Thursday, January 28, 2021

LAKSANA BURUNG RAJAWALI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2021

Baca:  Ulangan 32:1-43

"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya,"  Ulangan 32:11

Burung rajawali adalah jenis burung yang sangat istimewa, juga dikenal sebagai salah satu burung predator terbesar.  Rajawali seringkali dijadikan simbol kekuatan dan keberanian.

     Beberapa keunikan burung ini:  ukuran tubuhnya berkisar antara 75-90 cm dan bentangan sayapnya bisa mencapai 157-200 cm, memiliki sarang yang jauh lebih besr bila dibandingkan dengan sarang burung lainnya.  Burung rajawali ini biasa membuat sarangnya di tempat-tempat tinggi yang berbatu-batu, dimana tidak ada orang yang bisa menjangkaunya.  Seperti halnya bayi manusia yang baru lahir, anak rajawali yang baru menetas juga tidak dapat melakukan apa-apa selain makan dan tidur.  Induk rajawali dengan setia membawa makananan untuk anak-anaknya hingga anak-anaknya merasa kenyang.  Setelah kenyang tidak ada yang dapat dilakukan oleh anak-anak rajawali itu selain tidur di dalam sarang dengan nyaman.  Tetapi tidak selamanya induk rajawali membiarkan anak-anaknya berada di zona nyaman.  Akan tiba waktunya induk rajawali akan membongkar sarangnya dan mendorong anak-anaknya dari tebing tinggi, agar mereka mau mengepak-ngepakkan sayapnya dan belajar terbang.  Begitu melihat anaknya jatuh induk rajawali akan terbang bersama anaknya dan menopangnya, lalu melepaskannya lagi.  Demikian proses yang berlangsung sampai anak rajawali mandiri dan mampu terbang sendiri.  Banyak di antara orang Kristen yang suka menjadi bayi, berlaku manja dan tak mau keluar dari zona nyaman.  Maunya hanya makanan halus dan lunak, tak mau menerima makanan yang keras.  Ditegur keras sedikit saja langsung berontak!  Ada tertulis:  "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:14).  Begitu diperhadapkan masalah mereka langsung marah dan memberontak kepada Tuhan, padahal masalah adalah cara Tuhan melatih iman dan mendewasakan.

     Tak perlu takut menghadapi masalah sebab tangan Tuhan selalu siap menopang.

Tuhan menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya yang kuat seperti burung rajawali!

Wednesday, January 27, 2021

KEMALASAN ADALAH PENYAKIT ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2021

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman",  Ibrani 3:15

Sesungguhnya banyak orang Kristen menyadari bahwa hari-hari ini adalah jahat, dan zaman yang sedang dijalani ini adalah zaman akhir.  Meski tahu bahwa hari-hari ini adalah hari-hari akhir, mereka tetap saja tidak mau berubah;  mereka masih saja berkompromi dengan dosa;  mereka masih hitung-hitungan dengan Tuhan;  kehidupan kekristenan mereka tetap saja suam-suam kuku.  Tuhan tidak berkenan dengan kerohanian yang suam-suam kuku, seperti tertulis:  "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).

     Orang Kristen yang enggan berubah adalah salah satu tanda sedang terjangkit virus kemalasan rohani.  Meskipun sudah cukup sering mendengarkan teguran dan nasihat firman Tuhan tetap saja mengeraskan hati;  sudah lama mengikut Tuhan, hidupnya tak mengalami perubahan, karena selalu menunda-nunda waktu untuk taat.  Orang yang malas rohani adalah orang yang enggan keluar dari zona nyaman, tak mau membayar harga, membiarkan diri berada dalam kubangan dosa.  Ini terjadi dalam kehidupan bangsa Israel!  Meski  "...semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus."  (1 Korintus 10:3-4), mereka tetap saja mengeraskan hati dan memberontak kepada Tuhan, sehingga Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk!  "...sesungguhnya mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk."  (Ulangan 9:13).  Kemalasan rohani inilah yang akhirnya membuat sebagian besar bangsa Israel mengalami kebinasaan sebelum mencapai Kanaan.  Begitu pula yang dialami keluarga Imam Eli:  sekalipun sudah tahu bahwa anak-anaknya hidup menyimpang dari kebenaran, Imam Eli selalu menunda-nunda waktu untuk menegur, membiarkan mereka tetap hidup dalam dosa, sampai akhirnya Tuhan menimpakan hukuman atas keluarga ini.

     Penyakit  'malas rohani'  yang dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan kematian rohani!

Satu-satunya cara mengobati kemalasan rohani adalah segera bertobat!  Karena itu, bila hari ini kita diperingatkan, jangan mengeraskan hati.