Saturday, April 2, 2016

SISI LAIN ORANG KAYA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2016 

Baca:  Amsal 28:20-28

"tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman."  Amsal 28:20

Menjadi orang kaya adalah keinginan hampir semua manusia di dunia ini.  Mengapa?  Karena dunia selalu mengukur dan menilai kesuksesan seseorang dari apa yang diraih dan dipunyainya.  Itulah sebabnya semua orang berlomba-lomba dan berusaha sedemikian rupa mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya demi mewujudkan keinginan tersebut.  Celakanya banyak orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta atau kekayaan.

     Mengapa banyak orang berhasrat menjadi kaya?  Karena dengan semakin kaya maka status sosial seseorang akan terdongkrak naik.  Mereka semakin dihormati dan dihargai.  Dengan kata lain orang kaya mempunyai posisi lebih tinggi dibandingkan orang biasa, apalagi orang miskin;  dan semakin kaya seseorang semakin banyak pula teman atau sahabat, seperti tertulis:  "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya."  (Amsal 19:4).  Kebanyakan orang lebih senang berada di sekitar orang kaya daripada berada di dekat orang miskin.  Salah satu alasannya adalah mereka berharap turut menikmati kekayaan dan nebeng ketenaran dari si kaya.

     Faktor lain yang mendorong orang lain menjadi kaya adalah bahwa dengan posisinya yang tinggi dan terhormat mereka dapat bersikap semena-mena dan menguasai orang lain, karena beranggapan bahwa dengan uang yang dimiliki mereka bisa melakukan apa saja.  "Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi."  (Amsal 22:7), sehingga  "Orang miskin berbicara dengan memohon-mohon, tetapi orang kaya menjawab dengan kasar."  (Amsal 18:23).  Sedangkan sisi lain yang tidak disadari oleh si kaya yaitu mereka cenderung menganggap diri lebih bijak, lebih hebat, dan lebih segala-galanya dari orang lain.  "Orang kaya menganggap dirinya bijak, tetapi orang miskin yang berpengertian mengenal dia."  (Amsal 28:11).  Jika orang sudah merasa diri  'lebih'  dari orang lain secara otomatis mereka telah meremehkan dan merendahkan orang yang dianggapnya memiliki derajat lebih rendah.  Ini adalah awal dari kesombongan, padahal Tuhan sangat benci dengan orang sombong, pada saatnya mereka akan  "...ditundukkan dan ...direndahkan;  (Yesaya 2:17).  (Bersambung)

Friday, April 1, 2016

JANGAN BERPIKIRAN NEGATIF!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 April 2016 

Baca:  Matius 9:1-8

"Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?"  Matius 9:4

Semua orang pasti mengakui bahwa pikiran adalah medan peperangan yang sesungguhnya.  Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, kita selalu diperhadapkan dengan pergumulan yang berat berkenaan dengan pilihan hidup yang tidak mudah:  berpikiran positif atau berpikiran negatif.  Berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari orang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang negatif daripada berpikiran positif.

     Ketika melihat Tuhan Yesus melakukan mujizat menyembuhkan orang yang lumpuh, semestinya orang akan memuliakan nama Tuhan dan imannya semakin teguh, tetapi para ahli Taurat justru langsung berpikiran negatif terhadap Tuhan Yesus.  "Ia menghujat Allah."  (ayat 3).  Bukankah kita juga seringkali berpikiran negatif terhadap Tuhan dan menuduh-Nya berlaku tidak adil dan jahat, ketika doa-doa kita belum beroleh jawaban, ketika sakit kita belum juga sembuh, ketika masalah kita belum juga ada jalan keluar, padahal kita sudah berdoa?  Dalam hubungan dengan sesama kita pun mudah sekali berpikiran negatif dan selalu menaruh curiga terhadap orang lain.  Jika kita selalu berpikiran negatif setiap hari, berhati-hatilah!

     Darimanakah datangnya pikiran negatif?  Iblis selalu menawarkan hal-hal negatif ketika manusia berada pada suatu kebutuhan.  Contoh:  ketika Tuhan Yesus lapar setelah berpuasa 40 hari 40 malam, Iblis menawarkan solusi untuk mengubah batu menjadi roti.  Iblis juga menawarkan kebanggaan, kehebatan dan kemegahan yang merupakan impian dan keinginan setiap manusia  (baca  Matius 4:1-11), namun Tuhan Yesus dapat berkata  'tidak'  terhadap semua tawaran Iblis.  Pikiran negatif juga datang dari keinginan kita sendiri yang sewaktu-waktu muncul.  "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  (Yakobus 1:14).  Apa yang kita pikirkan menentukan arah hidup kita dan membawa kita kepada kesukaran.  Karena itu Rasul Paulus menasihatkan,  "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Filipi 4:8).

Kita akan menang atas pikiran negatif jika kita memakai pedang roh yaitu firman Tuhan, dan senantiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan setiap hari.