Wednesday, February 10, 2021

KELUARGA: Lembaga Pendidikan Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2021

Baca:  Ulangan 6:1-25

"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."  Ulangan 6:6-7

Banyak orang percaya tak menyadari bahwa keluarga adalah gereja terkecil  (inti), sebagai pusat pembentukan iman, karakter dan penanaman nilai-nilai kebenaran yang mendasar.  Sesungguhnya keluarga adalah tempat terdekat kita memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus.  Namun banyak keluarga Kristen belum berfungsi maksimal sebagai gereja inti karena para orangtua sering mengabaikan tanggung jawab ini.  Anak-anak muda Kristen mulai hilang kendali dalam pergaulannya karena tak punya pegangan iman.  Mereka lebih banyak menyerap informasi dari pergaulan, media elektronik atau media sosial yang pengaruhnya jauh lebih besar dan lebih kuat daripada pengaruh orangtua di rumah.

     Berhati-hatilah!  Dengan siapa kita bergaul dan juga informasi dari media luar dapat membentuk perilaku anak, padahal pergaulan dan informasi dari luar tak semuanya positif, malahan sebagian besar tak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.  Karena itu para orangtua tidak boleh menyerah pada kenyataan yang ada.  Sekalipun kita tak punya kekuatan untuk membendung pengaruh media luar dan pergaulan anak, bukan berarti kita harus menyerah kalah.  Justru orangtua harus semakin meningkatkan intensitas doanya dan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan pembangun iman bagi anak.  "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  (Amsal 22:6).

     Anak menjadi baik atau tidak baik sangat tergantung dari upaya orangtua dalam menanamkan nilai-nilai firman Tuhan dalam diri si anak.  Orangtua lebih rela mengeluarkan uang atau mewarisi anak-anak dengan harta kekayaan, daripada membekali mereka dengan didikan, ajaran, perhatian dan doa, padahal warisan  'rohani'  jauh lebih berharga dari harta.

Orangtua dipercaya sebagai wakil Tuhan dalam hal mendidik dan membangun iman bagi anak-anak mereka.

Tuesday, February 9, 2021

ORANG PERCAYA DIKENAL DARI BUAHNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2021

Baca:  Matius 7:15-23

"Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik."  Matius 7:18

Coba perhatikan tanaman di pekarangan rumah Saudara!  Apa yang nampak di luar sesungguhnya adalah hasil dari  'dalam'  tanaman itu.  Salah satu bagian yang berperan penting bagi kelangsungan hidup tanaman adalah akar.  Ada beberapa fungsi akar, yaitu penopang tumbuh tegaknya tanaman dan juga penyerap air dan zat hara yang ada di dalam tanah untuk disalurkan ke seluruh bagian tanaman.  Namun bila akar-akarnya tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik  (tak sampai menembus sumber air)  maka pertumbuhan tanaman tersebut pasti terganggu:  daunnya tidak hijau dan mengering.

     Pohon Tarbantin adalah salah satu contoh pohon yang hidup di padang gurun, mempunyai ukuran sangat besar dan berdaun lebat karena akar-akarnya tertanam sangat dalam ke tanah hingga menembus sumber air.  Karena itulah sekalipun menghadapi musim-musim kering, pohon ini tetap mampu bertahan dan daunnya tetap menghijau.  Jelas sekali bahwa pertumbuhan sebuah pohon dimulai dari dalam, yang prosesnya tidak terlihat oleh mata jasmani kita.  Begitu pula dengan pertumbuhan rohani seseorang diawali dari proses yang terjadi  'di dalam'  dan kemudian terus bertumbuh hingga menghasilkan buah yang dapat dilihat dari luar, dapat dirasakan oleh orang lain.  Karena itu kita harus semakin berakar kuat di dalam Tuhan:  membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan dan merenungkan firman-Nya setiap hari.  Itulah kunci untuk membangun dasar yang kuat di dalam kita:  kunci pertumbuhan rohani, yang akhirnya dapat menghasilkan buah Roh atau karakter Kristus.

     Bukalah hati selebar-lebarnya untuk Roh Kudus dan ijinkan Dia bekerja secara leluasa di dalam kita, maka kita akan dituntun-Nya kepada kehendak-Nya.  Bila Roh Kudus tinggal di dalam kita, maka apa yang nampak dari luar, baik itu perkataan dan segala perbuatan, adalah di bawah kendali-Nya.  Jika Roh Kudus yang memimpin kita, artinya jika kita menyerahkan hidup kita ke dalam pimpinan Roh Kudus, maka segala perbuatan dan perkataan kita pun akan seturut dengan kehendak Tuhan, bukan menurut keinginan daging kita.  Inilah yang akan membedakan keberadaan kita di tengah dunia ini!

"Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."  (Matius 7:16a)