak sombong dan mengajar kita untuk berharap dan bergantung kepada Tuhan dalam segala hal.

Di tengah proses yang ada Ayub tidak keluar dari jalan Tuhan dan tetap melekat kepadaNya;  dan janji Tuhan itu ya dan amin, Tuhan memberkati Ayub  "...dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu."  Ayub 42:10

Friday, June 29, 2012

SAMGAR: Dari Zero Menjadi Hero

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juni 2012 -

Baca:  Hakim-Hakim 3:31

"Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel."  Hakim-Hakim 3:31

Kitab Hakim-Hakim adalah kitab yang mencatat tentang penderitaan dan kesesakan yang dialami oleh bangsa Israel dan karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan, sehingga mereka secara silih berganti dikuasai oleh bangsa lain (musuh).  Meski demikian Tuhan tidak tinggal diam membiarkan bangsa Israel hidup menderita.  Untuk membela umatNya, Tuhan membangkitkan hakim-hakim.

     Salah satu orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi hakim atas Israel adalah Samgar.  Arti nama Samgar adalah pedang.  Ia dipilih Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari tangan orang-orang Filistin.  Dilihat dari latar belakangnya, Samgar bukanlah tentara atau orang yang ahli dalam berperang.  Ia berasal dari kalangan orang biasa, seorang petani.  Kalau Samgar seorang tentara atau prajurit tentunya senjata yang ia pegang adalah pedang, tetapi Alkitab jelas menyatakan bahwa senjata yang ia bawa adalah tongkat penghalau lembu yang terbuat dari kayu, yang biasa digunakan petani untuk menusuk lembu agar bergerak maju.  Tetapi di tangan Tuhan yang Mahakuasa, Samgar diangkatNya dan beroleh peninggian, ia menjadi pahlawan bagi bangsanya.  Sungguh benar apa yang dikatakan Pemazmur bahwa  "...bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  (Mazmur 75:7-8).  Sesuai dengan namanya yang berarti 'pedang', Tuhan memakai tongkat penghalau lembu yang Ia ubah menjadi seperti mata pedang sehingga 600 tentara Filistin terbunuh di medan perang.  Samgar tampil sebagai pahlawan dan penyelamat bangsanya.

     Mungkin kita berkata,  "Tidak ada yang bisa saya banggakan."  Jangan pernah menyerah!  Ia mampu mengubah yang biasa menjadi luar biasa.  Yang tidak diperhitungan dan tidak punya arti di hadapan manusia dapat dipilih Tuhan menjadi alat kemuliaanNya.  Apakah kita sedang menghadapi masalah dan pergumulan berat?

Ingat, kita punya Yesus yang kuasa dan kekuatanNya sangat tak terbatas, Dia pasti sanggup menolong kita.

Thursday, June 28, 2012

BERANI MELAWAN ARUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juni 2012 -

Baca:  Ibrani 2:1-4

"Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus."  Ibrani 2:1

Ada satu jenis ikan yang mempunyai keunikan, karena selain dapat berkembang biak di air tawar (daerah pegunungan), ia dapat pula hidup di air asin (laut) setelah dewasa.  Ikan itu adalah ikan salmon.  Ketika tiba waktunya untuk bertelur dan berkembang biak, ikan jenis ini akan melawan arus air untuk kembali ke habitat asalnya yaitu air tawar di daerah pegunungan, meski harus bersusah payah bahkan berusaha untuk melompat apabila airnya menurun.  Tidak jarang sebelum sampai ke habitat asalnya, mereka dimakan oleh binatang lain yaitu beruang.  Jadi ikan salmon dapat menempuh jarak ratusan kilometer.  Terkadang untuk mencapai daerah pegunungan sekujur tubuhnya harus terluka.  Dan barulah setelah tiba di habitat asalnya, ikan salmon itu bertelur dan kemudian mati.

     Berani melawan arus dunia ini dan memiliki kehidupan yang berbeda adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya.  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Namun banyak orang Kristen lebih suka mengikuti arus dunia, memiliki kehidupan yang tidak berbeda dari orang-orang dunia dan mengabaikan jalan-jalan Tuhan.

     Mari belajar dari Kaleb dan Yosua yang berani bertindak sebaliknya, berani melawan arus saat kesepuluh rekannya merasa pesimis untuk dapat masuk ke tanah Kanaan.  Kaleb dengan berani berkata,  "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"  (Bilangan 13:30).  Kaleb dan Yosua tetap berpegang pada iman dan keteguhan hatinya.  Berani menentang arus berarti berani membayar harga, siap menanggung resiko dan bahkan nyawa menjadi taruhannya.  Ketika tetap teguh mengikuti jalan Tuhan dan tidak mau mengikuti arus, Kaleb dan Yosua nyaris mati karena orang-orang Israel hendak melempari mereka dengan batu.  Namun Tuhan membela dan meluputkan yang bersungguh hati melayani Dia.  Beranikah kita melawan arus dan mempertahankan hidup benar meski di tengah dunia yang bobrok ini?

Berani melawan arus berarti tidak lagi berkompromi dengan dosa!

Wednesday, June 27, 2012

HIDUP YANG DIURAPI TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 28:1-9

"Tuhan adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"  Mazmur 28:8

Istilah 'pengurapan' bukanlah kata yang asing, ini sudah sangat familiar di kalangan orang percaya atau orang-orang Kristen.  Kita sering mendengar ajakan dari teman,  "Ayo datang ke ibadah, karena nanti disertai pengurapan oleh hamba Tuhan."  Atau saat altar call hamba Tuhan berkata,  "Bagi Saudara-saudara yang rindu diurapi, silahkan maju ke depan."  Namun seringkali banyak orang Kristen yang tidak mengerti dan memahami apa makna dari pengurapan itu.  Adapun makna pengurapan adalah Tuhan mengambil alih segenap kehidupan kita;  Tuhan mengatur dan mengendalikan hidup kita dan Tuhan mematikan manusia lama kita sehingga kita hidup menurut pimpinan Roh kudus.

     Salah satunya adalah pengurapan minyak.  Dalam Perjanjian Lama, pengurapan minyak digunakan untuk mengurapi kepala Imam Besar dan keturunannya serta mengurapi Bait Suci dan perabotnya sebagai tanda disucikan dan dikuduskan bagi Tuhan.  Sedangkan dalam Perjanjian Baru, pengurapan minyak digunakan murid-murid Yesus untuk mengurapi orang sakit dan menyembuhkan mereka  (baca  Markus 6:13).  Dalam Yakobus 5:14 disebutkan bahwa para penatua jemaat mengurapi orang sakit dengan minyak untuk pelayanan kesembuhan bagi orang sakit.

