Tuesday, August 18, 2020

PERTOBATAN HARUS ADA BUAHNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2020


"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  Lukas 19:8
 
Sekarang ini bukan waktunya lagi kita main-main dengan hidup kekristenan, melainkan kita harus hidup dalam pertobatan setiap hari.  Pertobatan yang sejati pasti disertai dengan bukti nyata dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perubahan hidup yang benar-benar bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain.  Ada tertulis:  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Alkitab menyatakan,  "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal."  (Matius 12:33).

     Zakheus adalah contoh orang yang hidupnya telah berubah!  Ia mengalami titik balik dalam hidup setelah berjumpa secara pribadi dengan Kristus.  Mata rohaninya yang selama ini tertutup menjadi terbuka, sehingga cara pandangnya pun telah diubahkan.  Dahulunya fokus hidup Zakheus adalah mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya bagi diri sendiri, namun kemudian ia rela membagikan hartanya kepada orang lain.  Ini bisa terjadi oleh karena ia mengalami kasih Tuhan!  Harta dunia tidak lagi menjadi tujuan utama dalam hidupnya.  Zakheus berkata kepada Tuhan,  "...setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin...", artinya ia rela membagi-bagikan hartanya kepada orang-orang yang berkekurangan  (miskin).  Kekuatan untuk mengasihi dan menolong orang lain itu bukan berasal dari diri Zakheus sendiri, tapi karena ada Roh Tuhan yang bekerja di dalamnya, ada aliran kasih Tuhan yang telah menyentuh dan menjamah hatinya.  Tanda pertobatan sejati:  "...namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20a).  Kalau  'aku'  yang hidup  (bukan Kristus), maka yang menjadi fokus hidupnya adalah diri sendiri.

     Zakheus juga berkata,  "...sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  (ayat nas), berarti ia benar-benar mau membayar harga dengan meninggalkan kehidupan lamanya.  Apakah pertobatan Saudara sudah membuahkan hasil yang nyata dan berdampak bagi orang lain?
 
"Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri."  Amsal 27:2

Monday, August 17, 2020

MERDEKA DI TENGAH BADAI MELANDA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Agustus 2020


"Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!"  Mazmur 133:1

Waktu bergulir begitu cepatnya, tanpa terasa bangsa kita tercinta Indonesia sudah mengenyam kemerdekaan selama 75 tahun.  Hari ini kita kembali beroleh kesempatan memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-75.  Merdeka berarti terlepas dari belenggu, tekanan atau penjajahan bangsa lain, sehingga kita bebas menentukan masa depan kita sendiri.  Dalam hidup kekristenan, kemerdekaan memiliki arti dimerdekakan dari penjajahan dosa.  Kita tidak lagi berada di bawah kuasa dosa yang membawa kepada penghukuman kekal, melainkan kita mengalami kehidupan baru yaitu hidup berkemenangan karena Kristus telah memerdekakan kita dari dosa.

     Peringatan hari kemerdekaan Indonesia tahun ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sebab kita memperingatinya saat bangsa kita dalam keadaan berduka karena ujian berat datang mendera:  ekonomi, bencana alam, mewabahnya virus Corona atau Covid-19 yang benar-benar memorak-porandakan perekonomian, ditambah lagi ancaman disintegritas bangsa, seperti maraknya ujaran kebencian terhadap pemimpin bangsa, yang bila tidak segera diatasi dapat mengancam keutuhan NKRI.  Inilah momen yang tepat untuk bangkit dan bersatu untuk Indonesia.  Sebagai warga negara Indonesia, wajib kita berdoa bagi bangsa agar Tuhan pulihkan.  "...dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).  Mari tinggalkan ego demi kesatuan bangsa!  'Kesatuan'  bukan berarti seragam;  kesatuan itu saling menghargai dan melengkapi di tengah perbedaan yang ada, sebagaimana semboyan Bhineka Tunggal Ika.

     Hidup dalam kesatuan adalah kehendak Tuhan!  Jadi Tuhan tidak menghendaki perselisihan atau perpecahan, bahkan Ia menyediakan berkat bagi umat yang hidup dalam kesatuan,  "...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3).

"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh."  Lukas 11:17