Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2020
Baca: Mazmur 36:1-13
"Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan." Mazmur 36:6
Di masa-masa sulit seperti sekarang ini banyak orang Kristen yang goyah imannya, mereka mulai meragukan kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup ini. Kalau kita masih saja meragukan kasih setia Tuhan dalam hidup ini berarti kita adalah orang-orang yang tidak tahu berterima kasih, sama seperti sembilan orang yang sakit kusta yang sudah disembuhkan Tuhan, yang setelah sembuh mereka langsung pergi meninggalkan Tuhan tanpa berterima kasih kepada-Nya (Lukas 17:17). Bukankah di setiap langkah, di mana pun dan ke mana pun kita pergi, Dia Imanuel, Tuhan yang selalu menyertai kita, kita masih bisa bernafas sampai detik ini bukankah semua karena kasih Tuhan?
Rasul Yohanes dalam suratnya menegaskan bahwa Tuhan adalah kasih, dan dalam hal mengasihi ini bukan kita yang mengasihi Tuhan, tapi Tuhanlah yang telah mengasihi kita (1 Yohanes 4:8-10). Pernyataan bahwa Tuhan adalah kasih memberi pengertian kepada kita bahwa Tuhan adalah sumber kasih itu sendiri sehingga Dia tidak dapat dipisahkan dari sifat dasarnya yang adalah kasih. Karena kasih adalah karakter Tuhan, maka segala perbuatan-Nya senantiasa bermuatan kasih, di dalam Tuhan ada kasih yang berlimpah-limpah. Tidak ada kata lain untuk mengungkapkan kebesaran kasih Tuhan selain kita harus selalu mengucap syukur kepada-Nya. Karena kasih Tuhan yang berlimpah ini manusia berdosa pun dikasihi-Nya dan diselamatkan-Nya melalui pengorbanan-Nya di kayu salib: "...oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kasih menjadi bagian penting dari kehidupan kekristenan!
Karena Tuhan lebih dulu mengasihi kita dengan memberikan hidup-Nya untuk kita, maka kita harus merespons kasih-Nya itu dengan mengasihi Dia segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan kita (Markus 12:30). Kata 'segenap' berarti menempatkan Tuhan sebagai prioritas yang terutama dalam hidup ini. Kita menjadikan Tuhan sebagai subyek kasih satu-satunya, tidak ada siapa pun dan apa pun yang kita kasihi melebihi kasih kita kepada Tuhan. Banyak orang lebih mengasihi uang dan hartanya daripada mengasihi Tuhan; kita lebih mengasihi bisnis kita daripada mengasihi Tuhan, waktu-waktu kita pun tersita untuk perkara-perkara dunia.
Kasih Tuhan kepada kita sungguh tak terbatas! Bagaimana kasih kita kepada-Nya?