Thursday, January 14, 2021

NAMA BAIK DI HADAPAN TUHAN DAN MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2021

Baca:  Amsal 22:1-16

"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas."  Amsal 22:1

Raja Salomo mengingatkan bahwa  "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar,"  (ayat nas).  Apalah artinya orang memiliki harta melimpah atau kekayaan melimpah ruah tapi reputasinya buruk di mata orang lain.  Sekaya apa pun seseorang, jika ia menjadi buah bibir negatif, bahan pergunjingan, dibenci dan dihujat, semuanya menjadi sia-sia belaka.  Seringkali orang dunia mengukur  'nama baik'  seseorang berdasarkan harta, jabatan atau popularitas, tak peduli apakah ia memiliki kehidupan yang baik atau tidak.

     Di zaman sekarang ini demi mengejar materi, harta, atau popularitas, ada orang-orang yang rela mengorbankan harga dirinya, lupa menjaga nama baik diri sendiri dan keluarga.  Begitu sepak terjangnya tertangkap oleh pihak yang berwajib, nama menjadi tercoreng, reputasi pun hancur, akhirnya dicibir orang.  Sesal pun tiada guna.  Tuhan menghendaki setiap kita tetap menjaga  'nama baik'  sebagai orang percaya.  Orang percaya yang memiliki nama baik di mata dunia berarti mempermuliakan nama Tuhan melalui kehidupannya.  Kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi dunia.  (Matius 5:13-16).  Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan kita, di mana pun berada dan kapan pun waktunya.  Ayat nas menyatakan bahwa nama baik itu anugerah yang baik, lebih daripada perak atau emas.  Nama baik itu tidak bisa dibeli dengan uang atau harta sebanyak apa pun, karena memiliki nilai lebih daripada perak dan emas.  Bila seseorang memiliki nama baik atau reputasi baik di mata banyak orang ketika masih hidup, namanya akan tetap diingat dan dikenang selalu, sekalipun ia sudah tiada  (meninggal).  Orang yang memiliki nama baik adalah orang yang hidupnya menjadi berkat dan kesaksian yang baik.

     Memiliki nama baik di mata dunia dan terlebih di mata Tuhan adalah tujuan hidup orang percaya.  Bagaimana caranya?  Kita harus taat dan hormat kepada Tuhan:  "...siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah."  (1 Samuel 2:30b).

Orang yang memiliki nama baik hidupnya pasti berbuah dan menjadi berkat!

Wednesday, January 13, 2021

SEMUA YANG DI DUNIA TAK ADA ARTINYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2021

Baca:  Pengkhotbah 2:1-26

"Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku."  Pengkhotbah 2:18

Apa yang Salomo tulis ini tidak mudah dimengerti dan dipahami, namun ada satu hal yang menjadi bahan perenungan setiap kita adalah, bahwa bagi semua manusia di bawah kolong langit ini:  orang yang berhasil atau orang yang gagal, orang yang berpangkat atau orang rendahan, orang yang kaya atau orang yang miskin, orang yang hebat atau orang yang biasa, orang yang pintar  (berhikmat)  maupun orang yang bodoh, semua jerih payah dan perjuangan selama hidup pada saatnya akan berujung kepada kesia-siaan.  Bahkan dari pernyataan Salomo ini pun tersirat suatu keputusasaan,  "Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari. Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya?"  (Pengkhotbah 2:20, 22).

     Salah satu contoh kesia-siaan adalah harta kekayaan!  Sekaya apa pun seseorang, pada akhirnya semua harus ditinggalkan saat masa  'kontrak'  hidup di dunia sudah berakhir, alias dipanggil Tuhan  (meninggal).  Tidak ada sedikitpun harta atau sepeser uang sekalipun yang dapat dibawanya, padahal mereka sudah berjerih lelah di sepanjang hidupnya untuk mengumpulkan uang dan harta kekayaan tersebut.  "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar."  (1 Timotius 6:7).  Jadi,  "Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?"  (Pengkhotbah 2:24a, 25).

     Agar apa pun yang kita kerjakan selama hidup di dunia ini tidak menjadi sia-sia, marilah kita berfokus kepada perkara-perkara yang bersifat kekal.  Selama kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hari-hari kita di dunia ini biarlah kita terus menabur dalam Roh  (Galatia 6:8), mengumpulkan harta sorgawi  (Matius 6:20), mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar  (Filipi 2:12), dan giat selalu dalam pekerjaan Tuhan  (1 Korintus 15:58).

Hidup kita takkan sia-sia bila kita mengutamakan perkara yang dari Tuhan!