Saturday, February 6, 2021

BERMEGAH KARENA SALIB, BUKAN KARENA DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2021

Baca:  Filipi 1:12-26

"sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu."  Filipi 1:26

Pada umumnya manusia bermegah dengan apa yang dimiliki atau dicapai:  uang, harta, popularitas, keberhasilan, kesuksesan, ketampanan, kecantikan, kedudukan  (pangkat)  dan sebagainya.  Namun melandaskan kemegahan diri kepada perkara-perkara yang bersifat duniawi adalah kesia-siaan karena sifatnya hanya sementara dan semu, serta tak bisa menolong, menjamin dan memberikan harapan yang pasti, contoh:  ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 semua orang tanpa terkecuali dilanda ketakutan dan kekuatiran, karena virus ini dapat membahayakan nyawa siapa saja tanpa memandang bulu.  Bisakah kita terluput dengan mengandalkan perkara-perkara duniawi itu semata?

     Kemegahan dunia ini tak berarti apa-apa!  Karena itu firman Tuhan menasihati kita untuk tidak bermegah, selain hanya bermegah di dalam Tuhan,  "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN,..."  (Mazmur 20:8).  Segala yang didapat dari dunia ini seperti rumput di padang yang berbunga, tetapi tidak akan bertahan lama,  "...apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."  (Mazmur 103:16).  Bila demikian, adakah yang bisa dibanggakan dari dunia?  Rasul Paulus berkata,  "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."  (Galatia 6:14).  Paulus tidak mau bermegah selain di dalam salib Kristus!  Sebagai orang percaya salib Kristus adalah kemegahan dan kebanggaan kita.  Untuk menunjukkan kemegahan dan kebanggaan tentang salib Kristus apakah kita harus mengenakan aksesoris salib agar dapat dilihat orang?  Kemegahan atau kebanggaan salib tidak berkenaan dengan hal-hal lahiriah atau terlihat secara kasat mata.

     Salib adalah kebanggaan orang percaya karena salib adalah kekuatan Tuhan  (1 Korintus 1:18), dan bukti kemenangan atas dosa dan maut!  Salib menjadi kebanggaan kita, karena melalui karya Kristus di atas kayu salib, setiap kita yang percaya kepada-Nya diampuni dosanya dan diselamatkan.

Tak perlu malu memberitakan salib Kristus, karena salib-Nyalah kita memiliki hidup  (Yohanes 5:24).

Friday, February 5, 2021

TETAP BERTAHAN DI TENGAH PENCOBAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2021

Baca:  Galatia 6:1-10

"Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan."  Galatia 6:1

Kata  'pencobaan'  secara sederhana bisa didefinisikan suatu maksud jahat untuk menunjukkan kelemahan dan akan mengakibatkan kejatuhan.  Pencobaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia, termasuk orang percaya.

     Sekalipun harus dihadapkan berbagai pencobaan, kita diperintahkan tetap kuat dan harus mampu mengalahkan pencobaan, seperti yang Kristus teladankan:  menang atas pencobaan di padang gurun.  Kunci awal menang atas pencobaan adalah respons hati yang benar, yaitu tetap berbahagia  (bersukacita).  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan..."  (Yakobus 1:12).  Orang akan bersusah hati dalam pencobaan, tapi firman Tuhan mengajarkan untuk menjaga hati agar tetap mampu bersukacita, karena sukacita adalah kekuatan yang memampukan bertahan di tengah pencobaan.  Kualitas hidup seseorang akan terlihat saat sedang dalam pencobaan:  ada yang kuat, tidak sedikit yang menyerah.

     Sekalipun pencobaan adalah salah satu alat uji, tapi Yakobus menegaskan bahwa pencobaan itu bukan berasal dari Tuhan  (Yakobus 1:13).  Penyebab utama adalah Iblis"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Iblis seringkali mencobai manusia dengan melancarkan serangan dari sisi jasmaniah, seperti dialami Ayub:  sakit, kehilangan harta bendanya, semua anak-anaknya mati dalam sebuah insiden.  Andai kita Ayub, kita belum tentu kuat menghadapi, kita mungkin akan kecewa, marah, menyalahkan Tuhan, meninggalkan Dia.  Penyebab lainnya adalah keinginan diri sendiri"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  (Yakobus 1:14).  Berawal dari melihat, timbul keinginan dalam hati, akhirnya jatuh dalam dosa.  Itulah yang dialami Daud, jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba  (2 Samuel 11).

Membentengi diri dengan firman Tuhan dan melekat kepada Tuhan adalah kunci menang atas pencobaan!