Thursday, February 11, 2021

BERPUTUS ASA? Datanglah Kepada Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2021

Baca:  Nehemia 4:1-23

"Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini."  Nehemia 4:10

Media sosial atau media elektronik seringkali menyuguhkan berita-berita tentang orang-orang yang mengalami masalah hidup yang teramat berat, yang membuat mereka menjadi putus asa sehingga nekat melakukan perbuatan yang menyimpang dari kehendak Tuha, yaitu mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

     Keputusasaan juga pernah dialami oleh bangsa Yehuda di zaman nabi Nehemia ketika mereka melihat tembok Yerusalem telah menjadi reruntuhan.  Mereka berputus asa karena merasa sudah tak sanggup membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah runtuh itu karena tekanan dan tantangan yang dihadapi terlalu besar.  Selain tenaga manusianya yang terbatas, juga upaya yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain di sekitar Yerusalem yang berusaha untuk melemahkan iman semangat mereka,  "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?"  (Nehemia 4:2).  Tak tahan menghadapi tekanan, mereka pun menjadi putus asa,  "...Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini."  (ayat nas).  Membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah menjadi reruntuhan adalah pekerjaan yang berat dan sangat melelahkan.  Kelelahan yang memuncak dapat menyebabkan orang menjadi putus asa, kehilangan gairah dan semangat hidup!

     Mungkin saat ini Saudara sedang berputus asa karena  'tembok-tembok'  dalam kehidupan Saudara telah runtuh dan menjadi puing-puing.  Jangan biarkan keputusasaan semakin menghancurkan hidup Saudara!  Tidak ada kata terlambat.....bangkitlah!  "...kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu,"  (2 Tawarikh 15:7).  Segeralah datang kepada Tuhan bawa seluruh beban Saudara kepada Tuhan Yesus, sebab Dia sangat mempedulikan kita,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28).

"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."  Yesaya 40:29

Wednesday, February 10, 2021

KELUARGA: Lembaga Pendidikan Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2021

Baca:  Ulangan 6:1-25

"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."  Ulangan 6:6-7

Banyak orang percaya tak menyadari bahwa keluarga adalah gereja terkecil  (inti), sebagai pusat pembentukan iman, karakter dan penanaman nilai-nilai kebenaran yang mendasar.  Sesungguhnya keluarga adalah tempat terdekat kita memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus.  Namun banyak keluarga Kristen belum berfungsi maksimal sebagai gereja inti karena para orangtua sering mengabaikan tanggung jawab ini.  Anak-anak muda Kristen mulai hilang kendali dalam pergaulannya karena tak punya pegangan iman.  Mereka lebih banyak menyerap informasi dari pergaulan, media elektronik atau media sosial yang pengaruhnya jauh lebih besar dan lebih kuat daripada pengaruh orangtua di rumah.

     Berhati-hatilah!  Dengan siapa kita bergaul dan juga informasi dari media luar dapat membentuk perilaku anak, padahal pergaulan dan informasi dari luar tak semuanya positif, malahan sebagian besar tak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.  Karena itu para orangtua tidak boleh menyerah pada kenyataan yang ada.  Sekalipun kita tak punya kekuatan untuk membendung pengaruh media luar dan pergaulan anak, bukan berarti kita harus menyerah kalah.  Justru orangtua harus semakin meningkatkan intensitas doanya dan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan pembangun iman bagi anak.  "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  (Amsal 22:6).

     Anak menjadi baik atau tidak baik sangat tergantung dari upaya orangtua dalam menanamkan nilai-nilai firman Tuhan dalam diri si anak.  Orangtua lebih rela mengeluarkan uang atau mewarisi anak-anak dengan harta kekayaan, daripada membekali mereka dengan didikan, ajaran, perhatian dan doa, padahal warisan  'rohani'  jauh lebih berharga dari harta.

Orangtua dipercaya sebagai wakil Tuhan dalam hal mendidik dan membangun iman bagi anak-anak mereka.