Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2020
Baca: Kejadian 13:1-18
"Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." Kejadian 13:9
Dunia saat ini dipenuhi dengan orang-orang yang maunya menang sendiri dan tak mau mengalah, karena mereka berprinsip bahwa mengalah adalah hal yang memalukan, tanda tak mampu. Mereka berkata, "Kalau kita mengalah kita akan diremehkan, disepelekan dan direndahkan oleh orang lain." Mengalah bukan berarti kalah, tapi mengacu kepada satu sikap yang mau merendahkan diri. Sebaliknya tindakan yang tidak mau mengalah atau tak mau dikalahkan menunjukkan sikap mementingkan diri sendiri (egois). Banyak kegagalan terjadi, baik dalam kehidupan keluarga (rumah tangga) atau dalam pekerjaan Tuhan, ketika masing-masing individu tak mau mengalah, mengedepankan ego sendiri. Akhirnya terjadilah silang pendapat, cekcok, perselisihan dan pertengkaran!
Abraham adalah orang pilihan Tuhan dan beroleh janji Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Kejadian 12:1-3). Predikat yang disandang oleh Abraham ini bukanlah hal yang mudah untuk diraih, tetapi ada harga yang harus dibayar, yaitu taat dan sikap mau mengalah. Seiring berjalannya waktu hidup Abraham semakin diberkati. "...banyak ternak, perak dan emasnya." (Kejadian 13:2), dan pada waktu itu Lot (keponakannya) turut serta. Suatu ketika terjadi pertentangan antara hamba-hamba Abraham dan Lot yang berebut tempat penggembalaan (Kejadian 13:8). Yang dilakukan Abraham adalah justru mengalah dan memberi kesempatan kepada Lot untuk memilih area terlebih dahulu, padahal Lot yang seharusnya mengalah kepada pamannya. Abraham berusaha untuk menguasai diri, mengesampingkan ego dan menaklukkan kedagingannya, ia tahu bahwa Tuhan punya rencana besar atas hidupnya. Di sisi lain Lot menggunakan jurus aji mumpung dan tidak menyia-nyiakan kesempatan: dipilihnyalah lembah Yordan yang menurut penilaian kasat mata lebih menjanjikan, tapi pada akhirnya apa yang dipandang baik menurut penilaian manusia justru menjadi penyebab kehancuran.
Tuhan memperhitungkan kerendahan hati yang ditunjukkan oleh Abraham ini!
Sikap mau mengalah ini adalah kesempatan bagi Abraham untuk melihat campur tangan Tuhan dalam hidupnya!