Thursday, October 29, 2020

APAKAH YANG ENGKAU PERHATIKAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Oktober 2020

Baca:  Ratapan 3:1-66

"Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  Ratapan 3:21-23

Ayat nas ini merupakan pernyataan dari mulut seorang nabi Tuhan yang sedang dalam kegundahan hati karena melihat situasi-situasi sulit yang ada di depan mata.  Ketika ada masalah, kesusahan, bencana, penderitaan, sakit-penyakit, kesulitan dalam hidup ini kita seringkali menjadi lupa kedahsyatan kuasa Tuhan, karena perhatian dan pandangan mata kita tertutup oleh besarnya pergumulan yang kita hadapi.  Kita lupa dengan kasih dan kebaikan Tuhan, kita lupa bahwa kita punya Tuhan yang hebat dan gagah perkasa, kita lupa dengan pertolongan Tuhan di waktu-waktu lalu.  Permasalahan dan penderitaan yang datang secara bertubi-tubi langsung menutup mata iman kita sehingga kita berpikiran bahwa tidak ada lagi yang bisa diandalkan dalam hidup ini, sudah tak ada lagi yang bisa diharapkan, bahkan kita beranggapan bahwa Tuhan sudah tidak lagi mempedulikan hidup kita, Tuhan sudah meninggalkan kita.

     Di tengah puing-puing kehancuran Yerusalem, Yeremia masih melihat secercah harapan bagi orang percaya karena ia mengarahkan pandangan dan perhatiannya kepada Tuhan!  Sebab  "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (ayat nas).  Pernyataan  'tak habis-habisnya rahmat-Nya'  berarti rahmat Tuhan tidak akan habis dinikmati, sebab selalu baru setiap pagi.  Kita bisa mengambil contoh dari perjalanan hidup bangsa Israel:  saat keluar dari perbudakan di Mesir, menempuh perjalanan di padang gurun selama 40 tahun, kasih setia Tuhan kepada umat pilihan-Nya ini tak pernah berkesudahan:  setiap hari mereka melihat dan mengalami pertolongan Tuhan, apa yang mereka butuhkan disediakan Tuhan, berkat jasmani dan berkat rohani  (penyertaan, pemeliharaan, perlindungan).

     Jangan pernah ragukan kasih setia Tuhan!  "...kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya."  (Mazmur 103:17-18).

Di segala keadaan arahkan mata dan perhatian kita hanya kepada kasih setia-Nya!

Wednesday, October 28, 2020

TAK PERLU TAKUT: Tuhan di Pihak Kita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2020

Baca:  Mazmur 118:1-29

"TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  Mazmur 118:6

Banyak orang saat ini dilanda ketakutan luar biasa:  takut karena pandemi Covid-19 belum juga reda, takut karena ekonomi tak menentu, takut tak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, takut kena PHK.  Ketakutan benar-benar menjadi senjata ampuh yang dipakai Iblis untuk melemahkan dan menghancurkan hidup manusia.  Ketakutan menjadi celah terbuka yang dimanfaatkan oleh Iblis, sebab Iblis mengerti benar bila seseorang dilanda ketakutan yang luar biasa semakin kecillah kekuatannya, semakin tak bisa berpikir jernih.

     Suatu ketika Yosafat mendapat kabar:  "'Suatu laskar yang besar datang dari seberang Laut Asin, dari Edom, menyerang tuanku. Sekarang mereka di Hazezon-Tamar,' yakni En-Gedi."  (2 Tawarikh 20:2);  bani Moab dan bani Amon berperang melawan Yehuda, bersama-sama dengan sepasukan orang Meunim.  Yosafat yang saat itu sebagai pemimpin bangsa Yehuda menjadi sangat takut!  Padahal  "Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi." (Amsal 29:25).  Ketakutan bisa melanda siapa saja:  pemimpin negara, karyawan, pegawai rendahan, rohaniwan, orang kaya miskin, tua muda tanpa kecuali.  Dalam ketakutannya ini Yosafat  "...mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa."  (2 Tawarikh 20:3).

     Apa yang terjadi dengan Yosafat mungkin mewakili keadaan kita saat ini:  ada musuh-musuh yang sedang menyerbu area kehidupan kita.  Kita bisa belajar dari sikap dan tindakan Yosafat saat ketakutan melanda, yaitu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan dan menyerukan kepada seluruh bangsanya untuk berpuasa.  Dalam ketakutannya ini Yosafat datang ke alamat yang tepat, yaitu datang kepada Tuhan, memohon pertolongan dan menyerahkan semua permasalahannya kepada Tuhan.  Seruan untuk berpuasa artinya mereka datang kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh:  "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia."  (2 Tawarikh 16:9).  Hanya Tuhan satu-satunya sumber segala jawaban atas permasalahan hidup ini!

Asal hidup benar tak perlu kita takut!  Tuhan ada di pihak orang benar.