     Terjadi aliran kuasa Tuhan setiap kali pengurapan minyak dilakukan hamba Tuhan.  Artinya kuasa Tuhan yang dahsyat akan mengalir dan bekerja atas orang itu.  Daud adalah contoh pribadi yang mengalami pengurapan luar biasa dari Tuhan.  Dalam 1 Samuel 16:12-13 a-b dinyatakan bahwa Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengurapi Daud,  "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.  Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud."  Ada dampak yang luar biasa dalam diri Daud setelah ia diurapi Tuhan.  Kuasa Tuhan senantiasa menyertai hidup Daud.  Berkat yang berkelimpahan, kemenangan, kekuatan dan perlindungan senantiasa menyertai perjalanan hidupnya.

Sebagai orang percaya, kita diberi pengurapan sesuai dengan janji Tuhan asalkan kita intim denganNya, hidup taat, senantiasa menyenangkan hatiNya.!

Tuesday, June 26, 2012

MENGALAMI TITIK BALIK (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juni 2012 -

Baca:  1 Tesalonika 4:1-12

"Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi."  1 Tesalonika 4:1

Sudahkah kita membuat keputusan untuk bersungguh-sungguh di dalam Tuhan?  Adakah suatu peristiwa yang membuat Saudara mengambil komitmen dan mengalami titik balik dalam hidup?  Misal:  saat kita disembuhkan dari sakit-penyakit dan mengalami mujizat dari Tuhan, kita berkomitmen melayani Tuhan dan makin sungguh-sungguh di dalam Dia;  saat kita ditinggalkan oleh orang kita kasihi untuk selama-lamanya, ini menyadarkan kita bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah fana, lalu kita berjanji untuk hidup benar di hadapan Tuhan.  Jangan sampai kita terlambat atau merasa terlambat mengambil keputusan.  Kalau tidak sekarang, kapan lagi?  Selagi kita masih bernafas dan memiliki kesempatan gunakan waktu yang ada untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan karena Dia segera datang.  Mari semakin giat melayani Tuhan dengan roh yang menyala-nyala.

     Apabila seorang hamba mengetahui bahwa tuannya akan segera datang, tidakkah ia mempersiapkan diri untuk menyambut tuannya itu?  Jadi  "Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang."  (Lukas 12:37a), dan "Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya."  (Lukas 12:43-44).  Siapakah kita menyambut kedatangan Tuhan Yesus?  Henokh tidak menunda-nunda waktu untuk melekatkan hidupnya kepada Tuhan.  Selama 300 tahun ia terus membangun kekariban dengan Tuhan.  300 tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi waktu yang panjang dan lama, dan bisa dipastikan dalam kurun waktu itu juga dihadapkan pada ujian dan tantangan, namun Henokh tetap konsisten menjaga hubungannya dengan Tuhan.

     Bagaimana dengan Saudara?  Masihkah terus disibukkan mengejar materi lalu perkara-perkara rohani kita kesampingkan?  Pilihan ada di tangan Saudara!  Ingat, keputusan Saudara hari ini akan berdampak pada masa yang akan datang.

Henokh diangkat Tuhan hidup-hidup karena hidupnya sangat berkenan kepada Tuhan dan senantiasa bergaul karib dengan Dia.

Monday, June 25, 2012

MENGALAMI TITIK BALIK (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2012 -

Baca:  Ibrani 11:5-6

"Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya."  Ibrani 11:5a

Dalam Alkitab disebutkan ada dua orang yang tidak mengalami kematian dan diangkat hidup-hidup oleh Tuhan yaitu Henokh dan Elia.  "...tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai."  (2 Raja-Raja 2:11).  Mereka diangkat hidup-hidup oleh Tuhan dan tidak mengalami kematian karena mereka adalah orang-orang yang menjaga hidupnya berkenan kepada Tuhan.  Alkitab juga menyatakan bahwa pada saatnya nanti Tuhan akan mengangkat umatNya.  Inilah yang disebut dengan rapture.  Kata rapture merupakan terjemahan dari kata Yunani harpazo yang memiliki pengertian terangkat ke sorgaRapture dapat didefinisikan sebagai pengangkatan jemaat Tuhan untuk beroleh tubuh kemuliaan.  Peristiwa yang terjadi pada saat rapture adalah:  orang-orang yang masih hidup dalam Kristus diubahkan dalam tubuh kemuliaan.  Lalu mereka hidup dalam Kristus diubahkan dalam tubuh kemuliaan.  Lalu mereka yang telah dibangkitkan dan diubahkan diangkat dalam awan-awan menyongsong Tuhan di angkasa  (baca  1 Tesalonika 4:16-17).

     Tidak rindukah kita mengalami hal yang demikian?  Ataukah kita mau tertinggal pada waktu Tuhan Yesus datang kelak?  Sebelum semuanya terlambat dan ada penyesalan mari mempersiapkan diri dengan baik dan tidak lagi main-main dalam menjalani kehidupan ini,  "karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam."  (1 Tesalonika 5:2).

     "Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah.  Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah,..."  (Kejadian 5:21-22).  Henokh membuat keputusan penting yaitu berkomitmen untuk bergaul karib dengan Tuhan atau semakin melekat kepadaNya.  Ada pelajaran berharga dari Henokh ini di mana ia telah mengalami titik balik dalam hidupnya.  Pada saat usianya mencapai 65 tahun dan ia memiliki keturunan dari Tuhan dengan menamai anak itu Metusalah, Henokh memutuskan untuk makin bersungguh-sungguh di dalam Tuhan dan hidup benar di hadapanNya, bahkan Alkitab menyatakan bahwa ia bergaul dengan Tuhan selama tiga ratus tahun lagi.  Luar biasa!  (Bersambung)

Sunday, June 24, 2012

SULIT MENINGGALKAN DOSA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juni 2012 -

Baca:  Roma 7:13-26

"Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat."  Roma 7:19

Siapakah yang tidak pernah berbuat dosa?  Semua orang tanpa terkecuali, yang tinggal di ujung bumi mana pun, adalah orang berdosa.  "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.  Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak."  (Roma 3:10, 12).  Artinya setiap langkah hidup kita ini selalu diwarnai khilaf dan kesalahan, dan dosa itulah yang menuntun kita kepada maut dan kebinasaan kekal karena  "...upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).  Setiap hari kita selalu dihadapkan pada pergumulan melawan dosa dan seringkali kita tak berdaya menghadapinya.  Akhirnya kita dijerat, dibuai, dikuasai dan dijajah oleh dosa.  Rasul Paulus mengakuinya:  "Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku."  (Roma 7:20).

