Friday, November 13, 2020

DAMAI SEJAHTERA SEJATI: Tak Terpengaruh Situasi

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 November 2020

Baca:  Yohanes 14:15-31

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu."  Yohanes 14:27

Menurut pandangan orang dunia, damai sejahtera adalah suatu keadaan atau suasana yang aman, tidak ada perang, tidak ada konflik, tidak ada bencana, tidak ada perselisihan, tidak ada masalah.  Orang dunia juga berpikir bahwa sumber damai sejahtera itu ada pada uang, harta kekayaan, mobil mewah, rumah megah, popularitas, juga damai sejahtera dengan hal-hal yang tampak dari luar atau secara kasat mata  (eksternal), atau bergantung pada situasi kondisi.  Padahal semua yang ada di dunia ini hanyalah semu, serba tidak menentu, tidak kekal.  Hari ini mungkin kita merasakan damai karena kita punya uang banyak dan harta berlimpah, tetapi ketika uang dan harta kita sudah habis, apakah damai itu masih bertahta di hati kita?

     Berbeda dengan damai sejahtera yang Tuhan berikan!  Damai sejahtera dari Tuhan mengalir dari dalam hati  (internal), tidak terpengaruh oleh situasi kondisi, dan bersifat kekal.  Sekalipun diterpa masalah, sekalipun situasi sedang tidak baik, hati tetap dipenuhi oleh damai sejahtera.  Damai sejahtera bersumber dari hubungan yang karib antara kita dengan Tuhan dan dampak dari ketaatan kita melakukan firman Tuhan.  Ada tertulis:  "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,"  (Yesaya 48:18).  Dengan cara inilah Tuhan akan melimpahkan damai sejahtera-Nya kepada kita.

     Damai sejahtera dari Tuhan ini tidak dapat dibeli dan diukur dengan uang dan harta sebesar apa pun!  Damai sejahtera ini diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus, yang adalah sumber damai sejahtera.  Tapi mengapa banyak orang malah menolak Kristus?

Kunci memiliki damai sejahtera sejati adalah memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan dan taat melakukan firman-Nya!

Thursday, November 12, 2020

ORANG PERCAYA TAKKAN DIPERMALUKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2020

Baca:  Yesaya 49:8-26

"...engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu."  Yesaya 49:23b

Firman Tuhan tegas:  orang-orang yang menanti-nantikan pertolongan dari Tuhan tidak akan mendapat malu, sebab janji firman-Nya adalah ya dan amin.  Pemazmur menulis:  "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."  (Mazmur 12:7).

     Dari ayat nas jelas betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan umat-Nya, sampai-sampai Ia harus menegaskan dan meyakinkan bahwa orang-orang yang menantikan Dia takkan mendapat malu.  Banyak orang Kristen sudah mengerti dan memahami kebenaran firman Tuhan ini, tapi dalam praktik hidup sehari-hari kita seringkali merasa kecewa dan marah kepada Tuhan karena doa kita yang belum terjawab, pertolongan yang belum datang, atau kesembuhan yang kita harapkan belum kita alami.  Kita pun berhenti berharap, tak lagi bertekun dalam doa, tak lagi bersabar menanti-nantikan Tuhan dalam bertindak, bahkan kita mulai putar haluan mencari pertolongan dari sumber lain dan berpaling dari Dia.  Kita ingin serba cepat dan instan!  Kita ingin Tuhan bertindak menurut waktu yang kita tentukan!  Pemazmur menasihati,  "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"  (Mazmur 27:14).  Daud tidak sekedar berteori sebab ia memiliki pengalaman hidup bersama Tuhan.  Kata  'nantikanlah'  diulangi dua kali, artinya menantikan Tuhan adalah hal yang sangat penting!  Banyak orang Kristen gagal menikmati janji Tuhan karena mereka tidak sabar menantikan waktu.  "...penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (Habakuk 2:3).

     Tidak ada janji Tuhan yang tidak ditepati-Nya!  Menantikan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran dan iman.  Jika Tuhan belum menjawab doa-doa kita, tetaplah bertekun menantikan Dia.  Ingat!  Hidup kita adalah  "...hidup karena percaya, bukan karena melihat"  (2 Korintus 5:7).

Tuhan itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangatlah terbukti  (Mazmur 46:2).