Saturday, October 24, 2020

TUHAN AKAN DATANG: Makin Giatlah Bekerja

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Oktober 2020

Baca:  2 Tesalonika 3:1-15

"Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."  2 Tesalonika 3:10

Dalam suratnya ini rasul Paulus mengingatkan, jika orang tidak mau bekerja janganlah ia makan  (ayat nas)!  Makanan adalah sumber kehidupan bagi manusia, dan untuk mendapatkan sumber kehidupan tersebut kita harus bekerja dan berusaha.  Dengan kata lain orang yang bekerja dengan sungguhlah yang layak untuk mendapatkan dan menikmati sumber tersebut, bukan orang yang bermalas-malasan.  Tuhan senang melihat orang yang suka bekerja, sebab Ia pun bekerja, seperti tertulis:  "Bapa-Ku terus bekerja sampai sekarang, dan Aku pun bekerja."  (Yohanes 5:17).

     Karena Tuhan terus berkarya maka kita tak perlu kuatir akan masa depan hidup kita, karena Dia pasti menggenapi rencana-Nya!  "...Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus."  (Filipi 1:6), dan  "Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:" (Yesaya 14:24).  Rancangan Tuhan atas hidup kita, yaitu  "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11), cepat atau lambat pasti digenapi.  Karena Tuhan terus bekerja, berarti Ia akan tetap menyertai hidup kita sebagaimana yang dijanjikan-Nya, yaitu penyertaan-Nya sampai kepada akhir zaman  (Matius 28:20b).  Sekalipun dunia bergelora dengan hebatnya dan dipenuhi dengan goncangan kita tak perlu takut, karena anak-anak-Nya menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan  (Ibrani 12:28).  Jika Tuhan kita bekerja sedemikian rupa, sebagai anak-anak-Nya haruslah kita mewarisi karakter-Nya dan meneladani-Nya.  Rasul Paulus menasihati,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).

     Selagi ada waktu dan kesempatan mari kita semakin bersemangat dalam bekerja bagi Tuhan!  Tapi di masa-masa akhir ini banyak dijumpai orang Kristen yang  "...tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna."  (2 Tesalonika 3:11):  mengkritik, menghakimi, atau menjadi penonton saja di gereja.

Tuhan menyediakan upah-Nya bagi orang yang bekerja bagi kerajaan-Nya!

Friday, October 23, 2020

GARAM YANG TIDAK LAGI ASIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Oktober 2020

Baca:  Lukas 14:25-35

"Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?"  Lukas 14:34

Orang percaya dipanggil Tuhan untuk memiliki kehidupan yang berbeda dari dunia, dan dapat memberi  'rasa'  bagi dunia ini:  "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  (Matius 5:13).  Karena kita digambarkan sebagai garam dunia, maka garam tidak boleh kehilangan rasa asin atau menjadi tawar.  Kata  'garam'  berbicara tentang pengaruh yang baik.  Seperti garam yang memberikan rasa asin pada makanan, sehingga makanan terasa nikmat saat dimakan, demikianlah halnya dengan anak-anak Tuhan, seharusnya memberikan dampak atau pengaruh yang positif bagi dunia.

     Di Perjanjian Lama salah satu korban yang dipersembahkan umat Israel kepada Tuhan adalah korban sajian, dan ketika mempersembahkan korban ini mereka harus membubuhkan garam di dalamnya:  "Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam,...segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam."  (Imamat 2:13).  Korban sajian ini mengandung arti ungkapan penghormatan kepada Tuhan yang telah menyelamatkan umat-Nya.  Ketika mempersembahkan korban kepada Tuhan, umat Israel mendapatkan pengampunan dosa.  Umat Israel mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan dengan cara mempersembahkan korban sajian sebagai respons terhadap pengampunan yang telah diterima ini.

     Hidup orang percaya haruslah seperti garam yang dapat membawa rasa, bukan garam hambar yang sudah kehilangan rasa asinnya.  Firman Tuhan menegaskan jika garam sudah kehilangan rasa asin  (hambar), tidak ada lagi gunanya selain hanya akan dibuang dan diinjak-injak oleh orang banyak.  Kehidupan seorang Kristen yang tidak bisa menjadi berkat atau kesaksian yang baik ibarat garam yang hambar, alias menjadi batu sandungan bagi orang lain;  bukannya mempermuliakan nama Tuhan tapi malah mempermalukan nama Tuhan.  Hal ini bisa terjadi karena orang tak mau membayar harga:  pikul salib dan menyangkal diri.  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).

Garam yang tidak lagi asin adalah gambaran kehidupan Kristen yang gagal!