     Bagaimana supaya kita bisa terlepas dari dosa yang membelenggu itu?  Dengan kekuatan sendiri kita pasti tidak akan mampu.  Satu-satunya Pribadi yang dapat menolong dan melepaskan kita dari dosa adalah Tuhan Yesus Kristus.  Rasul Paulus berkata,  "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?  Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."  (Roma 7:24-25).  Melalui pengorbanan Krisus di atas kayu salib kita telah dimerdekakan dari dosa;  kita bukan lagi menjadi hamba dosa melainkan sebagai hamba kebenaran.  Karena itu  "...kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan."  (Roma 6:19b).

     Kini tidak ada jalan lain selain kita harus terus melekat kepada Tuhan dan mensyukuri karya penebusan Kristus.  Dan selanjunya, milikilah komitmen untuk meninggalkan dosa dengan sepenuh hati.  FirmanNya berkata,  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).

"Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi."  Amsal 28:13

Saturday, June 23, 2012

MATI ADALAH KEUNTUNGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juni 2012 -

Baca:  Pengkotbah 7:1-22

"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya."  Pengkotbah 7:2

Sungguh benar kata Salomo:  pergi ke rumah duka adalah lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta.  Saat kita ditinggalkan orangtua, saudara, kerabat, sahabat dan orang-orang yang kita kasihi, hati kita sedih karena tidak bisa bertemu mereka lagi untuk selamanya.  Namun saat di rumah duka inilah kita mendapatkan pelajaran yang sangat berharga:  hidup di dunia ini hanyalah sementara;  sekaya apa pun seseorang, harta dan kekayaannya tak dibawa mati.  Ini peringatan bagi yang ditinggalkan agar hidup tidak sembrono.

     Tentang kematian ada hal yang harus kita perhatikan:  1.  Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi.  Suatu saat semua orang tanpa terkecuali akan menghadapi kematian.  "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,"  (Ibrani 9:27).  Kita tahu bahwa kematian tidak mengenal usia, jenis kelamin dan juga status sosial yang dimiliki oleh seseorang, dan tak seorang pun dari kita dapat menolak atau melarikan diri dari kematian.  Kematian juga tidak dapat kita wakilkan.

     2.  Kematian bukan akhir dari segalanya.  Banyak orang berpikir bahwa kematian adalah akhir dari segala sesuatu.  Memang, kematian berarti segala hal yang kita kerjakan di dunia yang fana ini usai.  Tapi bukan berarti semuanya sudah kelar, beres dan tidak ada apa-apanya lagi.  Justru kematian adalah jembatan yang menghubungkan antara yang fana menuju kepada kekekalan.  Pengkotbah 12:7 mengatakan,  "dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya."  Perhatikan bagaimana orang kaya ini:  "... Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?"  (Lukas 12:19-20).  Semuanya sia-sia, bukan?  Siap atau tidak siap, pada saatnya setiap kita akan menghadapi kematian.

Bagi orang percaya yang selama hidupnya tekun dan setia kepada Tuhan, kematian adalah keuntungan karena akan bertemu dengan Tuhan Yesus dalam kekekalan!

Friday, June 22, 2012

UMUR MANUSIA ADA BATASNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 39:1-14

"Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan!"  Mazmur 39:6

Sebagai raja israel hidup Daud penuh kenyamanan:  harta kekayaan yang melimpah dan memiliki pasukan tentara yang siap menjaga negerinya.  Meski demikian Daud tidak pernah memegahkan diri.  Dia sadar bahwa hidup di dunia ini tidak untuk selamanya, hanya sementara waktu.  Segala sesuatu ada akhirnya.  Daud berkata,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).  Itulah sebabnya Daud berdoa,  "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!"  (Mazmur 39:5).  Bukan saja alam semesta dan segala isinya, umur manusia pun ada akhirnya.

     Jika sadar bahwa umur kita ada batasnya, apa yang harus kita perbuat dengan waktu yang sangat singkat ini?  Waktu adalah anugerah Tuhan, karena itu jangan pernah sia-siakan.  Selagi kita masih bernafas berarti ada kesempatan bagi kita mengumpulkan harta di sorga dan berkarya bagi Tuhan.  Bagi kita sebagai orang percaya, kematian bukan lagi menakutkan, dan kita yang ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi tidak perlu tenggelam dan duka yang berlarut-larut.  Rasul Paulus menasihatkan,  "...saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.  Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia."  (1 Tesalonika 4:13-14).

     Dengan demikian kita dapat tabah menghadapi kematian, karena semua orang tanpa terkecuali akan mengalaminya.

Bila selama hidup di dunia ini kita dengan setia mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita dan menjalani hidup selaras dengan firman Tuhan, maka kita pun dapat berkata seperti Rasul Paulus,  "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.  Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:21-22a).

Thursday, June 21, 2012

INGIN MENDAPAT? HARUS RELA KEHILANGAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2012 -

Baca:  Kisah 20:17-38

"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  Kisah 20:35

Umumnya sifat manusia adalah ingin memiliki atau mendapatkan tetapi tidak mau kehilangan atau berkorban.  Maunya selalu menerima namun tidak mau memberi.  Jadi yang selalu ada dalam pikiran manusia adalah bagaimana caranya mendapatkan dan juga bagaimana caranya supaya tidak kehilangan sesuatu.

     Pikiran manusia sangat bertolak belakang dan berbeda dari pikiran dan jalan Tuhan.  "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan."  (Yesaya 55:8).  Menurut pola dunia, semakin kita berhemat, harta kita semakin menumpuk dan kita akan semakin kaya.  Apa kata firman?  "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.  Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."  (Amsal 11:24-25).  Alkitab menyatakan bahwa orang yang banyak memberi berkat atau menabur justru semakin diberkati dan diberi kelimpahan oleh Tuhan.

     Mengapa kita harus banyak memberi?  1.  Memberi adalah perintah Tuhan.  Tuhan memberkati kita dengan tujuan supaya kita menjadi berkat bagi orang lain.  "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."  (Lukas 6:38).  2.  Memberi adalah perwujudan kasih.  Kekristenan dan kasih merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.  Jika kita mengaku sebagai pengikut Kristus tapi dalam kehidupan sehari-hari tidak punya kasih, sia-sialah kekristenan kita, karena Tuhan adalah kasih, dan kasih harus diwujudkan dalam tindakan nyata.  3.  Memberi adalah jalan untuk diberkati.  Melalui harta yang kita miliki kita dianjurkan untuk memuliakan Tuhan  (baca  Amsal 3:9).

