Sunday, February 7, 2021

TAK MAU MENANGGALKAN KASUT!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2021

Baca:  Keluaran 3:1-22

"Lalu Ia berfirman: 'Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.'"  Keluaran 3:5

Ketika Musa sedang menggembalakan kambing domba milik mertuanya, malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri, tapi semak duri itu tidak terbakar.  Melihat hal itu Musa menjadi heran, lalu timbul niat untuk memeriksa mengapa semak duri itu tidak terbakar.  Berfirmanlah Tuhan kepada Musa,  "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."  (ayat nas).  Tuhan memerintahkan Musa untuk menanggalkan kasut yang dikenakannya karena tempat yang diinjaknya itu kudus.  Perintah yang sama juga disampaikan oleh Panglima Balatentara Tuhan yang menampakkan diri kepada Yosua saat berada di dekat Yerikho,  "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus."  (Yosua 5:15).

     Menurut tradisi, orang Yahudi biasa memakai kasut atau sandal ketika bepergian.  Bisa dipastikan sandal dan kasut yang mereka kenakan itu kotor dikarenakan debu.  Oleh sebab itu mereka harus menanggalkan kasutnya ketika hendak masuk ke dalam rumah, apalagi masuk ke tempat sembahyang.  Kasut merupakan lambang sesuatu yang kotor, najis dan cemar, yaitu kebiasaan-kebiasaan hidup manusia lama, sifat-sifat dosa yang harus dilepaskan supaya kita layak datang kepada Tuhan, sebab Tuhan kita adalah Pribadi yang kudus.

     'Menanggalkan kasut'  juga berbicara tentang menanggalkan kesombongan dan keakuan.  Sekalipun segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya, tapi Kristus tidak pernah meninggikan diri-Nya, bahkan Ia rela menanggalkan  'kasut'  reputasi, kebesaran, dan ke-Ilahian-Nya:  "...mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:7-8).  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan kita pun dituntut untuk menanggalkan  'kasut-kasut'  manusia lama yang kotor.

Kita harus menanggalkan segala hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, sebab tanpa kekudusan kita tak dapat mendekat kepada Tuhan dan melihat Dia.

Saturday, February 6, 2021

BERMEGAH KARENA SALIB, BUKAN KARENA DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2021

Baca:  Filipi 1:12-26

"sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu."  Filipi 1:26

Pada umumnya manusia bermegah dengan apa yang dimiliki atau dicapai:  uang, harta, popularitas, keberhasilan, kesuksesan, ketampanan, kecantikan, kedudukan  (pangkat)  dan sebagainya.  Namun melandaskan kemegahan diri kepada perkara-perkara yang bersifat duniawi adalah kesia-siaan karena sifatnya hanya sementara dan semu, serta tak bisa menolong, menjamin dan memberikan harapan yang pasti, contoh:  ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 semua orang tanpa terkecuali dilanda ketakutan dan kekuatiran, karena virus ini dapat membahayakan nyawa siapa saja tanpa memandang bulu.  Bisakah kita terluput dengan mengandalkan perkara-perkara duniawi itu semata?

     Kemegahan dunia ini tak berarti apa-apa!  Karena itu firman Tuhan menasihati kita untuk tidak bermegah, selain hanya bermegah di dalam Tuhan,  "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN,..."  (Mazmur 20:8).  Segala yang didapat dari dunia ini seperti rumput di padang yang berbunga, tetapi tidak akan bertahan lama,  "...apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."  (Mazmur 103:16).  Bila demikian, adakah yang bisa dibanggakan dari dunia?  Rasul Paulus berkata,  "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."  (Galatia 6:14).  Paulus tidak mau bermegah selain di dalam salib Kristus!  Sebagai orang percaya salib Kristus adalah kemegahan dan kebanggaan kita.  Untuk menunjukkan kemegahan dan kebanggaan tentang salib Kristus apakah kita harus mengenakan aksesoris salib agar dapat dilihat orang?  Kemegahan atau kebanggaan salib tidak berkenaan dengan hal-hal lahiriah atau terlihat secara kasat mata.

     Salib adalah kebanggaan orang percaya karena salib adalah kekuatan Tuhan  (1 Korintus 1:18), dan bukti kemenangan atas dosa dan maut!  Salib menjadi kebanggaan kita, karena melalui karya Kristus di atas kayu salib, setiap kita yang percaya kepada-Nya diampuni dosanya dan diselamatkan.

Tak perlu malu memberitakan salib Kristus, karena salib-Nyalah kita memiliki hidup  (Yohanes 5:24).