Saturday, October 31, 2020

MENGANDALKAN MANUSIA ADALAH KEBODOHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2020

Baca:  Yeremia 17:1-18

"Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk."  Yeremia 17:6

Ayat nas di atas adalah gambaran tentang keadaan orang yang hidup tidak mengandalkan Tuhan, tapi berharap dan mengandalkan manusia.  Dari pembacaan ayat yang kita baca Tuhan mengutus nabi Yeremia untuk menyampaikan firman-Nya kepada bangsa Yehuda, yang hatinya mulai menjauh dari Tuhan.  Nabi Yeremia diperintahkan Tuhan untuk mengingatkan mereka bahwa berhala-berhala itu tidak akan pernah bisa menolong.  Karena itu mereka harus kembali ke jalan Tuhan, kembali menyandarkan hidup hanya kepada Tuhan.  Dinyatakan bahwa orang yang mengandalkan manusia adalah orang yang terkutuk!  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5).

     Boleh saja minta pertolongan bantuan atau bantuan dari orang lain, tapi bukan berarti kita boleh mengandalkan manusia atau berharap penuh kepada manusia, sebab bagaimana pun manusia tak lebih dari alat yang dipakai Tuhan.  Kadangkala Tuhan memakai seseorang atau menggerakkan hati seseorang untuk menolong, karena itu kita harus belajar menghormati, menghargai dan tidak lupa berterima kasih kepada orang yang menolong kita itu.  Tetapi kita harus memahami benar bahwa pertolongan dan mujizat bagi kita bukan datang dari manusia, tapi Tuhan yang bekerja di dalamnya.  Mengapa Tuhan memperingatkan kita untuk tidak mengandalkan manusia?  Karena kekuatan dan kemampuan manusia sangat terbatas, dan hati manusia cenderung mudah sekali berubah.

     Tak ingin merasakan kekecewaan?  Berhentilah berharap dan mengandalkan manusia!  Karena ketika kita mulai mengandalkan manusia, kita akan sepenuhnya di bawah kendali manusia.  Ingat, sumber pertolongan dan sumber keberhasilan kita adalah Tuhan, bukan manusia!  Tidak ada pilihan lain selain kita harus hidup mengandalkan Tuhan!  Alkitab menyatakan bahwa orang yang hidup mengandalkan Tuhan adalah orang yang diberkati, ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang tidak kuatir akan tahun kering dan takkan berhenti berbuah  (Yeremia 17:7-8).

Sumber pertolongan dan pengharapan hidup kita adalah Tuhan, bukan manusia!

Friday, October 30, 2020

TUHAN MENGHUKUM KARENA SUATU MAKSUD

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2020

Baca:  Mazmur 39:1-14

"Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya, dan menghancurkan keelokannya sama seperti gegat;"  Mazmur 39:12

Sesungguhnya tidak ada dalam rancangan Tuhan untuk menghukum anak-anak-Nya!  Sebab rancangan Tuhan adalah  "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Semua yang baik itulah yang Tuhan perbuat bagi anak-anak-Nya!  Rancangan Tuhan atas hidup anak-anak-Nya adalah diberkati, berhasil dan hidup berkemenangan.  Oleh karena itu Tuhan selalu mengerjakan mujizat dan perkara yang dahsyat bagi manusia.  Meski sudah mengecap kebaikan Tuhan, meski sudah mengalami pertolongan Tuhan, seringkali kita lari dari rencana Tuhan, tak mau taat kepada kehendak Tuhan dan memilih menempuh jalan hidup seenaknya sendiri.

     Ketika sudah berkali-kali ditegur dan diperingatkan tapi tetap saja mengeraskan hati, Tuhan mengambil langkah terakhir yaitu memberikan hukuman.  Tuhan menghukum bukan berarti benci kepada kita, tapi memiliki suatu maksud yaitu supaya kita segera berbalik kepada-Nya  (bertobat), supaya tidak tersesat, dan tidak mengalami kebinasaan.  Jelas sekali bahwa Tuhan terpaksa menjatuhkan hukuman demi kebaikan kita.  Hukuman Tuhan bisa berupa masalah, sakit-penyakit, penderitaan, krisis, dan sebagainya.  Adalah lebih baik Tuhan menghukum kita untuk sementara waktu ketika kita masih hidup di dunia ini daripada kita harus mengalami penghukuman di neraka untuk selama-lamanya.  Jangan tunggu hukuman Tuhan datang terlebih dahulu baru kita mau bertobat.

     Bila saat ini kita harus mengalami  'hukuman'  Tuhan karena dosa dari pemberontakan yang kita perbuat, segeralah bertobat!  Waktu untuk bertobat adalah sekarang, bukan esok atau lusa!  "...selama masih dapat dikatakan 'hari ini', supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."  (Ibrani 3:13).  Alkitab menyatakan dengan tegas bahwa bukan kematian orang fasik yang Tuhan kehendaki, melainkan pertobatan mereka  (Yehezkiel 18:32).  Ingat:  upah dosa adalah maut!  (Roma 6:23).  Jangan mau dihasut dan diperdaya Iblis yang selalu menawarkan kenikmatan dosa.

Tak ingin mengalami hukuman Tuhan?  Hiduplah taat dan jangan berbuat dosa lagi.