Sunday, October 4, 2020

MENGAPA TAK MENGALAMI KUASA IBADAH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Oktober 2020

Baca:  2 Timotius 3:1-9

"Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya."  2 Timotius 3:5a

Apa yang mendorong Saudara untuk beribadah di gereja?  Ingin mendengarkan khotbah dari hamba Tuhan terkenal?  Sekedar mengisi waktu luang, daripada bosan di rumah?  Sekedar memenuhi kewajiban sebagai orang Kristen, atau kita benar-benar rindu berjumpa secara pribadi dengan Tuhan?  Kerinduan besar untuk bertemu dengan Tuhan adalah kunci mengalami lawatan Tuhan dan jamahan-Nya yang penuh kuasa!  Lawatan Tuhan inilah yang sanggup mengubah hidup setiap orang.  Mengapa banyak orang tampak rajin datang ke gereja tapi tidak mengenal Tuhan?  Saat diperhadapkan dengan masalah, respons mereka pun tak menunjukkan kualitas orang yang berkemenangan.

     Mari, mungkin ada hal yang perlu dikoreksi!  Apakah kita beribadah hanya sebatas rutinitas atau sekedar menjalankan kewajiban secara lahiriah?  Ibadah yang dilakukan sebatas rutinitas atau kewajiban tak menghasilkan kuasa.  Ada pula yang datang ke gereja karena terdesak kebutuhan atau iming-iming materi.  Motivasi yang demikian takkan membuat orang mampu bertahan dalam mengikut Tuhan karena mereka cenderung mudah kecewa dan mengalami kepahitan bila terbentur masalah.  Semasa pelayanan di bumi banyak orang berbondong-bondong mengikuti Kristus ke mana pun Ia pergi, bukan merindukan pribadi-Nya, tapi menginginkan berkat-Nya saja:  "...kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang."  (Yohanes 6:26);  mereka mencari Tuhan demi  'roti'  atau mujizat saja, bahkan hendak memaksa Kristus menjadi raja atas mereka bukan karena ingin mempermuliakan nama-Nya, tapi supaya hidup mereka terjamin  (Yohanes 6:15).

     Dalam menggenapi rencana-Nya di akhir zaman Tuhan hendak membangun kembali pondok Daud yang telah roboh!  (Kisah 15:16-18).  Pondok Daud berbicara tentang rumah Tuhan!  Tuhan menginginkan persekutuan yang karib dengan umat-Nya di bait-Nya yang kudus.  Ia rindu melalui gereja-Nya banyak jiwa yang diselamatkan.

Bila kita datang ke rumah Tuhan dengan sikap hati yang benar, kita pasti mengalami lawatan-Nya!

Saturday, October 3, 2020

SELAGI MUDA CARILAH TUHAN DENGAN SUNGGUH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Oktober 2020

Baca:  2 Tawarikh 34:1-33

"Yosia menjauhkan segala dewa kekejian dari semua daerah orang Israel dan menyuruh semua orang yang ada di Israel beribadah kepada TUHAN, Allah mereka. Maka sepanjang hidup Yosia mereka tidak menyimpang mengikuti TUHAN..."  2 Tawarikh 34:33  

Sudah berapa lama Saudara mengikut Kristus?  Banyak orang yang sekalipun sudah lama menjadi Kristen tak sungguh-sungguh mencari Tuhan.  Perhatikan!  Alkitab menyatakan bahwa Yosia menjadi raja saat ia masih berusia belia, yaitu 8 tahun.  Yosia masih kanak-kanak saat menjabat sebagai raja.  Nama  'Yosia'  dalam bahasa Ibrani berarti Tuhan yang menyembuhkan.  Tentang Yosia ini Alkitab menyatakan,  "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri."  (2 Tawarikh 34:2), dan  "Pada tahun kedelapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia,..."  (2 Tawarikh 34:3).  Pernyataan  'tahun ke delapan dari pemerintahannya'  berarti saat Yosia menginjak usia 16 tahun  (usia remaja), usia transisi atau masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa, disebut pula usia rawan, di mana seseorang sedang mencari jati dirinya.

     Sekalipun masih tergolong remaja Yosia mau belajar dari sejarah masa lalu dengan mengikuti kebiasaan hidup bapa leluhurnya  (raja Daud)  untuk hidup takut akan Tuhan, tidak seperti raja-raja lainnya yang cenderung hidup menyimpang dan berlaku jahat di mata Tuhan.  Apa yang ditunjukkan Yosia ini seharusnya menginspirasi anak-anak muda Kristen!  Sebagai orang muda Yosia pasti mempunyai banyak keinginan dalam hidupnya, apalagi kedudukannya sebagai raja  (punya segalanya), tentulah Yosia sangat disibukkan dengan tugas-tugas protokoler kerajaan atau agenda kerja yang sangat padat.  Meski demikian ia tetap mengutamakan hal yang terpenting dalam hidup ini, yaitu mencari Tuhan.  Kata  'mencari'  berarti ada suatu upaya, usaha, kemauan dan komitmen untuk menemukan Tuhan dengan segenap hati dan jiwa.

     Empat tahun kemudian saat Yosia berumur 20 tahun, ia melakukan pembaharuan rohani di seluruh tanah Israel:  menyucikan Yehuda dan Yerusalem dengan merubuhkan patung-patung dan mezbah penyembahan berhala  (2 Tawarikh 34:1-7), yang kemudian diikuti dengan perbaikan Bait Tuhan  (2 Raja-Raja 22:3-7).  Semua perkara yang tidak berkenan kepada Tuhan ia singkirkan!

Orang yang mencari Tuhan dengan sungguh pasti mengalami pertolongan-Nya!