Saturday, July 25, 2020

GEREJA HARUS BISA MENJADI BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2020


"Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan."  Kisah 2:47

Banyak orang salah dalam menilai dan mengukur keberhasilan sebuah gereja.  Gereja yang dianggap berhasil adalah gereja yang memiliki bangunan fisik tampak besar dan megah, jumlah jemaatnya banyak  (ratusan/ribuan), dan yang menjadi pembicara di gereja tersebut adalah hamba-hamba Tuhan terkenal.  Itu sah-sah saja, siapa yang tidak bangga bila memiliki gereja yang memenuhi kriteria tersebut.  Tetapi, penilaian manusia sangatlah berbeda dengan penilaian Tuhan!  Yang dinilai Tuhan bukanlah apa yang terlihat secara kasat mata, karena Tuhan memperhatikan kualitas, bukan kuantitas.

     Berbicara tentang kualitas adalah berkenaan dengan karakter atau tingkat kedewasaan rohaninya.  Gereja yang berhasil adalah gereja yang mampu membawa jemaatnya kepada pertumbuhan iman hingga mencapai kedewasaan, seperti ada tertulis:  "...sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman,...kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala."  (Efesus 4:13-15).  Kedewasaan rohani akan tercapai apabila jemaat memiliki cara hidup seperti jemaat mula-mula di zaman para rasul!

     Kunci keberhasilan gereja adalah adanya persekutuan yang erat di antara jemaat  (Kisah 2:42).  Kata  'persekutuan'  dalam bahasa Yunani, koinonia:  hubungan yang akrab dan intim.  Meski terdiri dari anggota jemaat yang berlatar belakang berbeda-beda, namun kita adalah satu kesatuan di dalam tubuh Kristus.  Karena itu di antara jemaat Tuhan harus saling menopang, saling tolong-menolong.  Jangan sampai ada konflik, perselisihan atau perpecahan, sebab kita bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Kerajaan Sorga  (Efesus 2:19).  Selain itu jemaat juga harus mau bertekun dalam pengajaran  (Kisah 2:42).

Gereja yang berhasil adalah gereja yang dibangun berlandaskan kebenaran firman Tuhan, yang mendewasakan iman jemaat, dan mampu menjadi berkat bagi dunia!

Friday, July 24, 2020

DEWASA ROHANI: Harus Ada Bukti

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2020


"...orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  Ibrani 5:14

Jangan pernah menganggap diri sudah mencapai kedewasaan rohani apabila di dalam praktik hidup keseharian tak ada bukti yang bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain, sebab kekristenan itu bukan sekedar teori, tapi yang terutama adalah praktik hidup.  Bukti nyata dari seorang yang dewasa rohani adalah hidupnya benar-benar sudah berubah  (ke arah yang baik dan benar)  dan semakin giat di dalam Tuhan, rohnya selalu menyala-nyala dalam melayani Tuhan.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).

     Seorang yang dewasa rohani arah pandangannya senantiasa tertuju kepada Tuhan.  Ia tidak mudah terpengaruh oleh keadaan atau situasi karena ia sudah memiliki pancaindera yang terlatih.  Apa pun yang terjadi dalam hidupnya, ia mampu melihatnya dari kacamata iman.  Ia percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya pasti mendatangkan kebaikan sehingga ia tetap bisa mengucap syukur kepada Tuhan.  Berbeda dengan  'kanak-kanak'  rohani, yang karena kerohaniannya masih suam-suam kuku, mudah sekali goyah dan terombang-ambing oleh situasi;  percaya kepada Kristus tapi masih hidup dalam ketakutan dan kekuatiran, karena arah pandangannya hanya tertuju kepada yang kasat mata.

     Orang yang dewasa rohani tidak lagi hidup menurut keinginan dagingnya, tapi hidup dalam pimpinan Roh Kudus, karena sadar bahwa ia  "...telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Hal ini juga ditegaskan oleh rasul Paulus,  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24), dan seorang yang dewasa rohani adalah seorang yang hidupnya pasti berbuah, ada buah roh yang dihasilkan  (Galatia 5:22-23), sehingga hidupnya menjadi kesaksian bagi banyak orang.

Bagaimana dengan Saudara?  Seorang yang dewasa rohani atau masih kanak-kanak?