Wednesday, September 30, 2020

SEORANG PEMENANG: Di Taman Firdaus

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2020

Baca:  Wahyu 2:1-7

"Barang siapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus..."  Wahyu 2:7

Di kitab Perjanjian Lama yang dimaksud dengan  'Taman Firdaus'  adalah Taman Eden, suatu tempat di mana manusia pertama  (Adam dan Hawa)  ditempatkan oleh Tuhan.  Di tengah-tengah Taman Eden ini ada sebuah pohon yang disebut pohon kehidupan dan Tuhan melarang manusia untuk makan buah pohon tersebut  (Kejadian 2:9).  Oleh karena tipu daya dan hasutan Iblis, Hawa dan suaminya  (Adam)  melanggar apa yang Tuhan sudah firmankan, yaitu makan buah pengetahuan dari pohon itu.  Akhirnya manusia pun jatuh ke dalam dosa dan sebagai akibatnya, mereka terusir ke luar dari Taman Eden!

     Ada pun  'Taman Firdaus'  yang dimaksudkan oleh ayat nas di atas adalah suatu tempat yang Tuhan sediakan bagi orang-orang percaya yang setia sampai akhir hidupnya.  Di Taman Firdaus  (sorga)  ini tidak ada lagi tangis dan dukacita!  Selain setia, mereka adalah orang-orang yang tampil sebagai pemenang!  Kata  'menang'  berarti mereka sudah mampu mengalahkan musuh di medan peperangan, melewati perjuangan, atau perlombaan iman.  Alkitab menegaskan bahwa hanya orang-orang yang menanglah yang akan berada di Taman Firdaus  (sorga):  menang atas pergumulan melawan dosa  (mengalahkan kedagingan), menang dalam perjuangannya menjaga kekudusan hidup.  Tetapi mereka yang tidak setia kepada Tuhan, mereka yang gagal dalam perlombaan iman, mereka yang gagal mengalahkan keinginan dosa  (hidup menuruti hawa nafasu dan keinginan daging), tidak berhak untuk menikmati Taman Firadaus yang Tuhan sediakan.

     Yang pasti untuk bisa memasuki Taman Firdaus dan menikmati  'pohon kehidupan'  Tuhan, ada harga yang harus dibayar!  Kita harus bekerja keras:  "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu;"  (Yohanes 6:27)  dan hidup meneladani Kristus:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Hidup meneladani Kristus berarti hidup dalam kekudusan:  "hendaklah kamu menjadi kudus...seperti Dia yang kudus...Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16)

Taman Firdaus disediakan untuk orang-orang yang hidup berkenan kepada Tuhan!

Tuesday, September 29, 2020

IBADAH KEPADA TUHAN: Jangan Hanya Dibibir

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2020

Baca:  Yesaya 29:9-16

"Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,"  Yesaya 29:13

Dalam memilih seseorang Tuhan tidak bisa dipengaruhi oleh siapa pun, tidak bisa dikelabui dengan apa yang terlihat secara kasat mata, sebab bukan apa yang dilihat manusia yang dilihat Tuhan;  jika manusia melihat apa yang di depan mata, Tuhan melihat hati  (1 Samuel 16:7b).  Ketika Samuel hendak mengurapi anak-anak Isai untuk menjadi raja, Daud yang dipandang remeh oleh keluarganya sendiri dan tidak diperhitungkan, justru terpilih dan dipandang layak oleh Tuhan.  Sedangkan Eliab, yang adalah seorang prajurit perang Saul: penampilan, perawakan, cara bicara dan berpakaiannya luar biasa, ternyata tidak memenuhi kriteria Tuhan.

     Berhati-hatilah!  Karena apa yang terlihat secara kasat mata tidak menjadi jaminan kehidupan seseorang dikenan oleh Tuhan!  Jangan sampai kita beribadah kepada Tuhan, kita melayani Tuhan hanya sebatas kulit luar saja atau hanya di bibir saja, tapi hati kita jauh dari Tuhan.  Ibadah yang hanya sekedar melakukan perintah manusia atau sekedar hafalan sia-sia di mata Tuhan.  Jangan sampai kita memuji dan memuliakan Tuhan hanya lips service, bukan dari hati yang sungguh-sungguh ingin meninggikan nama Tuhan!  Meski Tuhan menilai manusia dari kedalaman hati bukan berarti kita tidak perlu melakukan apa-apa untuk Tuhan.  Ibadah yang sejati adalah dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan yang berkenan  (Roma 12:1);  kita mempersembahkan tubuh kita untuk dipakai sebagai senjata kebenaran  (Roma 6:13);  kita juga harus muliakan Tuhan dengan tubuh kita  (1 Korintus 16:20), sebab kita telah dibeli dan harganya lunas dibayar melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.  Ini merupakan sesuatu yang terlihat oleh kasat mata karena ada tindakan yang kita lakukan.

     Tapi yang harus diperhatikan juga adalah motivasi hati yang mendasari kita melakukan sesuatunya.  Bangsa Israel memuliakan Tuhan dengan bibirnya tetapi hatinya jauh dari Tuhan.  Tuhan menginginkan kita memuliakan Dia, beribadah kepada-Nya dan melayani Dia dengan segenap hati kita bukan sebatas rutinitas atau aktivitas agamawi.

Tuhan tidak berkenan dengan ibadah yang hanya sebatas mata memandang!