Sunday, July 19, 2020

TAK ADA HATI YANG TERBEBAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2020


"Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala."  Matius 9:36

Setiapkali melihat jiwa-jiwa, hati Tuhan selalu tersentuh oleh belas kasihan, terlebih-lebih bila melihat orang-orang yang lemah dan terlantar seperti anak domba yang terlepas dari gembalanya,  "...tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala."  (ayat nas).  Tuhan mengerti benar bagaimana rasanya bila domba tak bergembala, mereka pasti tercerai-berai dan kalang kabut, dan berada dalam bahaya yang besar, sebab tak ada yang memperhatikan, menjaga dan melindunginya.  Domba bukan hanya akan kekurangan air dan makanan, keselamatannya juga akan terancam karena serangan binatang buas.  Demikian juga keadaan manusia yang tersesat dan terpisah dari Gembala yang baik.

     Tuhan mengerti benar bahwa sifat manusia pada dasarnya berfokus pada diri sendiri alias mementingkan diri sendiri.  Seperti yang ditunjukkan oleh Kain, ketika Tuhan menanyakan keberadaan Habel  (adiknya),  "'Di mana Habel, adikmu itu?' Jawabnya: 'Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?'"  (Kejadian 4:9).  Masih banyak orang Kristen yang mementingkan diri sendiri dan tak punya kepedulian terhadap sesamanya.  Mereka tak ambil pusing dengan keselamatan jiwa-jiwa, mereka hanya berfokus pada keselamatan diri sendiri.  Jujur, sulit sekali menemukan orang-orang yang punya hati yang terbeban bagi jiwa-jiwa.  Ketika melihat penduduk Yerusalem hidup menyimpang dari kebenaran, dimana mereka  "...melakukan pemerasan dan perampasan, menindas orang sengsara dan miskin dan mereka melakukan pemerasan terhadap orang asing bertentangan dengan hukum."  (Yehezkiel 22:29), hati Tuhan menjadi sangat sedih, karena itu Ia berkata,  "Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya."  (Yehezkiel 22:30).

     Kita diselamatkan bukan untuk dinikmati sendiri, Tuhan mau kita melangkah menjangkau jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.  Mari miliki hati seperti Kristus;  yang penuh belas kasihan kepada jiwa-jiwa.  Itulah panggilan Tuhan bagi kita!

Sebagaimana Kristus datang mencari yang terhilang, begitu pula kita dipanggil.

Saturday, July 18, 2020

REPUTASI HANCUR KARENA PELANGGARAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2020


"Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah."  1 Samuel 2:30b

Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak jadi nakal dan memberontak.  Salah satu faktor utamanya adalah kelalaian orangtua dalam mendidik anak.  Ada banyak orangtua yang terlalu bersikap lunak dan cenderung memanjakan anak, keinginan apa saja dari si anak selalu dituruti karena tidak tega melihat anak merajuk dan menangis, tapi lupa untuk mendisiplinkan.  Memanjakan anak ini justru tindakan orangtua yang tidak mendidik.

     Hofni dan Pinehas adalah contohnya!  Mereka adalah anak-anak seorang imam yang melayani di Bait Suci, yaitu imam Eli.  Sebagai anak-anak imam seharusnya mereka memiliki perilaku yang baik, menjadi contoh bagi umat, dan takut akan Tuhan, namun mereka malah berkelakuan sangat kurang ajar terhadap Tuhan.  Mereka berani mengambil daging yang dipersembahkan untuk Tuhan:  "Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN." (1 Samuel 2:17);  dan bukan hanya itu,  "...mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan,"  (1 Samuel 2:22).  Tapi meski melihat pelanggaran anak-anaknya, imam Eli tak bertindak tegas.  Sekalipun sudah mendengar segala hal yang diperbuat anak-anaknya, termasuk mengenai perbuatan zinahnya dengan perempuan-perempuan yang melayani di Kemah Pertemuan, Eli hanya berkata,  "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran."  (1 Samuel 2:23-24).  Tuhan pun menjadi sangat marah kepada imam Eli,  "Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku,"  (1 Samuel 2:29a).

     Tak mendisiplin anak sejak usia dini justru akan berdampak buruk pada diri si anak di kemudian hari.  Terlebih-lebih bagi para orangtua yang melayani Tuhan:  kita harus memerhatikan dan mendidik anak kita sesuai dengan firman Tuhan.

Pelayanan orangtua takkan berarti bila si anak sendiri hidup memberontak!