Jadi, tujuan Tuhan memberkati kita bukan untuk kita nikmati sendiri, tapi supaya kita menjadi saluran berkat dan membantu pekerjaan Tuhan di bumi.

Wednesday, June 20, 2012

PERSEMBAHAN: Harus Rela dan Sukacita!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2012 -

Baca:  2 Korintus 9:6-15

"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  2 Korintus 9:7

Setiap kita pasti berharap bahwa persembahan yang kita berikan saat beribadah di gereja,  - baik itu untuk kolekte, persepuluhan, membantu hamba-hamba Tuhan di pedesaan atau pedalaman, menjadi sponsor untuk ladang misi, persembahan untuk pembangunan gereja, menjadi orang tua asuh dan sebagainya, - diterima oleh Tuhan dan menyenangkan hatiNya.  Pertanyaannya:  apakah persembahan itu kita berikan dengan hati yang tulus, murni dan sukarela?  Ataukah kita memberikan persembahan itu oleh karena terpaksa atau supaya kita beroleh pujian dari manusia, sehingga nama kita kian populer dan gelar baru pun kita sandang yaitu sebagai seorang dermawan yang baik hati?

     Jika apa yang kita persembahkan itu ingin diterima Tuhan, maka kita harus memberinya dengan rela, tulus dan sukacita tanpa ada motivasi terselubung dibalik itu dan jangan sampai kita memberikan dengan terpaksa atau karena dipaksa oleh pihak lain.  Jika tidak, maka persembahan kita tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan dan tidak mendatangkan berkat bagi kita.  Mungkin dengan persembahan yang kita berikan orang lain disenangkan, tapi belum tentu hal itu menyenangkan hati Tuhan.  Karena itu  "...jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu."  (Matius 6:3).  Mari kita belajar seperti Daud yang senantiasa memberi persembahan kepada Tuhan dengan tulus dan rela.  "Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya Tuhan."  (Mazmur 54:8).  Jangan sekali-kali mencari pujian dari manusia ketika kita memberi persembahan, tetapi carilah pujian dari Tuhan!

     Tuhan tidak melihat besar kecilnya persembahan, namun motivasi dan ketulusan hati kita.  Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, apalagi menahan berkat yang seharusnya kita salurkan kepada yang berhak menerima.  "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."  (Lukas 12:48b).

Beri persembahan dengan hati tulus dan rela:  itu menyenangkan hati Tuhan!

Tuesday, June 19, 2012

BIJI MATA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 17:1-15

"Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu"  Mazmur 17:8

Siapa yang mau menjadi budak?  Tak seorang pun manusia di dunia ini mau menjadi budak bagi orang lain.  Budak identik dengan penderitaan dan penindasan.  Namun inilah yang dialami oleh bangsa Israel, menjadi budak di Mesir.  Sebagai budak hidup mereka sangat menderita dan berada dalam tekanan yang hebat.  Mengapa ini terjadi?  Ini adalah akibat pemberontakan mereka sendiri kepada Tuhan.  Apakah Tuhan tinggal diam?  Tidak!  Tuhan berkata,  "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.  Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:7-8)

     Tuhan sangat mengasihi bangsa Israel, Dia tidak akan membiarkan mereka hidup dalam penderitaan dan penindasan.  Ia memiliki rancangan luar biasa yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan hari depan yang penuh harapan  (baca  Yeremia 29:11);  Ia hendak membawa mereka menuju Tanah Perjanjian, suatu negeri yang berlimpah susu dan madunya.  "sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya--:"  (Zakharia 2:8b), karena itu  "Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."  (Ulangan 32:10b).

     Sebagai orang percaya kita sangat berharga di hadapan Tuhan, seperti biji mataNya;  berarti kita senantiasa dalam perlindungan dan pemeliharaanNya.  Pergumulan apa pun yang sedang kita alami pasti turut dirasakanNya.  Jadi jangan takut dan kuatir sebab Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia dan tidak pernah ingkar terhadap semua janjiNya.  Daud, yang walaupun adalah seorang raja besar, tetap menyadari bahwa ia hanyalah manusia biasa, di mana diluar Tuhan ia tidak bisa berbuat apa-apa dan tak berarti apa-apa.  Karena itu Daud sangat merindukan dirinya sebagai biji mata Tuhan.

Menjadi biji mata Tuhan berarti kita dijagaNya, dilindungiNya dan dipeliharaNya;  karena itu jangan takut!

Monday, June 18, 2012

PELAKU FIRMAN: Pasti Diberkati Tuhan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2012 -

Baca: Ulangan 7:12-26

"Engkau akan diberkati lebih dari pada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu."  Ulangan 7:14

Menjadi kaya dan memiliki materi yang berlimpah bagi orang percaya bukanlah dosa!  Tuhan sendiri berjanji bahwa berkat adalah bagian dari kehidupan orang percaya,  "Aku (Yesus) datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Namun yang harus diperhatikan adalah jangan sampai hati kita hanya terfokus pada kekayaan dan menjadikan kekayaan itu sebagai sandaran dan pengharapan kita,  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Sebaliknya,  "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..."  (Amsal 3:9).

     Dalam pembacaan hari ini ditegaskan bahwa Tuhan berjanji akan memberkati umatNya.  Pastilah Tuhan tidak akan membiarkan orang benar hidup dalam kekurangan, meski terkadang Ia mengijinkan itu terjadi supaya kita belajar untuk percaya dan bergantung penuh kepadaNya.  Namun jangan sekali-kali menjadikan Tuhan sebagai sumber untuk mencari kekayaan seperti orang-orang yang pergi ke gunung kawi, kuburan atau dukun.  Kalau itu yang menjadi motivasi kita mencari Tuhan, kelak kita akan kecewa.  Tuhan memberkati kita melimpah supaya hidup kita menjadi kesaksian bagi banyak orang, bukan untuk memuaskan keinginan kita;  Tuhan juga tidak ingin kita mengutamakan berkatNya melebihi PribadiNya yang adalah Sang Pemberi berkat itu sendiri;  Tuhan memberkati kita sebagai bukti bahwa Ia sangat mengasihi kita;  Tuhan memberkati kita untuk menegaskan bahwa Dia sanggup memelihara hidup kita sebagaimana tertulis:  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).

