Friday, February 5, 2021

TETAP BERTAHAN DI TENGAH PENCOBAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2021

Baca:  Galatia 6:1-10

"Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan."  Galatia 6:1

Kata  'pencobaan'  secara sederhana bisa didefinisikan suatu maksud jahat untuk menunjukkan kelemahan dan akan mengakibatkan kejatuhan.  Pencobaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia, termasuk orang percaya.

     Sekalipun harus dihadapkan berbagai pencobaan, kita diperintahkan tetap kuat dan harus mampu mengalahkan pencobaan, seperti yang Kristus teladankan:  menang atas pencobaan di padang gurun.  Kunci awal menang atas pencobaan adalah respons hati yang benar, yaitu tetap berbahagia  (bersukacita).  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan..."  (Yakobus 1:12).  Orang akan bersusah hati dalam pencobaan, tapi firman Tuhan mengajarkan untuk menjaga hati agar tetap mampu bersukacita, karena sukacita adalah kekuatan yang memampukan bertahan di tengah pencobaan.  Kualitas hidup seseorang akan terlihat saat sedang dalam pencobaan:  ada yang kuat, tidak sedikit yang menyerah.

     Sekalipun pencobaan adalah salah satu alat uji, tapi Yakobus menegaskan bahwa pencobaan itu bukan berasal dari Tuhan  (Yakobus 1:13).  Penyebab utama adalah Iblis"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Iblis seringkali mencobai manusia dengan melancarkan serangan dari sisi jasmaniah, seperti dialami Ayub:  sakit, kehilangan harta bendanya, semua anak-anaknya mati dalam sebuah insiden.  Andai kita Ayub, kita belum tentu kuat menghadapi, kita mungkin akan kecewa, marah, menyalahkan Tuhan, meninggalkan Dia.  Penyebab lainnya adalah keinginan diri sendiri"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  (Yakobus 1:14).  Berawal dari melihat, timbul keinginan dalam hati, akhirnya jatuh dalam dosa.  Itulah yang dialami Daud, jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba  (2 Samuel 11).

Membentengi diri dengan firman Tuhan dan melekat kepada Tuhan adalah kunci menang atas pencobaan!

Thursday, February 4, 2021

PIKIRAN DAN PERASAAN SEPERTI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2021

Baca:  Filipi 2:1-11

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  Filipi 2:5

Setiap kali menghadapi permasalahan hidup biasanya kita langsung mengeluh, bersungut-sungut, menyalahkan situasi, mengambinghitamkan orang lain, dan menyalahkan Tuhan.  Ini menunjukkan kita memiliki cara pandang yang salah terhadap rancangan Tuhan.  Kita selalu menginginkan hari-hari yang kita jalani tanpa masalah, tanpa ujian, tanpa tantangan, dan nyaman.  Kita berharap rancangan Tuhan berjalan seperti yang kita inginkan;  kita ingin Tuhan menggenapi rancangan-Nya dengan jalan yang mulus.

     "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9);  rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, jalan Tuhan bukanlah jalan kita.  Bagian kita adalah tunduk dan berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, sebab untuk masuk ke dalam rancangan-Nya kita harus siap mengalami proses pembentukan dari Tuhan, sampai  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka."  (Pengkhotbah 3:11).  Rancangan Tuhan selalu baik adanya, namun dalam prosesnya terkadang kita harus mengalami hal-hal yang tidak enak dan tidak nyaman.  Kalau kita memberontak kepada Tuhan saat diproses, maka proses yang harus kita jalani justru akan berlangsung lama, seperti yang dialami bangsa Israel.  Supaya kita kuat dalam menjalani proses kita harus  "...menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  (ayat nas).

     Di dalam Kristus ada penundukan diri kepada kehendak Bapa, kerendahan hati, kasih dan belas kasihan.  Dengan meneladani Kristus kita akan mampu merespons setiap proses dengan sikap hati yang benar dan tetap bisa bersyukur.  Orang yang memiliki pikiran dan perasaan yang ada di dalam Kristus akan bersepakat dengan Tuhan, menaklukkan kehendak sendiri kepada kehendak Tuhan, dan taat.  "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?"  (Amos 3:3).

Berpikir seperti Kristus berpikir dan punya hati seperti Dia, kunci kemenangan dalam menjalani proses!