Friday, July 24, 2020

DEWASA ROHANI: Harus Ada Bukti

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2020


"...orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  Ibrani 5:14

Jangan pernah menganggap diri sudah mencapai kedewasaan rohani apabila di dalam praktik hidup keseharian tak ada bukti yang bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain, sebab kekristenan itu bukan sekedar teori, tapi yang terutama adalah praktik hidup.  Bukti nyata dari seorang yang dewasa rohani adalah hidupnya benar-benar sudah berubah  (ke arah yang baik dan benar)  dan semakin giat di dalam Tuhan, rohnya selalu menyala-nyala dalam melayani Tuhan.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).

     Seorang yang dewasa rohani arah pandangannya senantiasa tertuju kepada Tuhan.  Ia tidak mudah terpengaruh oleh keadaan atau situasi karena ia sudah memiliki pancaindera yang terlatih.  Apa pun yang terjadi dalam hidupnya, ia mampu melihatnya dari kacamata iman.  Ia percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya pasti mendatangkan kebaikan sehingga ia tetap bisa mengucap syukur kepada Tuhan.  Berbeda dengan  'kanak-kanak'  rohani, yang karena kerohaniannya masih suam-suam kuku, mudah sekali goyah dan terombang-ambing oleh situasi;  percaya kepada Kristus tapi masih hidup dalam ketakutan dan kekuatiran, karena arah pandangannya hanya tertuju kepada yang kasat mata.

     Orang yang dewasa rohani tidak lagi hidup menurut keinginan dagingnya, tapi hidup dalam pimpinan Roh Kudus, karena sadar bahwa ia  "...telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Hal ini juga ditegaskan oleh rasul Paulus,  "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya."  (Galatia 5:24), dan seorang yang dewasa rohani adalah seorang yang hidupnya pasti berbuah, ada buah roh yang dihasilkan  (Galatia 5:22-23), sehingga hidupnya menjadi kesaksian bagi banyak orang.

Bagaimana dengan Saudara?  Seorang yang dewasa rohani atau masih kanak-kanak?

Thursday, July 23, 2020

IBADAH SEJATI: Mempersembahkan Tubuh

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi  23 Juli 2020

Baca:  Roma 12:1-8

"...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."  Roma 12:1

Ibadah yang sejati tidak berbicara tentang jam terbang kita dalam melayani pekerjaan Tuhan, kerajinan kita menghadiri jam-jam peribadatan di gereja, atau besarnya jumlah persembahan yang kita bawa ke rumah Tuhan.  Ibadah yang sejati berbicara tentang bagaimana kita mempersembahkan seluruh keberadaan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan yang berkenan kepada Tuhan  (ayat nas).

     Mempersembahkan tubuh kepada Tuhan berarti memisahkan atau mengkhususkan tubuh kita ini hanya untuk melakukan perkara-perkara rohani yang menyenangkan hati Tuhan, bukan untuk perkara-perkara duniawi.  Rasul Paulus menegaskan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus, tempat di mana Roh Kudus tinggal, karena itu kita harus mempersembahkan tubuh kita untuk kemuliaan nama Tuhan, sebab kita telah dibeli dengan harga yang lunas terbayar  (1 Korintus 6:19-20), bukan untuk kesenangan daging kita.  Ada tertulis:  "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Oleh karena kita telah ditebus oleh darah Kristus, kita harus menyerahkan keinginan tubuh kita kepada pimpinan Roh Kudus.  "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya."  (Roma 6:12).  Hal ini berarti kita tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kita ini kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi menyerahkannya kepada Tuhan untuk dipakai sebagai senjata kebenaran  (Roma 6:13).

     Sampai saat ini masih banyak orang Kristen  (jemaat awam, sudah melayani pekerjaan Tuhan, berstatus hamba Tuhan)  yang tetap hidup memuaskan keinginan dan hawa nafsunya:  melakukan perselingkuhan, jatuh dalam dosa perzinahan, terlibat dalam pergaulan seks bebas, narkoba dan sebagainya.  Ini sangat memprihatinkan!

Orang percaya dipanggil Tuhan  "...bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  1 Tesalonika 4:7