     Ada satu hal yang seringkali kita lupakan, bahwa untuk menikmati berkat-berkat Tuhan ada syaratnya,  "...karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu."  (Ulangan 7:12).  Perhatikan ini dengan sungguh!

Untuk diberkati Tuhan, syaratnya simple, yaitu setia mendengar firmanNya dan melakukannya.

Sunday, June 17, 2012

ORANG BENAR: Seperti Pohon Korma! (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2012 -

Baca:  Wahyu 7:9-17

"sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka."  Wahyu 7:9

Untuk menjadi orang Kristen yang bertumbuh dan berbuah sampai masa tua tidak ada jalan lain selain harus berakar kuat kepada Tuhan Yesus yang adalah Sumber Air Kehidupan.  Seringkali kita ingin menikmati berkat-berkat Tuhan secara cepat tetapi tidak mau diproses.  Tuhan menghendaki agar anak-anakNya menjadi seperti pohon korma, tetapi kuat dan menghasilkan buah meski di tengah kegersangan dan badai kehidupan.

     Pohon korma melambangkan pertumbuhan rohani yang baik, keindahan, kemenangan, sukacita dan menjadi berkat bagi banyak orang.  Dalam kitab Raja-Raja disebutkan bahwa Bait Suci Salomo juga menggunakan lambang pohon korma sebagai motif untuk keindahan bangunanannya:  "Dan pada segala dinding rumah itu berkeliling ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, baik di ruang sebelah dalam maupun di ruang sebelah luar.  Pada kedua daun pintu yang dari kayu minyak itu ia mengukir gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang, kemudian dilapisinya dengan emas; juga pada kerub dan pada pohon korma itu disalutkannya emas."  (1 Raja-Raja 6:29, 32).  Pohon korma atau palem juga berbicara tentang kemenangan dan sukacita.  Ini digambarkan ketika penduduk Yerusalem mengelu-elukan Yesus dengan daun-daun palem sebagai simbol kemenanganNya:  "mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"  (Yohanes 12:13).  Ayat nas menyatakan tentang sukacita orang-orang percaya yang setia sampai akhir hidupnya dan beroleh mahkota kehidupan dari Tuhan.  Masing-masing memegang daun-daun palem (korma) tanda kemenangan.

     Bagaimana dengan kita?  Dalam menjalani hidup yang penuh ujian dan tantangan ini tidak seharusnya kita mengeluh dan menjadi lemah, sebaliknya harus makin kuat dan hidup dalam kemenangan senantiasa meski di tengah situasi dan kondisi yang penuh tekanan dan ujian.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita ini lebih daripada pemenang!

Saturday, June 16, 2012

ORANG YANG BENAR: Seperti Pohon Korma! (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2012 -

Baca:  Mazmur 92:1-16

"Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;"  Mazmur 92:13

Bukanlah asal jika pemazmur menggambarkan kehidupan yang benar akan bertunas seperti pohon korma.  Pohon korma atau pohon palem adalah salah satu jenis pohon yang paling sering ditulis di dalam Alkitab, terutama Perjanjian Lama.  Pasti ada alasannya mengapa Tuhan sering menggunakan lambang pohon korma ini di dalam firmanNya.

     Pohon korma dapat hidup dan tumbuh secara ajaib di padang gurun.  Di padang yang kering dan berpasir itu biji korma yang ditanam tidak akan langsung bertumbuh ke atas, namun membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai bertahun-tahun.  Ternyata pada masa-masa itu biji korma akan bertumbuh ke bawah, mencari dan menuju kepada sumber air yang tersembunyi di bawahnya hingga biji itu semakin besar dan semakin kuat berakar ke dalam.  Bahkan sudah menjadi tradisi jika seorang petani menanam biji korma akan dengan sengaja menekan biji itu sedemikian rupa dengan menggunakan batu besar supaya biji itu makin terbenam ke dalam dan makin bertumbuh ke bawah, sehingga aman dari badai gurun yang sewaktu-waktu menerpa.  Pada saatnya, tunas korma itu akan menggulingkan batu yang menekannya itu, lalu bertumbuh ke atas dan tidak tergoyahkan meski ada badai sekalipun, karena akarnya telah kuat mengakar ke dalam, dan pada waktunya, tanaman korma itu akan menghasilkan buah dan terus berbuah sampai pada masa tuanya.

     Proses perjuangan pohon korma untuk bertumbuh dan menghasilkan buah meski hidup di tengah padang gurun adalah simbol dari kehidupan orang percaya yang dikehendaki Tuhan.  Berakar kuat, terus bertumbuh dan menghasilkan buah yang lebat meski harus diperhadapkan pada masalah dan penderitaan.  Masalah dan penderitaan adalah proses menuju kepada pendewasaan iman.  Alkitab menyatakan, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  (Yakobus 1:12).  Namun banyak anak-anak Tuhan tidak tahan ketika ia harus berada di 'padang gurun'.  Mereka terus mengeluh, bersungut-sungut, mengomel, menyalahkan Tuhan.  Akibatnya iman mereka tidak bisa bertumbuh.
(Bersambung)

Friday, June 15, 2012

ORANG KRISTEN KANAK-KANAK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2012 -

Baca:  1 Korintus 13:1-13

"Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."  1 Korintus 13:11

Jika kita dikatakan sebagai orang Kristen yang masih kanak-kanak kita pasti tidak mau dan langsung protes.  Kita akan berkata,  "Saya sudah menjadi Kristen bertahun-tahun, bahkan sudah ikut pelayanan, masak saya masih dibilang Kristen kanak-kanak."  Perlu ditegaskan lagi bahwa lama telah menjadi Kristen atau bertahun-tahun tidak menjamin seseorang itu dewasa rohani.  Karena itu kita perlu berhati-hati dan jangan sampai kita membangga-banggakan kekristenan kita.

     Salah satu sifat kanak-kanak adalah tidak sabar.  Bukankah masih banyak orang Kristen yang memiliki sifat tidak sabar?  Kita langsung bersungut-sungut, mengeluh dan menggerutu ketika doa kita belum juga dijawab oleh Tuhan.  Kita tidak sabar menantikan pertolongan Tuhan:  Hari ini minta, maunya hari ini pula dipenuhi.  Kita berusaha menyuruh Tuhan dan memaksaNya untuk menuruti segala kemauan dan keinginan kita sesuai dengan cara yang kita tetapkan.

