Monday, July 13, 2020

JANGAN MENJADI ORANG YANG BEBAL!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2020


"Seperti salju di musim panas dan hujan pada waktu panen, demikian kehormatanpun tidak layak bagi orang bebal."  Amsal 26:1

Tidak ada seorang pun mau disebut atau dijuluki sebagai orang bebal.  Kemungkinan besar ia akan marah besar dan tersinggung bila dikata-katai sebagai orang bebal, sebab berbicara tentang orang bebal selalu mengacu kepada orang yang sepertinya tidak dapat berubah lagi hidupnya, hatinya sangat keras  (membatu)  karena tidak mau menerima nasihat dan teguran.  Memang, kita semua tidak mau dan tidak ingin disebut orang bebal, tapi sadar atau tidak, kita justru seringkali berperilaku sama seperti orang yang bebal.

     Orang bebal adalah orang yang tidak mau dan sulit menerima nasihat dan teguran dari firman Tuhan atau pun dari sesamanya.  Ia selalu merasa diri sebagai orang yang benar dan tidak pernah melakukan suatu kesalahan, karena itu ia mencari berbagai alasan untuk selalu membenarkan diri sendiri dan merasa tidak perlu diajar dan digurui oleh orang lain.  Ia menganggap yang harus berubah itu orang lain, bukan dirinya.  Orang bebal adalah orang yang tidak pernah mau belajar dari pengalaman, sehingga ia berulang kali melakukan kesalahan yang sama, tapi tidak pernah disadari atau pura-pura tidak sadar.  Penulis Amsal menyatakan,  "Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya."  (Amsal 26:11).

     Sikap bebal ini ditunjukkan oleh bangsa Israel!  Sekalipun sudah diperingatkan berkali-kali mereka tetap saja mengeraskan hati, memberontak kepada Tuhan dan selalu jatuh dalam kesalahan dan dosa.  Musa menegur mereka dengan keras,  "...hai bangsa yang bebal dan tidak bijaksana? Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau, yang menjadikan dan menegakkan engkau? Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu."  (Ulangan 32:6-7).  Orang bebal adalah orang yang meskipun sudah mengerti kebenaran, diajar tentang kebenaran, mereka tetap saja hidup menyimpang dari kebenaran.  Sekalipun tahu sesuatu tidak boleh dilakukan, mereka tetap saja melakukan yang dilarang:  "Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal,"  (Amsal 10:23).

Hidup dalam kebebalan adalah pintu menuju kepada kehancuran hidup!

Sunday, July 12, 2020

TAK MAMPU MENGENDALIKAN DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2020


"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya."  Amsal 25:28

Jika kita perhatikan, yang menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah atau persoalan di dalam kehidupan sehari-hari adalah ketidakmampuan orang untuk mengendalikan diri.  Karena tak bisa mengendalikan diri, meledaklah amarah, akhirnya memicu terjadinya perselisihan, pertengkaran, bahkan berbagai tindak kejahatan.

     Ada satu contoh kejadian yang tertulis di Alkitab yaitu, Kain tega membunuh adiknya sendiri, Habel.  Padahal Tuhan sudah menegur Kain agar tidak panas hati, tapi Kain tak mampu mengendalikan dirinya sehingga terjadilah tindak kejahatan pembunuhan pertama di dunia.  Ayat nas menyatakan bahwa orang yang tak dapat mengendalikan diri itu digambarkan seperti kota yang sudah roboh temboknya.  Pengendalian diri itu digambarkan seperti kota yang sudah roboh temboknya.  Pengendalian diri itu seperti tembok perlindungan!  Pada zaman dahulu setiap negara atau kota pasti memiliki tembok luar yang kokoh.  Tembok tersebut berfungsi sebagai pagar dan juga perlindungan bagi kota dan penduduknya supaya terluput dari serangan musuh.  Di situasi aman dan nyaman mungkin orang dapat mengendalikan dirinya dengan baik, tetapi ketika situasinya sedang tidak baik dan tidak seperti yang diharapkan, orang-orang yang awalnya dikenal begitu sabar, kalem atau lemah lembut, secara drastis berubah menjadi orang yang sangat emosional, amarahnya meledak-ledak.  Oleh sebab itu Tuhan memperingatkan murid-murid-Nya saat berdoa di taman Getsemani,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

     Seringkali kita menjadi begitu emosional, marah tak terkendali, bukan karena masalah yang kita hadapi terlalu besar, namun karena kita tidak dapat mengendalikan diri sendiri.  Cara yang tepat untuk bisa mengendalikan diri adalah menyediakan waktu lebih untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan.  Dengan berdoa kita akan menjadi tenang dan berada dalam pimpinan Roh Tuhan, sehingga perkataan dan perbuatan kita terkontrol.

Orang yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus, pasti punya pengendalian diri!