Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2020
Baca: Ulangan 29:1-29
"Empat puluh tahun lamanya Aku memimpin kamu berjalan melalui padang gurun; pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu." Ulangan 29:5
Masalah dan penderitaan adalah dua hal yang menjadi bagian dari kehidupan manusia di dunia, yang bisa menyebabkan orang menjadi teretekan dan mengalami stres. Keadaan ini bisa terjadi dan dialami oleh semua orang tanpa terkecuali! Bila tubuh kita ini mengalami tekanan yang berat dan stres secara terus-menerus dapat memengaruhi sel-sel yang ada di dalam tubuh kita, dan akhirnya bisa menyebabkan sakit-penyakit.
Kita bisa mengambil hikmah dari perjalanan bangsa Israel saat keluar dari perbudakan di Mesir menuju ke Tanah Perjanjian, di mana mereka mengalami tekanan yang sangat berat dan membuat mereka menjadi stres, terlebih-lebih saat berada di padang gurun, suatu masa di mana kehidupan mereka seolah-olah berada di titik terendah (nol). Dalam situasi ini mereka diajarkan untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, dan justru saat berada di padang gurun, saat segala sesuatu sepertinya tidak ada harapan atau mengalami jalan buntu, mereka malah mengalami mujizat demi mujizat, keajaiban Tuhan dinyatakan. Oleh karena itu belajarlah untuk tetap mengucap syukur kepada Tuhan sekalipun harus mengalami situasi seperti di padang gurun. Inilah saat yang tepat untuk kita semakin mendekat kepada Tuhan, membangun persekutuan yang karib dengan Dia. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini! Jika kita diijinkan untuk melewati 'padang gurun' berarti Tuhan memiliki maksud dan tujuan supaya kita belajar untuk hidup mengandalkan Dia, tidak mengandalkan kekuatan sendiri.
Masa-masa di padang gurun memang identik dengan kesulitan, kesukaran, bahaya dan penderitaan, tapi mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengalaminya, sebab iman kita sedang dilatih dan dibentuk supaya makin kuat. Hal penting yang harus diperhatikan adalah respons hati kita harus benar! Jangan seperti bangsa Israel yang respons hatinya negatif: mengeluh, bersungut-sungut, mengomel, menyalahkan keadaan, menyalahkan pemimpin, dan bahkan menyalahkan Tuhan.
Karena terus mengeraskan hati dan memberontak kepada Tuhan, bangsa Israel harus mengalami proses pembentukan selama 40 tahun di padang gurun.