Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2021
Baca: 1 Yohanes 2:1-6
"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." 1 Yohanes 2:6
Sebagai orang percaya yang adalah pengikut Kristus, kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (ayat nas). Hidup sama seperti Kristus telah hidup berarti juga menjadi penurut-penurut Tuhan (Efesus 5:1).
Kata 'penurut' (mimetai) artinya peniru. Orang percaya harus menjadi penurut-penurut Kristus: mengikuti jejak-Nya, mencontoh dan menjadikan-Nya teladan utama dalam hidup, sama seperti anak yang harus meniru bapanya, sama seperti murid yang meneladani gurunya. Adalah mutlak kita menjadi penurut-penurut Tuhan karena kita ini diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan (Kejadian 1:26), maka sudah seharusnya kita mewarisi karakter Ilahi. Tuhan berkata, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Paulus menegaskan, "...kita semua...diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar." (2 Korintus 3:18). Petrus menghendaki, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16).
Hidup sama seperti Kristus hidup atau menjadi penurut Dia berarti kita hidup dalam kasih. "...hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita..." (Efesus 5:2). Seperti kata pepatah bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonya, begitu juga anak-anak Tuhan harus mewarisi karakter Ilahi. Rasul Yohanes menegaskan Tuhan adalah kasih (1 Yohanes 4:8), karena itu kita juga harus hidup di dalam kasih. Mengasihi harus menjadi gaya hidup kita! Menjalani hidup sebagai manusia baru berarti harus membuang karakter manusia lama yang cenderung mementingkan diri sendiri, mengasihi diri sendiri, dan mengabaikan orang lain. Hidup di dalam kasih berarti punya empati terhadap orang lain, mudah peduli, bahkan mau berkorban bagi orang lain, sebab hakekat kasih adalah memberi, bukan menerima. "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35b). Orang percaya harus memiliki kasih dan mempraktekkannya dalam tindakan: mengasihi sesama, termasuk musuh!