Sunday, October 18, 2020

MENJADI SAHABAT TUHAN.... MUNGKINKAH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2020

Baca:  Yohanes 15:9-17

"...Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."  Yohanes 15:15

Bila saat ini kita memiliki sahabat, kita patut berbahagia!  Sebab di dunia yang semakin jahat ini tak mudah menemukan sahabat sejati.  Jaga dan peliharalah persahabatan itu karena sahabat sejati ibarat barang langka, apalagi di masa-masa seperti sekarang ini, di mana manusia cenderung  "...mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah,...tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat,..."  (2 Timotius 3:2-4).  Berapakah dari teman kita yang dapat dinilai sebagai sahabat, yang kepadanya kita dapat berbagi rasa, pikiran dan perasaan mendalam?

     Jalinan persahabatan cenderung didasari kepentingan tertentu atau faktor untung rugi, jarang sekali yang benar-benar tulus.  Sungguh benar apa yang Salomo tulis:  "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya."  (Amsal 19:4).  Sahabat sejati ialah orang yang bisa memahami dan menerima kita apa adanya di segala keadaan:  suka dan duka, senang atau susah, karena ia  "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  (Amsal 17:17).  Memiliki sahabat sangatlah berarti dalam hidup, terlebih jika kita menjalin persahabatan dengan Tuhan.  Selama ini mungkin kita hanya mengenal Yesus sebagai Bapa, Raja atau Juruselamat, namun apakah kita sudah mengenal Dia sebagai sahabat?  Mungkinkah kita bersahabat dengan Tuhan?  Sangat mungkin!  Ayat nas menegaskan bahwa Tuhan menyebut anak-anak-Nya sebagai sahabat, sebab Ia ingin selalu dekat dengan kita;  Dia ingin berbicara dari hati ke hati dengan kita, ingin bergaul karib dengan kita.  Bahkan Ia memberikan nayawa-Nya untuk kita.  Tapi kita sering menjauh dari-Nya dan tak pernah punya waktu untuk Dia.

     Namun inilah janji Tuhan,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).

Menjadi sahabat Tuhan adalah bila kita melakukan apa yang Tuhan perintahkan!  Yohanes 15:14

Saturday, October 17, 2020

BILA TUHAN BESERTA: Semua Menjadi Mungkin

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2020

Baca:  Hakim-Hakim 6:1-40

"Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis."  Hakim-Hakim 6:16

Latar belakang kisah ini adalah bangsa Israel yang sedang dalam masa yang teramat sulit, bahkan terpuruk, karena dijajah bangsa Midian selama tujuh tahun.  Mengapa ini bisa terjadi?  Apakah Tuhan tidak sanggup membebaskan mereka dari bangsa Midian?  Bangsa Israel harus mengalami penderitaan, bahkan  "...menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu."  (Hakim-Hakim 6:6).  Tuhan mengijinkan hal itu terjadi oleh karena orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan  (Hakim-Hakim 6:1), karena itu Tuhan menyerahkan mereka ke tangan orang Midian dan mengijinkan penderitaan menimpa hidup mereka.  Selalu ada konsekuensi untuk setiap ketidaktaatan!  Begitu perkasanya bangsa Midian sehingga bangsa Israel mengalami ketakutan yang luar biasa, sampai-sampai mereka harus bersembunyi di gua-gua dan kubu-kubu.

     Di tengah penderitaan berat  "...berserulah orang Israel kepada TUHAN." (Hakim-Hakim 6:6b), dan tergeraklah hati Tuhan untuk menolong.  Lalu Tuhan mengutus malaikat-Nya memanggil seorang muda  (Gideon)  yang saat itu sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur,  "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."  (Hakim-Hakim 6:12).  Dan dari sudut pandang manusia, Gideon bukanlah orang muda yang gagah berani.  Dari latar belakang keluarganya pun Gideon hanyalah berasal dari kelompok terkecil suku Manasye, dan ia pun yang termuda dari antara kaum keluarganya  (Hakim-Hakim 6:15).  Tetapi, pilihan Tuhan tidak pernah salah!  "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?"  (Kejadian 18:14a).  Sebagaimana Tuhan memilih Daud, begitu pula Ia memilih Gideon!  Sebab bukan yang dilihat manusia yang dilihat Tuhan.  Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati  (1 Samuel 16:7b).  Bila kita baca kisah Gideon lebih lanjut terlihat betapa Tuhan memakainya menjadi pahlawan Israel yang gagah perkasa dan sanggup mengalahkan bangsa Midian.

     Apa pun keadaan kita saat ini, jangan pernah menyerah!  Tuhan selalu punya jalan keajaiban;  Dia sanggup mengubahkan segala sesuatu dari keterpurukan menjadi kemenangan;  yang tak mungkin, menjadi mungkin!

Tuhan yang menyertai orang percaya adalah Tuhan yang kuasa-Nya tidak terbatas!