Saturday, July 11, 2020

MEMUJI-MUJI TUHAN DI SEGALA WAKTU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2020


"Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada TUHAN dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya."  Mazmur 145:21

Kapan terakhir Saudara memuji Tuhan?  Mungkin ada banyak di antara orang percaya yang menjawab,  "Terakhir memuji Tuhan adalah saat mengikuti ibadah di hari Minggu."  Artinya di luar jam-jam ibadah mereka tak pernah memuji Tuhan.  Kita tidak secara rutin memuji Tuhan.  Itu ironis sekali!  Apakah kasih dan kebaikan Tuhan kepada kita itu hanya dinyatakan pada saat jam-jam ibadah saja?  Bukankah setiap saat, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, kita mengalami kasih dan kebaikan Tuhan?  Jika pagi ini kita masih bisa melihat matahari terbit, jika kita masih bisa menghirup udara segar dan bernafas, jika hari ini kita bisa melakukan aktivitas dengan tubuh yang sehat, mengantarkan anak-anak pergi ke sekolah, lalu kita bisa sampai ke kantor atau tempat kerja dengan selamat tanpa ada halangan, bukankah semuanya itu karena anugerah Tuhan?  Tuhan yang menolong, memelihara, dan menyertai kita.

     Tapi, mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu?  Kita memuji Tuhan di segala waktu karena kasih dan kebaikan Tuhan kepada kita tiada pernah berkesudahan.  Seperti tertulis:  "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23).  Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, kasih dan kebaikan Tuhan tak berkesudahan, Ia ada untuk kita.  Seringkali kita memuji-muji Tuhan hanya saat dalam keadaan baik saja, tapi begitu terbentur masalah, kesukaran, atau pergumulan hidup yang berat, kita tak lagi mau memuji Tuhan.  Mari kita belajar untuk selalu bersyukur!  Jangan hanya karena masalah, lalu kita bersungut-sungut kecewa dan akhirnya berhenti memuji Tuhan.

     Memuji Tuhan berkenaan dengan sikap iman.  Dengan puji-pujian, kita mengungkapkan iman kita kepada Tuhan.  Semakin kita memuji Tuhan, pandangan kita semakin tertuju kepada Tuhan dan kuasa-Nya, tidak lagi kepada masalah, sehingga kita semakin beroleh kekuatan.  Iblis senang jika kita berhenti memuji Tuhan karena kita akan semakin lemah.  Memuji Tuhan setiap waktu membawa kita semakin dekat dengan Tuhan.

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"  Mazmur 103:2

Friday, July 10, 2020

BERHATI-HATILAH DAN AWASILAH MULUTMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2020


"Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!"  Mazmur 141:3

Mulut adalah bagian dari anggota tubuh manusia yang, meskipun kecil tapi memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia.  Tak jauh berbeda dengan  "...kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi."  (Yakobus 3:4).  Oleh sebab itu kita harus selalu berhati-hati dalam memfungsikan mulut ini, sebab perkataan yang keluar dari mulut kita mengandung kekuatan yang dahsyat.  Apa yang diucapkan mulut kita bisa memengaruhi hari esok atau masa depan kita:  gilang-gemilang atau masa depan suram.

     Pada umumnya manusia boros dalam mempergunakan kata-kata atau berbicara, padahal jelas tertulis:  "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."  (Amsal 10:19).  Karena itu firman Tuhan memperingatkan,  "...setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;"  (Yakobus 1:19).  Sadar bahwa di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, pemazmur berdoa dan memohon kepada Tuhan,  "Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!"  (ayat nas).

     Bagaimana dengan Saudara?  Orang percaya yang sudah lahir baru dan menjadi  'ciptaan baru'  di dalam Kristus, bukan hanya hatinya mengalami jamahan Tuhan, tapi mulutnya juga:  "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  (Kolose 4:6).  Oleh karena itu mulut kita harus selalu diawasi, supaya dari mulut kita tidak keluar kata-kata sembarangan atau sembrono, yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, sebab mulut kita ini bisa menjadi seperti pedang yang sangat tajam, yang dapat melukai orang lain, menghancurkan orang lain dan bahkan membunuh orang lain.  Bukankah seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang merasa diri sebagai  'orang besar'  tak lagi bisa menguasai dan mengendalikan mulutnya.  Mereka gampang sekali melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati dan sangat merendahkan orang lain, yang dipandangnya sebagai  'orang kecil'.

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."  Yakobus 1:26