Monday, October 19, 2020

Lidia: Wanita Yang Melayani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2020

Baca:  Kisah 16:13-18

"Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah."  Kisah 16:14

Lidia adalah seorang penjual kain ungu  (ayat nas).  Pada masa itu kain ungu merupakan kain yang berkualitas dengan harga sangat mahal.  Itulah sebabnya kain ungu hanya digunakan oleh orang-orang kelas atas sebagai penanda status bangsawan atau keluarga kerajaan.  Dari situ bisa disimpulkan bahwa Lidia bukanlah sembarang pedagang, tapi bisa disebut pengusaha kaya, karena barang yang dijualnya berharga mahal!

     Pada umumnya orang-orang kaya sering mengesampingkan perkara-perkara rohani karena mereka lebih mengandalkan harta kekayaannya!  Lidia, sekalipun kaya, adalah orang yang hidup takut akan Tuhan.  Buktinya:  ia tekun berdoa dan beribadah di tempat sembahyang Yahudi  (Kisah 16:13), membuka hati untuk mendengar dan belajar firman Tuhan  (Kisah 16:14), dan juga memberi dirinya untuk dibaptis  (Kisah 16:15).  Kita percaya bahwa kehidupan Lidia benar-benar menjadi dampak atau kesaksian:  bagi keluarga, kerabat, teman dan orang-orang di sekitarnya.  Melalui keteladanan hidup yang ditunjukkan, Lidia mampu membawa keluarga dan kerabatnya untuk percaya kepada Kristus dan memberi diri untuk dibaptis!  Lidia juga memiliki kerinduan yang besar untuk melayani Tuhan, di mana ia membuka pintu rumahnya untuk tempat berkumpul bagi orang-orang percaya lainnya.  Tuhan berfirman,  "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."  (Matius 18:20), di mana Tuhan menyatakan kehadiran-Nya, sesuatu yang besar pasti terjadi:  ada berkat, ada kesembuhan, ada pemulihan.  Lidia juga mengijinkan rasul Paulus bersama tim pelayanan menumpang di rumahnya, artinya ia melayani Tuhan dengan apa yang bisa dikerjakannya, yaitu menyambut dan menjamu hamba-hamba Tuhan.  Ini menunjukkan bahwa Lidia mempraktekkan kasih dalam tindakan nyata dan keramahtamahannya!  "...hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra..."  (Efesus 4:32).

     Tuhan menghendaki kehidupan kita juga seperti Lidia ini:  selain mampu menjadi kesaksian yang baik, ia juga punya roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan.

Menjadi berkat dan punya roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan adalah hidup seorang Kristen yang sejati!

Sunday, October 18, 2020

MENJADI SAHABAT TUHAN.... MUNGKINKAH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2020

Baca:  Yohanes 15:9-17

"...Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."  Yohanes 15:15

Bila saat ini kita memiliki sahabat, kita patut berbahagia!  Sebab di dunia yang semakin jahat ini tak mudah menemukan sahabat sejati.  Jaga dan peliharalah persahabatan itu karena sahabat sejati ibarat barang langka, apalagi di masa-masa seperti sekarang ini, di mana manusia cenderung  "...mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah,...tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat,..."  (2 Timotius 3:2-4).  Berapakah dari teman kita yang dapat dinilai sebagai sahabat, yang kepadanya kita dapat berbagi rasa, pikiran dan perasaan mendalam?

     Jalinan persahabatan cenderung didasari kepentingan tertentu atau faktor untung rugi, jarang sekali yang benar-benar tulus.  Sungguh benar apa yang Salomo tulis:  "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya."  (Amsal 19:4).  Sahabat sejati ialah orang yang bisa memahami dan menerima kita apa adanya di segala keadaan:  suka dan duka, senang atau susah, karena ia  "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  (Amsal 17:17).  Memiliki sahabat sangatlah berarti dalam hidup, terlebih jika kita menjalin persahabatan dengan Tuhan.  Selama ini mungkin kita hanya mengenal Yesus sebagai Bapa, Raja atau Juruselamat, namun apakah kita sudah mengenal Dia sebagai sahabat?  Mungkinkah kita bersahabat dengan Tuhan?  Sangat mungkin!  Ayat nas menegaskan bahwa Tuhan menyebut anak-anak-Nya sebagai sahabat, sebab Ia ingin selalu dekat dengan kita;  Dia ingin berbicara dari hati ke hati dengan kita, ingin bergaul karib dengan kita.  Bahkan Ia memberikan nayawa-Nya untuk kita.  Tapi kita sering menjauh dari-Nya dan tak pernah punya waktu untuk Dia.

     Namun inilah janji Tuhan,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).

Menjadi sahabat Tuhan adalah bila kita melakukan apa yang Tuhan perintahkan!  Yohanes 15:14