Wednesday, January 27, 2021

KEMALASAN ADALAH PENYAKIT ROHANI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2021

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman",  Ibrani 3:15

Sesungguhnya banyak orang Kristen menyadari bahwa hari-hari ini adalah jahat, dan zaman yang sedang dijalani ini adalah zaman akhir.  Meski tahu bahwa hari-hari ini adalah hari-hari akhir, mereka tetap saja tidak mau berubah;  mereka masih saja berkompromi dengan dosa;  mereka masih hitung-hitungan dengan Tuhan;  kehidupan kekristenan mereka tetap saja suam-suam kuku.  Tuhan tidak berkenan dengan kerohanian yang suam-suam kuku, seperti tertulis:  "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).

     Orang Kristen yang enggan berubah adalah salah satu tanda sedang terjangkit virus kemalasan rohani.  Meskipun sudah cukup sering mendengarkan teguran dan nasihat firman Tuhan tetap saja mengeraskan hati;  sudah lama mengikut Tuhan, hidupnya tak mengalami perubahan, karena selalu menunda-nunda waktu untuk taat.  Orang yang malas rohani adalah orang yang enggan keluar dari zona nyaman, tak mau membayar harga, membiarkan diri berada dalam kubangan dosa.  Ini terjadi dalam kehidupan bangsa Israel!  Meski  "...semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus."  (1 Korintus 10:3-4), mereka tetap saja mengeraskan hati dan memberontak kepada Tuhan, sehingga Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk!  "...sesungguhnya mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk."  (Ulangan 9:13).  Kemalasan rohani inilah yang akhirnya membuat sebagian besar bangsa Israel mengalami kebinasaan sebelum mencapai Kanaan.  Begitu pula yang dialami keluarga Imam Eli:  sekalipun sudah tahu bahwa anak-anaknya hidup menyimpang dari kebenaran, Imam Eli selalu menunda-nunda waktu untuk menegur, membiarkan mereka tetap hidup dalam dosa, sampai akhirnya Tuhan menimpakan hukuman atas keluarga ini.

     Penyakit  'malas rohani'  yang dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan kematian rohani!

Satu-satunya cara mengobati kemalasan rohani adalah segera bertobat!  Karena itu, bila hari ini kita diperingatkan, jangan mengeraskan hati.

Tuesday, January 26, 2021

LAKUKAN SEKARANG ATAU TIDAK SAMA SEKALI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2021

Baca:  Amsal 26:1-28

"Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya."  Amsal 26:14

Tuhan memberikan berkat  'waktu'  kepada semua manusia di dunia ini dalam porsi yang sama, tidak ada yang lebih banyak atau lebih sedikit, yaitu 24 jam dalam sehari atau 168 jam dalam seminggu.  Masalahnya tidak semua orang bisa menghargai waktu dan menggunakannya sebaik mungkin.

     Pada umumnya manusia membutuhkan waktu untuk tidur 8 jam/hari.  Jadi kalau dihitung selama seminggu, waktu yang diperlukan manusia untuk tidur adalah 56 jam.  Berarti waktu produktif manusia selama seminggu adalah 112 jam.  Coba renungkan:  dari 112 jam tersebut, berapa jam waktu yang kita pergunakan untuk mengerjakan hal-hal penting dan berguna?  Berapa jam waktu yang terbuang untuk melakukan hal-hal yang tak bermanfaat?  Berapa jam waktu yang kita pergunakan atau sisihkan untuk mengerjakan perkara-perkara rohani:  beribadah, bersaat teduh  (doa dan baca Alkitab), melayani pekerjaan Tuhan, menabur kebaikan kepada sesama?  Setiap orang memiliki kebebasan untuk menggunakan waktu tersebut!  Jadi pilihan hidup atau keputusana ada pada kita masing-masing:  menjadi orang yang rajin atau malas, orang yang berhasil atau gagal.  Ingat!  Tuhan memberikan kesempatan dan tanggung jawab kepada setiap kita sesuai dengan talenta masing-masing.  Baca tentang perumpamaan talenta!  (Matius 25:14-30).  Dari perumpamaan ini akhirnya didapati ada dua jenis hamba, yaitu hamba yang setia dan hamba yang malas.  Tuhan sangat menghargai orang-orang yang setia, yang giat bekerja untuk mengembangkan talentanya, tanda bahwa mereka sangat menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan baik.  Sebaliknya Tuhan mengecam keras hamba yang malas, yang membuang waktu percuma.  Tuhan menyebut hamba malas ini sebagai hamba yang jahat!  Akibat kemalasannya dalam mengembangkan talentanya, selain talentanya diambil kembali, ia pun dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap  (Matius 25:28-30).

     Kita masuk kategori hamba yang mana?  Yang setia atau yang malas?  Jika kita masih bermalas-malasan, segeralah berubah sebelum semuanya terlambat.

Pergunakan waktu sebaik mungkin, jangan bermalas-malasan!  Sebab kesempatan tidak datang dua kali!