Monday, August 10, 2020

APA YANG TUHAN FIRMANKAN, PASTI DIGENAPI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2020


"Ketahuilah sekarang, bahwa firman TUHAN yang telah diucapkan TUHAN tentang keluarga Ahab, tidak ada yang tidak dipenuhi, TUHAN telah melakukan apa yang difirmankan-Nya dengan perantaraan Elia, hamba-Nya."  2 Raja-Raja 10:10

Tuhan tidak pernah ingkar dengan apa yang diucapkan, sebab firman-Nya adalah ya dan amin.  Tidak ada perkataan firman Tuhan yang berlalu dengan sia-sia,  "...firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."  (Yesaya 55:11).  Keluarga raja Ahab harus menanggung akibat dari perbuatan jahatnya, dan penghukuman atas mereka sudah Tuhan sampaikan sebelumnya.

     Suatu ketika Izebel  (isteri raja Ahab)  sempat melakukan ancaman terhadap Elia sehingga Elia mengalami ketakutan yang luar biasa.  Namun akhirnya hidup Izebel ini harus berakhir secara tragis:  mayatnya dimakan anjing tepat seperti yang diucapkan oleh abdi Tuhan  (Elia):  "Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya."  (2 Raja-Raja 9:10a).  Seberapa pun tinggi kedudukan dan sebesar-besar harta kekayaan yang dimiliki, orang takkan mampu menghindarkan diri dari penghukuman Tuhan bila ia melakukan kejahatan, sebab Tuhan tidak memandang bulu dan Ia tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan:  "Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."  (Galatia 6:7b).  Alkitab menegaskan bahwa pelanggaran terhadap firman Tuhan selalu mendatangkan akibat yang mengerikan, karena itu kita tidak bisa main-main dengan dosa.  Sekali Tuhan berfirman tentang hidup seseorang, itu pasti terjadi.  Apa yang menimpa keluarga Ahab ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa perkataan Tuhan itu sangat berkuasa.

     Jangan sekali-kali kita menyepelekan firman Tuhan!  Sekali Tuhan berfirman tentang suatu hal, cepat atau lambat, firman-Nya pasti akan digenapi, Ia pasti akan melaksanakan apa yang telah diucapkan-Nya.  Jika sampai hari ini kita belum mengalami apa yang dijanjikan Tuhan, imani dan tetap pegang janji firman-Nya sebagaimana Tuhan menasihati Yosua untuk merenungkan firman Tuhan siang dan malam  (Yosua 1:8).

"Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:"  Yesaya 14:24

Sunday, August 9, 2020

KITA HIDUP KARENA PERCAYA, BUKAN MELIHAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2020


"Sebab kami hidup berdasarkan percaya kepada Kristus, bukan berdasarkan apa yang dapat dilihat," 2 Korintus 5:7  (BIS)

Alkitab menyatakan:  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Jadi iman merupakan dasar bagi orang percaya dalam menjalani hidup kekristenan.  Namun dalam kehidupan nyata banyak orang Kristen yang tidak hidup berdasarkan percaya kepada Tuhan, tapi hidup dikendalikan oleh situasi atau keadaan yang ada.  Itulah sebabnya ketika mengalami masalah atau kesulitan mereka akan mudah sekali bersungut-sungut, mengeluh dan mengomel karena pandangan matanya tertuju pada masalah.

     Kekristenan sejati adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat  (ayat nas)!  Kalau kita menjalani kehidupan kekristenan dengan normal, yaitu mengaktifkan iman, kita akan menjadi orang-orang Kristen yang berkemenangan.  Dengan iman, kita sanggup melihat apa yang tidak sanggup dilihat oleh mata jasmani;  kita sanggup melihat sisi positif di balik permasalahan;  kita sanggup melihat bahwa ada kebaikan di balik setiap peristiwa.  Orang Kristen yang hidup karena percaya memiliki keyakinan yang kuat bahwa ada Tuhan yang menyertai, dan memiliki keyakinan, alias tidak ragu atau bimbang, terhadap segala janji Tuhan.  Dengan iman, kita akan terus bertekun dan bersabar menanti-nantikan Tuhan karena mengerti benar bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik.

     Meski diperhadapkan dengan tantangan dan ujian yang berat, rasul Paulus berkata,  "...kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari."  (2 Korintus 4:16).  Rasul Paulus sangat percaya bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan kelak  (Roma 8:18).  Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan letih lesu, keluh kesah, persungutan, omelan dan sebagainya, karena fokusnya hanya tertuju pada besarnya masalah dan situasi yang ada.  Mari kita belajar meneladani Paulus yang senantiasa berjalan dengan iman setiap hari.

Rugi besar jika kita tidak sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, karena tanpa iman kita takkan mengalami kedahsyatan kuasa Tuhan dalam hidup ini!