Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2013 -
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah
pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" 2 Timotius 4:5
Tak henti-hentinya rasul Paulus mendorong dan menguatkan Timotius supaya terus maju dalam memberitakan Injil. Memang seyogianya Timotius meneladani pemimpin rohaninya itu, yang meski dipenjara tak surut semangatnya berkarya bagi Tuhan. Paulus sadar bahwa "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18), sehingga ia dapat menasihati, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2).
Selagi masih ada kesempatan mari tunaikan tugas pelayanan kita sebaik mungkin, jangan disia-siakan. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih
siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat
bekerja." (Yohanes 9:4), "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat," (2 Timotius 4:3). Jadi tugas memberitakan Injil Kristus dan menyatakan kebenaran secara tegas adalah tugas Ilahi yang bersifat wajib dan sangat mendesak, karena jemaat akhir zaman ini kian tertidur rohaninya dan makin disibukkan oleh perkara-perkara duniawi. Bukan hanya itu, mereka juga lebih suka "...mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." (2 Timotius 4:3-4).
Sudahkah kita menjalankan tugas pelayanan kita dengan benar? Butuh komitmen tinggi, kesetiaan, kesabaran dan kesungguhan hati untuk menjadi seorang pelayan Tuhan! Selain itu kita pun harus punya dasar iman dan pengajaran yang kuat yang diperoleh dengan cara bertekun membaca, meneliti dan merenungkan firman Tuhan. Terpenting, kita harus hidup di dalam firman dan menjadi pelaku firman Tuhan, "...supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang." (1 Timotius 4:15). Menjadi pelayan tuhan berarti terlebih dahulu memberikan teladan hidup bagi orang lain.
Jadilah pelayan Tuhan yang berkenan kepada Tuhan: motivasi benar, memberi yang terbaik dan hidup dalam kebenaran sampai akhir hidup kita!
Saturday, August 31, 2013
Friday, August 30, 2013
MELAYANI SAMPAI GARIS AKHIR (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2013 -
Baca: 1 Timotius 4:1-16
"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu." 1 Timotius 4:16a
Dewasa ini makin banyak anak Tuhan turut terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Ini adalah berita baik! Namun menjadi pelayan Tuhan yang benar bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada harga yang harus kita bayar! Kita tidak bisa melayani Tuhan dengan asal-asalan atau sekedar latah karena ikut-ikutan. Melayani Tuhan adalah tugas yang sangat mulia, karena itu kita harus melakukannya dengan kesungguhan hati dan komitmen yang tinggi.
Timotius adalah seorang pemuda yang bertalenta dan memiliki kehidupan rohani yang mumpuni. Komitmennya dalam melayani Tuhan tak diragukan lagi. Itulah sebabnya rasul Paulus tak henti-hentinya berdoa untuk Timotius supaya ia tetap memiliki semangat dalam melayani Tuhan. "...kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu." (1 Timotius 1:6). Ada banyak alasan bagi Timotius untuk menjadi lemah dan patah semangat melayani karena banyak tantangan dan ujian menghadang langkahnya dalam mengemban Amanat Agung Tuhan ini. Apalagi saat itu Paulus selaku pembina rohani Timotius sedang dipenjara oleh karena Injil; secara manusia mental Timotius pasti terpengaruh dan terganggu!
Orang berpendapat bahwa orang muda itu masih 'hijau', minim pengalaman, belum banyak mengenyam asam garam kehidupan, sehingga mereka memandang Timotius dengan sebelah mata. Mereka berpendapat orang muda belum layak menjadi pemimpin rohani. Belum lagi permasalahan yang ada dalam jemaat di Efesus yang begitu kompleks. Ibarat suatu penyakit, maka penyakit jemaat Efesus itu stadium empat atau sudah kronis. Pada saat itu ada banyak pengajar-pengajar sesat yang menyusup di antara jemaat menebarkan ajarannya yang menyimpang dari kebenaran Injil, sehingga jemaat mulai terjebak dengan takhayul dan dongeng-dongeng. Rasul Paulus menasihati Timotius, "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12). Inilah tantangan tersendiri bagi Timotius untuk menunjukkan kualitas hidupnya sebagai pelayan Tuhan muda! (Bersambung)
Baca: 1 Timotius 4:1-16
"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu." 1 Timotius 4:16a
Dewasa ini makin banyak anak Tuhan turut terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Ini adalah berita baik! Namun menjadi pelayan Tuhan yang benar bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada harga yang harus kita bayar! Kita tidak bisa melayani Tuhan dengan asal-asalan atau sekedar latah karena ikut-ikutan. Melayani Tuhan adalah tugas yang sangat mulia, karena itu kita harus melakukannya dengan kesungguhan hati dan komitmen yang tinggi.
Timotius adalah seorang pemuda yang bertalenta dan memiliki kehidupan rohani yang mumpuni. Komitmennya dalam melayani Tuhan tak diragukan lagi. Itulah sebabnya rasul Paulus tak henti-hentinya berdoa untuk Timotius supaya ia tetap memiliki semangat dalam melayani Tuhan. "...kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu." (1 Timotius 1:6). Ada banyak alasan bagi Timotius untuk menjadi lemah dan patah semangat melayani karena banyak tantangan dan ujian menghadang langkahnya dalam mengemban Amanat Agung Tuhan ini. Apalagi saat itu Paulus selaku pembina rohani Timotius sedang dipenjara oleh karena Injil; secara manusia mental Timotius pasti terpengaruh dan terganggu!
Orang berpendapat bahwa orang muda itu masih 'hijau', minim pengalaman, belum banyak mengenyam asam garam kehidupan, sehingga mereka memandang Timotius dengan sebelah mata. Mereka berpendapat orang muda belum layak menjadi pemimpin rohani. Belum lagi permasalahan yang ada dalam jemaat di Efesus yang begitu kompleks. Ibarat suatu penyakit, maka penyakit jemaat Efesus itu stadium empat atau sudah kronis. Pada saat itu ada banyak pengajar-pengajar sesat yang menyusup di antara jemaat menebarkan ajarannya yang menyimpang dari kebenaran Injil, sehingga jemaat mulai terjebak dengan takhayul dan dongeng-dongeng. Rasul Paulus menasihati Timotius, "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12). Inilah tantangan tersendiri bagi Timotius untuk menunjukkan kualitas hidupnya sebagai pelayan Tuhan muda! (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)