Thursday, October 8, 2020

PENGORBANAN YANG TAK DIHARGAI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Oktober 2020

Baca:  Bilangan 20:2-13

"Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun, dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa,"  Bilangan 20:2-3a

Menjadi seorang pemimpin bukanlah pekerjaan ringan, terlebih-lebih menjadi pemimpin rohani bagi umat Tuhan.  Selain kehidupan pribadinya selalu menjadi sorotan, sedikit saja melakukan kesalahan atau pelanggaran bisa fatal akibatnya:  dihakimi, dikritik, dicemooh dan dihujat.  Sebaliknya ketika si pemimpin memiliki kinerja bagus dan berprestasi jarang sekali ia mendapatkan pujian atau penghargaan,  "Ah...itu sudah seharusnya!"

     Sebagai pemimpin bangsa Israel  (bangsa pilihan Tuhan)  Musa juga mengalami perlakuan yang kurang baik dari umat yang dipimpinnya, padahal ia bukan sembarang pemimpin, tetapi pilihan Tuhan.  Setiap kali terbentur dengan masalah dan kesulitan saat menempuh perjalanan di padang gurun, umat Israel selalu menjadikan Musa sebagai kambing hitam, dipersalahkan dan dianggap sebagai penyebab kegagalan dan penderitaan yang sedang mereka alami.  Namun meski diperhadapkan dengan situasi sulit, meski harus menghadapi umat Israel yang dikenal tegar tengkuk  (Keluaran 32:9), Musa tetap menunjukkan kesabarannya:  "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi."  (Bilangan 12:3).  Dengan penuh kesabaran Musa mendampingi, menuntun dan membimbing bangsa Israel keluar dari Mesir.  Bangsa Israel tidak melihat betapa Musa telah mengorbankan banyak hal demi mereka:  "...Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."  (Ibrani 11:24-25).

     Musa rela meninggalkan kemewahan, kenyamanan dan kenikmatan sebagai anak puteri Firaun dan memilih untuk menderita bersama umat Israel.  Bukankah ini pengorbanan luar biasa?  Tapi ini reaksi bangsa Israel saat mereka tidak mendapatkan air di Meriba,  "Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ? Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minumpun tidak ada?"  (Bilangan 20:4-5).

Pengorbanan Musa tidak berarti apa-apa di hadapan umat Israel!

Wednesday, October 7, 2020

SUDAHKAH KITA BENAR-BENAR MERDEKA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Oktober 2020

Baca:  1 Petrus 2:11-17

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka..."  1 Petrus 2:16

Karena kita telah dimerdekakan dari dosa melalui karya pengorbanan Kristus di kayu salib, kita dituntut memiliki kehidupan yang benar-benar bebas dari dosa.  Rasul Paulus menegaskan bahwa setiap kita yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru  (2 Korintus 5:17), artinya harus menanggalkan kehidupan lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru.  "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat."  (Yehezkiel 36:26).  Karena Tuhan sudah memberi hati yang baru dan roh yang baru, tidak ada alasan untuk tidak taat kehendak-Nya.  Mari tidak lagi hidup menuruti keinginan daging tetapi tunduk sepenuhnya kepada pimpinan Roh Kudus.

     Sebagai orang merdeka kita terbebas dari perhambaan, tidak lagi terbelenggu.  Artinya tidak terbelenggu oleh segala sesuatu yang menghamba atau memperbudak.  Pada saat orang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, secara de jure ia sudah dimerdekakan dari dosa.  Tetapi secara de facto masih banyak orang Kristen yang belum benar-benar merdeka karena mereka masih terikat dengan dosa dan hidup menuruti keinginan dagingnya.  Itu artinya mereka telah menyalahgunakan kemerdekaan dari Tuhan untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya.  Karena kita telah dimerdekakan dalam Kristus, secara otomatis tubuh kita ini bukan lagi menjadi milik kita sendiri melainkan milik Kristus sepenuhnya, sebab kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar  (1 Korintus 6:19-20):  "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:19a-20b).

     Mari merespons dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan  (Roma 12:1), dan tidak lagi menyerahkan tubuh ini kepada dosa, melainkan menyerahkannya kepada Tuhan untuk menjadi senjata kebenaran  (Roma 6:13).

Mari kita pergunakan kemerdekaan yang Tuhan beri untuk melayani Dia dan hidup dalam kebenaran-Nya, supaya pengorbanan-Nya tidak sia-sia!