Sunday, June 30, 2013

MENJADI PENJALA MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2013 -

Baca:  Lukas 5:1-11

"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."  Lukas 5:10b

Pertimbangan Tuhan Yesus memilih murid-muridNya ternyata bukanlah sembarangan.  Salah satunya adalah saat Tuhan memilih Petrus.  Tuhan Yesus memilih Petrus bukan karena ia tampan, cerdas dan punya kedudukan, melainkan karena ia memiliki karakter hidup yang luar biasa.  Meski hanya berprofesi sebagai seorang nelayan atau penjala ikan, di dalam diri Petrus tersimpan potensi yang besar.

     Apa saja kualitas yang ada di dalam diri Petrus, sehingga Tuhan memilih dan memanggilnya untuk menjadi alat kemuliaanNya?  Pertama, Petrus adalah orang yang taat.  Telah sepanjang malam mengarungi danau Genesaret Petrus tidak mendapatkan ikan sama sekali.  Namun ketika Tuhan Yesus menyuruhnya untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai,  "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."  (ayat 4), Petrus taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya, padahal ia punya alasan yang kuat untuk menolak perintah Tuhan itu sebab ia adalah seorang nelayan yang sudah sarat pengalaman.  Tapi simak respons Petrus ini:  "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  (ayat 5).  Pada saat Petrus taat, dia menangkap begitu banyak ikan sehingga jalanya terkoyak.

     Kedua, Petrus adalah orang yang rendah hati.  Darimana kita tahu bahwa Petrus punya kerendahan hati?  Ayat 8 menyatakan:  "...iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: 'Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.'"  Pengakuan yang jujur dari Petrus yang mengatakan bahwa dirinya seorang berdosa menyiratkan bahwa ia orang yang rendah hati;  ia menyadari siapa dirinya, orang yang tidak layak di hadapan Tuhan.  Tidak mudah bagi seseorang untuk tersungkur di bawah kaki orang lain kecuali dia punya kerendahan hati.  Petrus merendahkan dirinya di hadapan Yesus karena ia tahu siapa yang ada di hadapannya.  Itulah sebabnya ia yang tadinya memanggil Yesus dengan sebutan 'Guru' kini memanggilNya 'Tuhan'.  Satu bentuk pengagungan dan penghormatan yang ia tujukan kepada Yesus.  Selain itu, kata 'tersungkur di depan Yesus' menunjukkan bahwa petrus sedang menyembah dan memuji Tuhan!

Punya ketaatan, kerendahan hati dan senantiasa mengagungkan Tuhan adalah sikap yang diperlukan bagi seorang penjala manusia, dan itu ada pada Petrus!

Saturday, June 29, 2013

MENYIA-NYIAKAN PANGGILAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juni 2013 -

Baca:  Efesus 1:15-23

"Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,"  Efesus 1:18

Yudas Iskariot dan juga ratu Wasti sesungguhnya adalah orang-orang yang sangat istimewa dan beroleh panggilan hidup yang luar biasa.  Sayang seribu sayang, mereka kurang menghargai panggilan Tuhan dalam hidupnya sehingga mereka tidak dapat menjalankan tugas dalam panggilannya secara maksimal.

     Yudas Iskariot adalah salah satu dari 12 murid yang dipanggil oleh Yesus sendiri.  "Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan."  (Matius 10:1).  Sebagai orang pilihan Tuhan ia diperlengkapi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat, menyembuhkan segala penyakit dan juga kelemahan tubuh lainnya.  Modal yang sangat luar biasa!  Sebagai rasul, hari-hari Yudas Iskariot terasa istimewa karena selalu dekat dengan Tuhan.  Ia termasuk murid yang diutus berdua-dua memberitakan Injil Kerajaan Allah.  Ia memulai pelayanannya dengan baik.  Tetapi suatu saat tipu daya kekayaan telah menyilaukan hatinya sehingga ia berani mengkhianati Yesus.  "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya."  (Matius 26:15).  Ia rela menjual Tuhannya hanya dengan 30 keping perak, yang saat itu adalah sama dengan harga seorang budak.  Yudas Iskariot lebih memilih 'mamon' dari pada Tuhan dan tidak lagi mengerjakan panggilan hidupnya.  Akhir kehidupan Yudas Iskariot pun sangat mengenaskan, ia frustasi dan gantung diri.

     Kemudian ratu Wasti.  Sebagai permaisuri, Wasti hidup berkelimpahan, tidak kekurangan apa pun.  Namun ia kurang bisa mensyukuri keadaannya dan lebih memilih mencari kesenangan pribadi.  Ia lupa, bukan karena kecantikannya yang membuatnya dipilih menjadi ratu di kerajaan besar, namun karena kasih karunia Tuhan.  Dengan mudahnya ratu Wasti menolak undangan raja Ahasyweros yang disampaikan sida-sida kepadanya yang membuat raja sangat murka sehingga mahkotanya sebagai ratu dicopot.

Jangan pernah sia-siakan panggilan Tuhan dalam hidupmu!