Sunday, January 3, 2021

PERAN AYAH DI KELUARGA: Masa Depan Anak

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2021

Baca:  Kolose 3:18-25

"Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:21

Firman Tuhan menegaskan bahwa seorang pria memegang peranan sebagai kepala di dalam sebuah keluarga, tapi dalam praktik hidup sehari-hari fungsi seorang pria  (ayah)  seringkali kurang maksimal, karena banyak orang beranggapan bahwa peran utama ayah dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah bagi keluarganya, sehingga waktunya pun banyak tersita di luar rumah.  Kesempatan bertemu dengan anak-anak menjadi sangat terbatas.  Saat ayah pulang kerja anak sudah tertidur pulas;  setelah bekerja seharian, sesampai di rumah ayah sudah merasa capai dan tak lagi punya waktu untuk anak-anaknya.  Kita lupa bahwa di atas pundak seorang ayah ada sebuah amanah penting yang Tuhan percayakan, yaitu membawa seisi keluarga mendekat kepada Tuhan, menanamkan nilai-nilai kebenaran dan mengajarkannya kepada anak-anak.

     Rasul Paulus mengingatkan kembali peran ayah dalam keluarga yaitu  "...seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya."  (1 Timotius 3:4).  Dalam hal ini peran seorang ayah dalam keluarga adalah sebagai pemimpin yang baik, disegani, dihormati anak-anaknya.  Apabila seorang ayah tidak mampu menjalankan perannya sebagai pemimpin yang baik bagi keluarga, ini sangat berbahaya, karena ia seringkali menjalankan tugas kepemimpinannya secara otoriter, tak mau menerima kritikan dan masukan dari isteri maupun anak-anaknya.  Kepemimpinan itu butuh keteladanan!  Keteladanan hidup seorang ayah adalah hal paling utama dalam keluarga.  Keteladanan berbicara tentang hidup yang menjadi kesaksian atau berdampak.  Bila seorang ayah tidak bisa memberikan teladan hidup yang baik dalam hal perkataan dan perbuatan sehari-hari, sulit rasanya ia membawa keluarganya mendekat kepada Tuhan.

     Tuhan menempatkan ayah sebagai tipologi keberadaan Kristus di tengah-tengah keluarga, maka dari itu seorang ayah harus tahu bagaimana cara mendidik anak yang tepat, yang sesuai kehendak Tuhan, dan yang terutama adalah memberikan teladan hidup.  Ini adalah kunci agar dapat membawa seluruh keluarga untuk mendekat kepada Tuhan dan memiliki hati yang takut akan Dia!

Keteladanan ayah dalam keluarga menentukan masa depan anak-anaknya!

Saturday, January 2, 2021

MELIBATKAN TUHAN: Menghormati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2021

Baca:  2 Samuel 5:17-25

"Dan Daud berbuat demikian, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, maka ia memukul kalah orang Filistin, mulai dari Geba sampai dekat Gezer."  2 Samuel 5:25

Ketika itu Daud telah diurapi menjadi raja Israel.  Ia punya segalanya:  jabatan, kekayaan dan tentara.  Setelah tahu bahwa Daud menjadi raja Israel, orang-orang Filistin berusaha menangkap dia dan bisa jadi tujuannya adalah untuk menghabisi nyawanya.

     Ketika mendengar hal itu Daud tidak langsung bertindak dengan menghimpun kekuatan dan mengumpulkan orang-orang pilihan atau pasukan tentaranya lalu mengatur strategi perang menghadapi orang-orang Filistin, atau meminta nasihat kepada penasihat pribadinya sebagaimana biasa dilakukan oleh pemimpin atau raja.  Hal pertama yang Daud lakukan adalah datang kepada Tuhan untuk bertanya kepada-Nya tentang apa yang harus diperbuat,  "'Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?' TUHAN menjawab Daud: 'Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.'"  (2 Samuel 5:19).  Daud tidak pernah melupakan Tuhan di setiap langkah hidupnya, ia selalu melibatkan Tuhan di setiap keputusan dan tindakan, ia selalu mengandalkan Tuhan.  Dengan kata lain Daud tidak bertindak dengan kekuatan sendiri, tidak mengandalkan kepintaran atau kehebatannya, dan tidak membangga-banggakan pengalaman yang dimiliki.

     Daud sadar apalah artinya hidup ini tanpa Tuhan!  Di sepanjang perjalanan hidupnya ia memiliki pengalaman hidup yang luar biasa bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangatlah terbukti  (Mazmur 46:2).  Ini menunjukkan betapa Daud punya kepekaan rohani:  suatu kemampuan untuk memahami dan menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang terutama.  Seorang yang peka rohani selalu belajar bagaimana agar hidupnya selaras dan seirama dengan hati Tuhan.  Sebelum bertindak Daud bertanya kepada Tuhan, dan setelah mendengar jawabannya ia pun taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan  (ayat nas).  Karena selalu melibatkan Tuhan dan mengandalkan-Nya Daud berhasil memukul kalah orang-orang Filistin.

Melibatkan Tuhan dalam segala hal adalah bukti bahwa seseorang sangat menghormati Tuhan dan menghargai Dia!