     Tak beda jauh dengan bangsa Israel, meski sudah mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa tetap saja mengeluh dan bersungut-sungut padahal Tuhan telah membawa mereka keluar dari negeri perbudakan (Mesir).  Di padang gurun perbuatan ajaib Tuhan senantiasa menyertai mereka.  Namun mulut mereka tetap saja dipenuhi keluh kesah dan persungutan.  Mereka tidak sabar dengan cara Tuhan bekerja.  Akibatnya Tuhan mengijinkan mereka berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun sebelum mencapai Tanah Perjanjian (Kanaan), walau sesungguhnya  "Sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai kadesh-Barnea, melalui jalan pegunungan Seir."  (Ulangan 1:2).

     Apakah kita suka bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan?  Ini adalah tanda bahwa kita masih tergolong orang Kristen kanak-kanak.  Sifat kekanak-kanakan tidak tergantung umur karena banyak orang dewasa masih saja bersifat kekanak-kanakan.

Tujuan hidup kita bukan sebatas mengejar materi atau perkara-perkara duniawi saja, karena itu buang sifat kanak-kanak dan belajarlah dewasa supaya kita dapat mengerti kehendak Tuhan!

Thursday, June 14, 2012

HARTA MELIMPAH: Inikah Sukses Sesungguhnya?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juni 2012 -

Baca:  Efesus 2:1-10

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."  Efesus 2:10

Adalah hal yang wajar jika orang dunia menilai bahwa kesuksesan seseorang diukur berdasarkan uang yang banyak, rumah di kawasan elite, mobil mewah lebih dari satu dan ketenaran atau jabatan yang tinggi.  Apa itu sukses?  Sukses berarti berhasil atau mencapai suatu hasil akhir yang memuaskan.  Istilah sukses itu sinonim dengan pencapaian (achievement), keberuntungan, kemakmuran dan kemenangan.  Namun inikah yang sukses sesungguhnya?  Ketahuilah bahwa segala yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa jika semua itu tidak menolong kita untuk meraih kehidupan yang kekal.  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"  (Matius 16:26).  Tidak salah memiliki segala sesuatu secara materi, namun jika hidup kita hanya dimulai dan diakhiri dengan tujuan materi saja, maka kita disebut sebagai orang yang paling malang.  Rasul Paulus berkata,  "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia."  (1 Korintus 15:19).

     Sukses menurut Alkitab adalah memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan dan mampu memenuhi tujuan hidup yang Tuhan kehendaki.  Ada banyak orang yang menjalani hidup seolah-olah tujuan hidup mereka adalah untuk bersenang-senang dan mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya.  Bukankah hidup di dunia ini hanyalah sementara?  Tuhan Yesus saat berada di bumi tidak memiliki apa-apa.  Tertulis:  "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."  (Matius 8:20).  Tujuan hidup Yesus adalah untuk melakukan kehendak Bapa di sorga.

     Kita sukses bukan karena memiliki harta melimpah atau lain-lain secara materi.  Kita bisa dikatakan sukses jika kita sedang mengerjakan sesuatu yang Tuhan tetapkan dan sedang menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak dan rencanaNya.

Harta kekayaan tidak menyelamatkan, tapi ketaatan dan kesetiaan mengerjakan kehendak Tuhan itu yang membawa kita kepada kehidupan kekal kelak!

Wednesday, June 13, 2012

YESUS ADALAH SUMBER PERTOLONGAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2012 -

Baca:  2 Raja-Raja 1:1-18

"Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati."  2 Raja-Raja 1:4

Di akhir zaman ini Iblis beserta pasukannya bekerja secara luar biasa:  menipu, menghasut dan memprovokasi manusia supaya mereka percaya kepadanya.  Terlebih lagi bagi orang-orang yang sedang tertimpa masalah berat, sakit-penyakit, berat jodoh dan sebagainya menjadi sasaran empuk Iblis.  Banyak berita menggemparkan tersiar di televisi:  ada seorang anak kecil yang bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit hanya dengan media batu.  Tanpa berpikir panjang banyak orang berbondong-bondong datang kepada si anak kecil itu untuk meminta kesembuhan.  Ada berita lagi, di suatu tempat ada sumber mata air yang berkhasiat.  Apalagi kita datang ke sana meneguk air itu maka segala sakit-penyakit kita akan sembuh, kita akan segera menemukan jodoh, dan bila air itu kita siramkan di tempat usaha kita, maka tempat kita itu (pabrik, toko) akan laris dan berhasil.  Semua yang serba instan kini sedang dicari orang.  Itulah tipu muslihat Iblis!

     Ahazia adalah seorang raja Israel yang sedang menderita sakit parah.  Sebagai raja Israel seharusnya ia tahu kemana mencari pertolongan dan kesembuhan yaitu kepada Allah yang hidup, Sang Jehovah Rapha.  Ia sudah diperingatkan,  "Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron?"  (2 Raja-Raja 1:3).  Tetapi hal ini tidak dilakukan oleh Ahazia, ia tetap meminta petunjuk kepada Ball-Zebub, allah di Ekron tersebut.  Alkitab menegaskan bahwa mencari pertolongan kepada dukun, paranormal dan lain-lain adalah kekejian di mata Tuhan!  Itu adalah dosa besar.  Akibat dari kebodohannya itu bukannya kesembuhan yang Ahazia dapatkan melainkan kematian.  Melalui renungan ini kita diingatkan untuk tidak mencari pertolongan kepada allah lain selain daripada Tuhan Yesus Kristus.

     Seberat apa pun masalah yang kita alami, kuatkan hati dan jangan sekali-kali mengambil jalan pintas, termakan bujuk rayu Iblis dan mencari pertolongan kepadanya.  Bagi orang percaya, Tuhan Yesus lebih daripada cukup, Dialah sumber pertolongan kita, bukan yang lain.

Segala sakit-penyakit kita telah ditanggungNya di atas kayu salib, dan oleh bilur-bilurNya kita telah sembuh!  (baca 1 Petrus 2:24b)

Tuesday, June 12, 2012

DI TENGAH MUSIM GUGUR, BERSABARLAH!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juni 2012 -

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan."  Yakobus 5:10

Kita masih ingat peristiwa yang terjadi di negeri ini beberapa waktu yang lalu, dimana demonstrasi terjadi secara besar-besaran menuntut dibatalkannya rencana kenaikan harga BBM.  Kita tahu bila harga BBM naik akan berdampak terhadap harga-harga kebutuhan pokok rakyat.  Bisa dibayangkan betapa nasib masyarakat kelas bawah:  makin hidup dalam kesukaran dan penderitaan.  Jangankan menatap masa depan, menjalani hidup hari demi hari saja sudah sangat terasa berat.  Firman Tuhan ini menasihatkan agar kita tetap sabar dan kuat dalam menghadapi masa-masa sukar di akhir zaman ini.  Dikatakan, "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!"  (Yakobus 5:7a).  Kata  'bersabar'  disebutkan berulang-ulang dengan harapan supaya setiap anak Tuhan menyadari akan hal ini.  Bersabar adalah kunci untuk menghadapi situasi kehidupan sekarang ini.

