Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2020
Baca: Markus 10:28-31
"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Markus 10:28
Seiring berjalannya waktu, selalu saja ada orang Kristen yang kehilangan semangat dalam mengiring Kristus, tak lagi antusias mengerjakan panggilan hidupnya, bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang imannya gugur di tengah jalan. Apa penyebabnya? Mereka berpikiran bahwa menjadi pengikut Kristus berarti perjalanan hidupnya akan mulus, terbebas dari masalah, penderitaan, atau kesesakan, dan berlimpah dengan berkat. Ternyata apa yang mereka bayangkan tak sesuai dengan kenyataan: begitu memutuskan untuk mengiring Kristus, masalah justru datang bertubi-tubi, ujian berat harus dialami, sementara kehidupan orang-orang diluar Tuhan sepertinya tampak enak, jalannya lancar, dan penuh keberuntungan. Mereka menjadi kecewa dan menganggap bahwa mengiring Kristus itu tak ada untungnya dan sia-sia belaka. Pemazmur juga dibuat cemburu ketika: "...melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain." (Mazmur 73:3-5).
Mungkin kita merasa sudah mengiring Kristus dengan sungguh-sungguh dan sudah melayani Dia, lalu timbul pertanyaan dalam hati: "Apa upahnya?" Dengarkan nasihat rasul Paulus: "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Tuhan sendiri menegaskan bahwa ada upah yang Ia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Kristus sampai akhir dan berjerih lelah melayani Dia: "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:30).
Bila menyadari bahwa jerih lelah dalam melayani Tuhan itu diperhitungkan-Nya, tak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita seharusnya makin giat melayani pekerjaan Tuhan dengan roh yang menyala-nyala. Karena itu jangan pernah sia-siakan waktu, kesempatan, dan juga potensi yang Tuhan beri.
Harga yang telah kita bayar untuk Tuhan, pada saatnya pasti akan terbayar lunas!