Tuesday, December 1, 2020

BERANDAI-ANDAI TANPA TINDAKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2020

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan 'hari ini', supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."  Ibrani 3:13

Suka menunda-nunda sesuatu untuk dikerjakan adalah hal yang sudah menjadi kebiasaan banyak orang, bahkan mereka juga terjebak dengan pemikiran berandai-andai:  "Andai aku punya uang banyak, aku akan membantu pembangunan gereja, menjadi donatur bagi hamba-hamba Tuhan di pedalaman, dan juga panti asuhan.  Andai aku tidak sibuk dengan bisnisku, aku akan melayani Tuhan.  Andai aku punya dua mobil, maka mobil yang satu akan kupakai untuk antar-jemput jemaat yang kurang mampu."  Andai saja... seandainya ini... seandainya itu...  Selama kita hanya berandai-andai saja tapi no action, itu adalah sia-sia belaka.  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23), bukan cuma berandai-andai.

     Tak perlu menunggu esok hari, tak perlu menunggu sampai menjadi orang yang berhasil, tak perlu menunggu punya banyak uang, tak perlu menunggu waktu luang untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan dan sesama.  Sekarang dan hari ini adalah waktu untuk bertindak!  Kita sudah menerima banyak berkat dari Tuhan dan pertolongan-Nya, tapi untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan kita masih berpikir 1000 kali, suka menunda-nunda waktu, bahkan kita selalu mencari alasan untuk mengelak.

     Untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan tidak harus menunggu sampai menjadi pendeta, full timer, atau punya uang banyak dahulu.  Sesungguhnya kita bisa melakukan sesuatu bagi Tuhan dan sesama dengan apa pun yang bisa kita kerjakan saat ini mulai dari hal-hal kecil dan sederhana.  Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat di mana pun, kapan pun dan apa pun profesi kita.  Kita bisa menjadi berkat di kantor, di lingkungan tempat kita tinggal, sekolah, pabrik, di mana pun berada.  Kita bisa berkontribusi bagi orang lain dari hal-hal yang sederhana:  berkorban waktu untuk membesuk mendengarkan keluh kesah, berkorban tenaga dan pikiran.  Kita bisa belajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik, mendengarkan keluh kesah mereka saat mereka sedang dalam masalah.  Tak ada alasan untuk tidak berbuat sesuatu!

Jangan berandai-andai saja!  Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati.

Monday, November 30, 2020

TAMPAK ROHANI HANYA DI DEPAN MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2020

Baca:  1 Petrus 2:1-10

"Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah."  1 Petrus 2:1

Adalah kesalahan besar di dalam diri orang Kristen bila kita berusaha menunjukkan diri agar tampak rohani di hadapan manusia.  Kita berusaha menunjukkan kesucian hidup dengan perkataan-perkataan yang tampak rohani dan alkitabiah.  Tidak ada keuntungan yang kita dapatkan ketika kita berusaha berkenan di hati manusia, ketika kita bersikap pura-pura baik dan berpura-pura rohani di depan umum, dengan maksud untuk mendapatkan perhatian, pujian dan sanjungan.  Inilah yang biasa dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi!  "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;"  (Matius 23:5).  Kita lupa bahwa apa yang terlihat dari luar bukanlah kriteria penilaian Tuhan, sebab Tuhan menyelidiki isi hati.  Tuhan sangat mengasihi orang-orang yang menjaga hatinya, tapi Ia benci terhadap kemunafikan.

     Mengapa kita cenderung lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan?  Mengapa kita lebih menginginkan pengakuan dari mulut manusia daripada mendapatkan perkenanan dari Tuhan?  Mungkin kita berpikir bahwa ketika kita berlaku hidup benar dan menjaga hati tetap murni kita justru mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari manusia:  dibenci, dijauhi, dicemooh, Iblis pun mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menarik perhatian kita untuk lebih mengutamakan penilaian manusia terhadap kita.

     Berhati-hatilah!  Jangan sampai kita terjebak dalam belenggu kepura-puraan, dengan berusaha untuk tampak benar di hadapan manusia.  Jangan sampai kita hanya dapat mengajarkan orang lain untuk hidup dalam kebenaran dan membangun hubungan yang karib dengan Tuhan, tetapi kita sendiri justru tidak memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan, karena segala sesuatu yang kita kerjakan hanya sebatas aktivitas agamawi.  Segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat!  Jangan sampai kita ini berlaku seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi!  "...mengajarkannya tetapi tidak melakukannya."  (Matius 23:3).  Jangan hanya menjadi seorang Kristen teori!  Apalah artinya pujian dan penghormatan dari manusia, tapi akhirnya ditolak oleh Tuhan.

Tuhan menghendaki kita menjadi pelaku-pelaku firman!  Sebab yang Tuhan lihat dan perhatikan adalah buah-buah pertobatan dari hidup kita!