     Tuhan mengajar kita untuk belajar dari kehidupan seorang petani yang begitu sabar menantikan masa panen, karena kehidupan petani sangat bergantung pada hasil panennya.  Karenanya mereka terus bersabar mulai dari saat menanam benih, merawat tanaman itu tumbuh, hingga musim panen tiba.  Itu bukanlah waktu yang singkat, tapi melalui proses yang begitu panjang.  Dikatakan oleh yakobus para petani melewati 2 musim yaitu musim gugur dan musim semi.  Ketika musim gugur datang semua tanaman mengalami terik, di mana dedaunan dan bunga-bunga rontok;  pohon-pohon menjadi gundul.  Meski demikian para petani tidak menjadi kecewa apalagi putus asa, mereka tetap sabar dan bertekun karena tahu bahwa pada saatnya masa itu akan lewat dan berganti dengan musim semi.  Di musim semi inilah daun-daun mulai menghijau, tunas bermunculan, bunga-bunga bermekaran, dan pohon-pohon pun mulai menghasilkan buah pertanda bahwa masa panen telah tiba.

     Jika kita sedang ada di 'musim gugur', seolah-olah tidak ada harapan, menderita sakit-penyakit, kesulitan ekonomi, jangan bersungut-sungut dan menggerutu.

Tetapi tetap sabar dan nantikan Tuhan karena pada saatnya 'musim semi' itu tiba dan semua indah pada waktuNya!

Monday, June 11, 2012

PERCAYA: Mengalami Penggenapan Janji Tuhan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2012 -

Baca:  Roma 4:18-25

"Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa,"  Roma 4:18

Iman Abraham mulai timbul dan makin kuat karena ia telah mendengar sendiri bagaimana Tuhan berjanji kepadanya bahwa keturunannya akan tak terhitung seperti bintang-bintang di langit.

     Di dalam Roma 10:17 dikatakan,  "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  Supaya iman kita kuat kita harus banyak mendengarkan firman Tuhan.  Banyak orang Kristen imannya lemah oleh karena lebih suka dan selalu ingin mendengar apa kata orang.  Kalau kita bergantung pada apa kata orang, kita akan mudah terombang-ambing dan iman kita menjadi lemah.  Tetapi jika kita menyediakan banyak waktu untuk membaca firman Tuhan dan mendengar janji Tuhan melalui firmanNya, kita akan beroleh kekuatan meski kenyataan yang ada masih bertolak belakang dengan janji Tuhan.  Ketika kita percaya firman Tuhan lebih dari fakta yang ada, cepat atau lambat janjiNya pasti akan digenapi dalam hidup kita.  Namun banyak dari kita yang menutup telinga kepada firman Tuhan tetapi membuka telinga lebar-lebar terhadap perkataan orang lain yang melemahkan dan yang membuat kita makin kuatir.

     Abraham mengalami mujizat Tuhan bukan hanya karena percaya, tapi ia juga taat kepada Tuhan.  Ketika Tuhan memerintahkannya untuk mempersembahkan anaknya yang semata wayang, ia pun taat.  Tidak hanya itu, apa yang keluar dari mulut Abraham adalah perkataan iman.  Hal ini tersirat dengan jelas ketika ia berkata kepada kedua bujangnya yang turut serta pergi ke gunung Moria,  "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."  (Kejadian 22:5).  Orang yang percaya akan terbukti dari perkataan yang keluar dari mulutnya.  Ucapan kita ibarat benih, kalau kita mengucapkan sesuatu, kita seperti sedang menabur benih, pada saat yang tepat kita akan menuainya.  Tertulis:  "Hidup dan mati dikuasai lidah,"  (Amsal 18:21).  Karena itu marilah kita belajar mengucapkan kata-kata iman, kata-kata berkat dan semua hal yang positif seperti Abraham;  pada saat yang tepat, Tuhan pasti akan menggenapi janjiNya.

Percaya, percaya dan percaya adalah kunci mengalami berkat Tuhan!

Sunday, June 10, 2012

PERCAYA: Mengalami Penggenapan Janji Tuhan (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2012 -

Baca:  Markus 11:20-26

"Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."  Markus 11:23

Sebagai pemberita Injil, Rasul Paulus banyak dihadapkan ujian, tantangan, aniaya dan juga kesesakan.  Meski begitu tak sedikit pun ia merasa kecewa, mengeluh, bersungut-sungut, apalagi putus asa dan patah semangat.  Sebaliknya rohnya selalu menyala-nyala untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan karena ia tahu bahwa penderitaan yang ia alami selama di dunia ini  "...tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan..."  (Roma 8:18).  Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata,  "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-"  (2 Korintis 5:7).

     'Percaya' adalah bagian terpenting dalam kehidupan anak-anak Tuhan, karena dengan memiliki percaya, mujizat dan perkara-perkara ajaib dapat terjadi.  "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  (Markus 9:23b).  Bahkan  ayat nas di atas menyatakan bahwa dengan 'percaya' maka gunung pun dapat tercampakkan ke dalam lautan.  Amin!  Orang Kristen yang mempunyai percaya, pasti memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang lain.  Perihal 'percaya' ini kita dapat belajar pula dari kehidupan Abraham yang adalah bapa orang percaya.  Ketika Abraham sudah berusia lanjut Tuhan berjanji akan memberikan kepadanya anak atau keturunan, namun sampai berumur 100 tahun barulah ia mendapatkan anak sesuai yang dijanjikan.  Secara manusia hal ini adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal, tetapi mujizat itu terjadi karena Abraham tetap percaya.  "...Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan."  (Roma 4:20).

     Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya karena iman percayanya.  Mengapa ia begitu percaya kepada Tuhan?  Karena ia telah mendengar bagaimana Tuhan berbicara dan berjanji kepadanya,  "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.'"  (Kejadian 15:5).

Itulah yang menguatkan iman Abraham!

