Thursday, December 10, 2020

SIKAP DALAM MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2020

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!"  Yakobus 5:7a

Sejak dulu sering timbul pertanyaan di antara orang Kristen,  'Kapankah zaman ini akan berakhir?  Kapan Tuhan Yesus akan datang kedua kalinya?'  Seiring berjalannya waktu banyak di antara kita yang tak lagi mempertanyakan hal ini, tak ambil pusing.  Akhirnya kita terlena dan tertidur rohani seperti lima gadis yang bodoh  (Matius 25:1-13).  Yakobus menasihati kita untuk menantikan kedatangan Tuhan dengan penuh kesabaran.  Kesabaran berbicara tentang daya tahan seseorang dalam menghadapi situasi apa pun, semangat yang tidak mudah patah.  Jika kita peka menilai keadaan zaman ini sesungguhnya dunia ini sedang menuju kepada kesudahannya.

     Kita diingatkan untuk memiliki buah Roh, salah satunya adalah kesabaran  (daya tahan).  Kalau kita tak punya kesabaran kita takkan mampu mencapai garis akhir, apalagi di masa-masa mejelang kedatangan Tuhan kita akan menghadapi banyak kesukaran.  Tetaplah arahkan pandangan mata kita kepada Tuhan, jangan menyangka kedatangan Tuhan masih lama!  "...hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam."  (1 Tesalonika 5:2).  1.  Berjaga-jaga selalu.  Seperti seorang hamba yang bekerja di rumah tuannya dan tuannya sedang pergi jauh, hamba itu tidak boleh lengah dan harus tetap giat bekerja sehingga ketika tuannya datang, si tuan mendapati hambanya sedang bekerja.  2.  Bersikap seperti petani.  Petani tahu dan mengerti cuaca atau musim, karena itu ia terus bekerja tanpa mempedulikan hujan atau panas terik, terus mengolah tanahnya dan menabur.  "...ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.  (Yakobus 5:7b).  

     Karena kedatangan Tuhan tak lama lagi, maka kita harus menjaga hidup kita tetap berada dalam kebenaran Tuhan, sehingga ketika waktu yang dinantikan itu tiba kita tidak akan tertinggal.  Jangan sampai kita melupakan perkara-perkara rohani karena disibukkan mengejar harta dan kekayaan dunia ini, padahal semuanya itu akan kita tinggalkan.  Mari kita semakin giat mengumpulkan harta sorgawi.  "...jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."  (Yakobus 4:17).

Tanda-tanda kedatangan Tuhan semakin tampak jelas, berjaga-jagalah selalu sebab Ia datang pada waktu yang tidak disangka-sangka!

Wednesday, December 9, 2020

KEWARGAAN SORGA: Menjadi Orang Asing

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2020

Baca:  Mazmur 119:17-24

"Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah-perintah-Mu terhadap aku."  Mazmur 119:19

Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, keberadaan orang percaya bukan hanya berstatus pengikut Kristus  (orang Kristen), tapi juga telah diangkat sebagai anak-anak Tuhan dan sekaligus menjadi anggota keluarga Kerajaan Sorga atau kewargaan Sorga  (Filipi 3:20), sekalipun kita masih menjalani hidup di dunia.  Karena berkewargaan sorga, mutlak bagi kita hidup sesuai aturan-aturan yang berlaku di sorga, ialah firman Tuhan.

     Memang kita berada di dunia, tapi kita bukan berasal dari dunia ini, sehingga kita disebut orang asing di dunia  (ayat nas).  Jika kita menyadari bahwa kita adalah orang asing di tengah dunia, takkan lagi kita merasa heran, terkejut dan kecewa, apabila orang-orang dunia membenci kita, merendahkan kita, dan menempuh segala cara untuk menjatuhkan kita.  Tuhan memperingatkan,  "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu."  (Yohanes 15:18-19).  Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi?  Karena Tuhan mempunyai tujuan atas setiap orang percaya, yaitu sebagai orang asing di dunia ini untuk membuat perbedaan:  hidup tidak serupa dengan dunia.  Ketika orang-orang dunia hidup menurut kehendak sendiri, memuaskan nafsu kedagingannya, kita justru dituntut untuk hidup menurut kehendak Tuhan.  Saat kita sedang berjuang untuk hidup benar, orang-orang dunia justru memusuhi dan menjauhi kita.  Apa yang menjadi kenyamanan, kesenangan dan kenikmatan bagi dunia justru harus kita tinggalkan.

     Kita dituntut hidup seperti Nuh, yang tetap hidup benar sekalipun dunia dipenuhi dengan kejahatan.  Ketika orang-orang dunia mementingkan diri sendiri  (egois)  tanpa memedulikan orang lain, kita justru dituntut mempraktekkan kasih Kristus.  Sekalipun di dunia ini kita diperhadapkan dengan banyak sekali tantangan dan pergumulan, kita harus tetap kuat di dalam Tuhan!

Sudahkah kita memiliki kehidupan yang  'berbeda'  dengan dunia?  Ingat!  Kita ini adalah orang asing.