Sunday, November 1, 2020

HIDUP BENAR, TAPI MASIH MENDERITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 November 2020

Baca:  Mazmur 73:1-28

"Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.  Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  Mazmur 73:13-14

Tidak selamanya penderitaan yang kita alami disebabkan oleh serangan si jahat  (Iblis);  tidak semua pula akibat dari kesalahan atau dosa yang kita perbuat.  Saat kita mengalami penderitaan bukan berarti Tuhan tidak sanggup menolong kita dan melakukan mujizat-Nya.  Terkadang saat kita sedang berjuang untuk hidup dalam kebenaran, penderitaan pun serasa enggan beranjak dari kehidupan kita.  Ternyata tidak selamanya hidup benar mendatangkan kenyamanan atau berkat.  Akhirnya timbul pertanyaan dalam hati, sama seperti yang dipergumulkan oleh bani Asaf  (ayat nas):  "Mengapa kita sudah hidup dalam kebenaran tetapi justru yang kita lihat dan alami adalah situasi sulit, tekanan dan penderitaan?"  Bagaimana sikap hati kita jika hal ini terjadi?  Apakah kita harus kecewa kepada Tuhan, marah, menyalahkan Tuhan, kemudian memberontak kepada Tuhan?

     Bagaimana pun juga keadaannya, kita harus selalu mengoreksi diri!  Sudahkah kita benar-benar hidup dalam kebenaran?  Kalau kita dipercaya Tuhan untuk suatu pelayanan, sudahkah kita melayani Tuhan dengan benar?  Dengan kata lain pertobatan harus kita lakukan setiap hari,  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Mari belajar dari pemazmur yang selalu berdoa memohon kepada Tuhan untuk selalu dikoreksi, diuji, diselediki:  "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."  (Mazmur 26:2).  Kalau tidak, kita akan mengalami seperti bangsa Israel yang harus berputar-putar selama 40 tahun di padang gurun oleh karena mereka mengeraskan hati  (tegar tengkuk), tidak mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, tak mau bertobat.

     Bila kita sudah hidup dalam pertobatan namun penderitaan masih harus kita alami, berarti kita sedang dalam proses ujian kesetiaan, sebab untuk setia di tengah penderitaan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.  Tapi ketika dalam penderitaan Tuhan mendapati kita tetap setia, percayalah, bahwa ada upah yang Tuhan telah persiapkan untuk kita.

Tetaplah berlaku hidup benar walau dalam penderitaan, karena di balik penderitaan ada kemuliaan!

Saturday, October 31, 2020

MENGANDALKAN MANUSIA ADALAH KEBODOHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2020

Baca:  Yeremia 17:1-18

"Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk."  Yeremia 17:6

Ayat nas di atas adalah gambaran tentang keadaan orang yang hidup tidak mengandalkan Tuhan, tapi berharap dan mengandalkan manusia.  Dari pembacaan ayat yang kita baca Tuhan mengutus nabi Yeremia untuk menyampaikan firman-Nya kepada bangsa Yehuda, yang hatinya mulai menjauh dari Tuhan.  Nabi Yeremia diperintahkan Tuhan untuk mengingatkan mereka bahwa berhala-berhala itu tidak akan pernah bisa menolong.  Karena itu mereka harus kembali ke jalan Tuhan, kembali menyandarkan hidup hanya kepada Tuhan.  Dinyatakan bahwa orang yang mengandalkan manusia adalah orang yang terkutuk!  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5).

     Boleh saja minta pertolongan bantuan atau bantuan dari orang lain, tapi bukan berarti kita boleh mengandalkan manusia atau berharap penuh kepada manusia, sebab bagaimana pun manusia tak lebih dari alat yang dipakai Tuhan.  Kadangkala Tuhan memakai seseorang atau menggerakkan hati seseorang untuk menolong, karena itu kita harus belajar menghormati, menghargai dan tidak lupa berterima kasih kepada orang yang menolong kita itu.  Tetapi kita harus memahami benar bahwa pertolongan dan mujizat bagi kita bukan datang dari manusia, tapi Tuhan yang bekerja di dalamnya.  Mengapa Tuhan memperingatkan kita untuk tidak mengandalkan manusia?  Karena kekuatan dan kemampuan manusia sangat terbatas, dan hati manusia cenderung mudah sekali berubah.

     Tak ingin merasakan kekecewaan?  Berhentilah berharap dan mengandalkan manusia!  Karena ketika kita mulai mengandalkan manusia, kita akan sepenuhnya di bawah kendali manusia.  Ingat, sumber pertolongan dan sumber keberhasilan kita adalah Tuhan, bukan manusia!  Tidak ada pilihan lain selain kita harus hidup mengandalkan Tuhan!  Alkitab menyatakan bahwa orang yang hidup mengandalkan Tuhan adalah orang yang diberkati, ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang tidak kuatir akan tahun kering dan takkan berhenti berbuah  (Yeremia 17:7-8).

Sumber pertolongan dan pengharapan hidup kita adalah Tuhan, bukan manusia!