Thursday, November 12, 2020

ORANG PERCAYA TAKKAN DIPERMALUKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2020

Baca:  Yesaya 49:8-26

"...engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu."  Yesaya 49:23b

Firman Tuhan tegas:  orang-orang yang menanti-nantikan pertolongan dari Tuhan tidak akan mendapat malu, sebab janji firman-Nya adalah ya dan amin.  Pemazmur menulis:  "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."  (Mazmur 12:7).

     Dari ayat nas jelas betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan umat-Nya, sampai-sampai Ia harus menegaskan dan meyakinkan bahwa orang-orang yang menantikan Dia takkan mendapat malu.  Banyak orang Kristen sudah mengerti dan memahami kebenaran firman Tuhan ini, tapi dalam praktik hidup sehari-hari kita seringkali merasa kecewa dan marah kepada Tuhan karena doa kita yang belum terjawab, pertolongan yang belum datang, atau kesembuhan yang kita harapkan belum kita alami.  Kita pun berhenti berharap, tak lagi bertekun dalam doa, tak lagi bersabar menanti-nantikan Tuhan dalam bertindak, bahkan kita mulai putar haluan mencari pertolongan dari sumber lain dan berpaling dari Dia.  Kita ingin serba cepat dan instan!  Kita ingin Tuhan bertindak menurut waktu yang kita tentukan!  Pemazmur menasihati,  "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"  (Mazmur 27:14).  Daud tidak sekedar berteori sebab ia memiliki pengalaman hidup bersama Tuhan.  Kata  'nantikanlah'  diulangi dua kali, artinya menantikan Tuhan adalah hal yang sangat penting!  Banyak orang Kristen gagal menikmati janji Tuhan karena mereka tidak sabar menantikan waktu.  "...penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh."  (Habakuk 2:3).

     Tidak ada janji Tuhan yang tidak ditepati-Nya!  Menantikan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran dan iman.  Jika Tuhan belum menjawab doa-doa kita, tetaplah bertekun menantikan Dia.  Ingat!  Hidup kita adalah  "...hidup karena percaya, bukan karena melihat"  (2 Korintus 5:7).

Tuhan itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangatlah terbukti  (Mazmur 46:2).

Wednesday, November 11, 2020

MENGAPA HARUS MALU KARENA NAMA KRISTUS?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 November 2020

Baca:  2 Timotius 1:1-18

"...janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya..."  2 Timotius 1:8

Banyak orang Kristen berusaha menutup rapat-rapat jati dirinya sebagai pengikut Kristus dengan berbagai alasan:  malu, takut ditolak, takut dijauhi teman, takut karirnya macet.  Ketika kita malu mengakui diri sebagai pengikut Kristus sama artinya kita telah menyangkal Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.  Tidak sadarkah kita ketika Kristus disalibkan di Golgota Ia harus menanggung rasa malu yang tiada terkira oleh karena dosa-dosa kita:  dihina, direndahkan, dilecehkan, dipukul, ditertawakan, menjadi tontonan banyak orang:  "Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: 'Salam, hai Raja orang Yahudi!' Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya."  (Matius 27:28-30).

     Sungguh, tak ada penghinaan yang kita terima dari dunia ini yang dapat dibandingkan dengan penghinaan yang Kristus alami dan rasakan.  Bahkan salah satu dari penjahat yang turut disalibkan bersama Dia  "...menghujat Dia, katanya: 'Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!'"  (Lukas 23:39).  Tak perlu kaget, kecewa, apalagi malu, ketika dunia menolak kita saat kita bersaksi tentang Kristus.  Orang-orang dunialah yang seharusnya merasa malu karena mereka belum diselamatkan.  Tak perlu menyembunyikan jati diri kita sebagai pengikut Kristus, sebab Ia adalah Jalan dan Kebenaran dan Hidup:  "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6b).  Rasul Paulus menegaskan,  "...aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan."  (2 Timotius 1:12).

     Bila kita malu mengakui Tuhan di hadapan manusia dan bersaksi tentang Dia, Tuhan pun akan malu mengakui kita di hadapan Bapa!

Tak perlu malu jika kita harus menderita sebagai seorang Kristen atau dinista karena nama-Nya, sebab Roh kemuliaan ada pada kita  (1 Petrus 4:14, 16).