Saturday, June 9, 2012

PERCERAIAN KEBENCIAN TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juni 2012 -

Baca:  Maleakhi 2:10-16

"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel..."  Maleakhi 2:16

Kawin-cerai sepertinya menjadi hal yang biasa banyak orang, terutama di kalangan para artis atau selebritis.  Menikah baru beberapa tahun, ada yang hanya dalam hitungan bulan, kemudian memutuskan untuk bercerai karena merasa sudah tidak cocok lagi.  Bahkan ada yang kawin-cerai sampai 2-3 kali.  Banyak orang berpikir bahwa ketika rumah tangganya dalam masalah, perceraian adalah jalan terbaik.  Salah besar!  Perceraian adalah jalan terburuk dan ini merupakan perbuatan keji di mata Tuhan.  Mengapa?  "Oleh sebab Tuhan telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.  Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya."  (ayat 14-15).

     Ingat, pernikahan bukanlah perjanjian antara dua orang saja, tetapi melibatkan tiga pribadi yaitu suami, isteri dan juga Tuhan.  Dalam janji pernikahan, suami dan isteri saling menandatangani sebuah surat perjanjian untuk saling mengasihi, menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dan berjanji sehidup semati atau setia sampai maut memisahkan mereka berdua.  Tuhan adalah saksi utama yang juga turut menandatangani dan mensahkannya.  Sesuai dengan rencana Tuhan, pria dan wanita dipertemukan untuk menjadi satu daging supaya mereka saling melengkapi, mengasihi, bersekutu dan bersama-sama melayani Tuhan.

     Jadi, perceraian tidak hanya melanggar sebuah perjanjian kudus, tetapi juga merupakan kebencian Tuhan.  Suami dan isteri yang telah dipersatukan dalam ikatan pernikahan bukan lagi dua tetapi menjadi satu daging, dan apabila dipisahkan pasti akan terasa sakit sekali.  Tuhan tahu itu karena Ia turut juga merasakan kelemahan kita, karena itulah Dia sangat membenci perceraian.  Apa pun alasannya, perceraian bukanlah jalan Tuhan.  Pikirkan dampak yang ditimbulkan, di mana anak-anak pasti menjadi korban.

Seberat apa pun badai menyerang dalam rumah tangga, jangan putus asa, datang pada Tuhan Yesus, Dia pasti akan memberi jalan keluarnya!

Catatan:   
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21

Friday, June 8, 2012

TANDA-TANDA KEDEWASAAN ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2012 -

Baca:  Roma 12:9-21 

"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  Roma 12:11

Tanda seseorang dewasa rohani adalah apabila hidupnya benar-benar berubah dan makin sungguh-sungguh dalam Tuhan.  Ayat nas mengingatkan agar kita rajin beribadah apa pun keadaan kita, sebab  "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Biarlah roh kita terus menyala-nyala bagi Tuhan, kian rajin berdoa dan melayani Tuhan.  Orang Kristen dewasa akan senantiasa penuh kesungguhan melakukan kehendak Tuhan.  Terkadang kita diijinkan mengalami dan melewati masa-masa sukar, penderitaan dan dalam tekanan supaya kita benar-benar merasakan dan mengalami kasih Tuhan nyata.

     Seorang Kristen yang dewasa pasti memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan.  Ada pun tanda bahwa seseorang bisa dikatakan Kristen yang dewasa antara lain adalah:  Pertama, fokus kepada Tuhan.  orang kristen yang dewasa rohani pasti tidak akan terpengaruh oleh keadaan;  senantiasa mengandalkan Tuhan dan memiliki penyerahan penuh kepadaNya sehingga di segala keadaan masih tetap bisa mengucap syukur.  Berbeda dengan seorang Kristen kanak-kanak, yang karena kerohaniannya suam-suam kuku, biasanya mudah sekali goyah dan terombang-ambing oleh situasi;  percaya kepada Tuhan Yesus tetapi masih juga pergi dan mencari pertolongan kepada dukun atau paranormal, masih saja percaya kepada primbon, hongsui, ramalan bintang dan lain-lain.  Ada juga yang rajin beribadah ke gereja tapi di rumah masih menyimpan jimat.

     Kedua, hidup dalam pimpinan Roh Kudus.  Artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging karena sudah mampu menimbang dan membedakan mana yang berkenan kepada Tuhan dan mana yang tidak.  Dalam Ibrani 5:14 dikatakan,  "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."

     Ketiga, menghasilkan buah.  Hidupnya menjadi berkat bagi orang lain dan memiliki komitmen dalam pelayanan;  dan semua itu ia lakukan bukan karena rutinitas belaka, tapi didasari oleh kasihnya kepada Tuhan.

Renungkan:  sudahkah kita mencapai kedewasaan rohani?

Thursday, June 7, 2012

MEMPELAI KRISTUS: Harus Dewasa Rohani! (3)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2012 -

Baca:  Ibrani 5:11-14

"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil."  Ibrani 5:13

Saat ini semua umat Tuhan sedang menanti-nantikan kedatangan Tuhan.  Jadi waktu yang singkat ini harus kita gunakan sebaik mungkin untuk mengerjakan bagian kita yaitu melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hidup seturut dengan kehendakNya supaya pada saatnya kita tidak bernasib seperti lima gadis bodoh, di mana ketika Sang Mempelai Laki-Laki datang mereka tidak dapat masuk ke dalam ruang perjamuan kawin  (baca Matius 25:1-13).  Menjadi orang Kristen yang dewasa rohani haruslah menjadi tujuan dan goal kita.  Kedewasaan rohani memerlukan hati yang mau belajar dan siap untuk dibentuk.  Maukah kita dibentuk dan diproses Tuhan?

     Banyak yang memberontak, kecewa, mengeluh, mengomel, bersungut-sungut ketika mengalami proses pembentukan Tuhan, padahal setiap proses yang Tuhan ijinkan terjadi selalu mendatangkan kebaikan bagi kita.  "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  (Ayub 23:10).  Lama atau cepatnya proses pembentukan dari Tuhan sangat bergantung pada 'tanah' hati kita.  Semakin kita memberontak, semakin lama proses yang harus kita jalani.  "Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur?"  (Yesaya 28:24).

     Jika hari ini kita rindu menjadi orang Krisen yang dewasa rohani haruslah ada bukti, artinya kekristenan harus dipraktekkan dan diwujudkan dalam tindakan nyata sehingga orang lain melihat bahwa kehidupan orang Kristen berbeda, seperti tertulis:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihati,  "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!"  (1 Korintus 14:20), sebab orang dunia tidak peduli dengan keaktifan kita di gereja atau pelayanan, tetapi yang mereka perhatikan adalah perbuatan kita saat berada di tengah-tengah mereka.

Bukan teori, tapi yang lebih utama adalah action!