Friday, October 23, 2020

GARAM YANG TIDAK LAGI ASIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Oktober 2020

Baca:  Lukas 14:25-35

"Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?"  Lukas 14:34

Orang percaya dipanggil Tuhan untuk memiliki kehidupan yang berbeda dari dunia, dan dapat memberi  'rasa'  bagi dunia ini:  "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."  (Matius 5:13).  Karena kita digambarkan sebagai garam dunia, maka garam tidak boleh kehilangan rasa asin atau menjadi tawar.  Kata  'garam'  berbicara tentang pengaruh yang baik.  Seperti garam yang memberikan rasa asin pada makanan, sehingga makanan terasa nikmat saat dimakan, demikianlah halnya dengan anak-anak Tuhan, seharusnya memberikan dampak atau pengaruh yang positif bagi dunia.

     Di Perjanjian Lama salah satu korban yang dipersembahkan umat Israel kepada Tuhan adalah korban sajian, dan ketika mempersembahkan korban ini mereka harus membubuhkan garam di dalamnya:  "Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam,...segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam."  (Imamat 2:13).  Korban sajian ini mengandung arti ungkapan penghormatan kepada Tuhan yang telah menyelamatkan umat-Nya.  Ketika mempersembahkan korban kepada Tuhan, umat Israel mendapatkan pengampunan dosa.  Umat Israel mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan dengan cara mempersembahkan korban sajian sebagai respons terhadap pengampunan yang telah diterima ini.

     Hidup orang percaya haruslah seperti garam yang dapat membawa rasa, bukan garam hambar yang sudah kehilangan rasa asinnya.  Firman Tuhan menegaskan jika garam sudah kehilangan rasa asin  (hambar), tidak ada lagi gunanya selain hanya akan dibuang dan diinjak-injak oleh orang banyak.  Kehidupan seorang Kristen yang tidak bisa menjadi berkat atau kesaksian yang baik ibarat garam yang hambar, alias menjadi batu sandungan bagi orang lain;  bukannya mempermuliakan nama Tuhan tapi malah mempermalukan nama Tuhan.  Hal ini bisa terjadi karena orang tak mau membayar harga:  pikul salib dan menyangkal diri.  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).

Garam yang tidak lagi asin adalah gambaran kehidupan Kristen yang gagal!

Thursday, October 22, 2020

DORKAS: Pemurah Beroleh Kemurahan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Oktober 2020

Baca:  Kisah Para Rasul 9:32-43

"Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah."  Kisah 9:36b

Dorkas adalah seorang janda dari kaum Yahudi yang tinggal di Yope  (Yunani).  Ia memiliki dua nama panggilan:  teman-teman dari kaum Yahudi memanggil Tabita, dan teman-teman kaum Yunani memanggilnya Dorkas.  Alkitab menyatakan bahwa Dorkas dikenal sebagai orang yang banyak sekali berbuat baik dan suka bersedekah  (ayat nas), sehingga hidupnya menjadi berkat dan kesaksian bagi banyak orang.

     Karena Dorkas dikenal sangat baik dan suka menolong orang lain, maka ketika dia sakit dan meninggal banyak orang sedih dan merasa kehilangan.  Mereka pun mencari cara bagaimana supaya Dorkas bisa hidup kembali.  Begitu mendengar kabar bahwa Petrus sedang berada di Lida  (dekat Yope), diutuslah segera dua orang untuk menemui Petrus:  "'Segeralah datang ke tempat kami.' Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka."  (Kisah 9:38b-39a).  Kemudian, Petrus pun  "...berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: 'Tabita, bangkitlah!' Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup."  (Kisah 9:40-41).  Mujizat terjadi!  Wanita itu dibangkitkan kembali.  "Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan."  (Kisah 9:42).

     Sudahkah kita memiliki kehidupan seperti Dorkas, yang mampu menjadi buah bibir yang baik, karena keteladanan hidup yang ditunjukkan?  Karena Dorkas memiliki kemurahan hati kepada semua orang, ia pun beroleh kemurahan dari Tuhan!  Melayani Tuhan tidak harus selalu menjadi seorang fulltimer atau melayani di gereja.  Kita bisa melayani Tuhan dengan apa yang bisa kita kerjakan sesuai dengan bidang kita masing-masing.  Sekalipun apa yang yang diperbuat oleh Dorkas nampak tak sehebat penginjil-penginjil besar, tapi apa yang diperbuatnya diperhitungkan Tuhan dan berharga di mata-Nya.

"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."  Matius 5:7