Tuesday, July 7, 2020

SEPENUHNYA MENJADI MILIK KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2020


"...dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:"  1 Korintus 6:19-20

Ciri utama orang yang hidup di dalam Kristus adalah tidak lagi memiliki keinginan-keinginan dari dan untuk diri sendiri.  Bagaimana mungkin orang tidak memiliki keinginan?   Setiap orang pasti memiliki keinginan, tapi maksudnya adalah orang yang sudah ditebus dan hidupnya telah dibeli dan dibayar lunas dengan darah Kristus  (menjadi umat tebusan-Nya), harus bersedia menanggalkan keinginan dirinya sendiri dan menyerahkan segala keinginannya kepada kehendak Kristus.  Kata  'lunas'  menunjukkan bahwa hidup kita ini bukan milik kita lagi, tetapi sudah menjadi milik Tuhan sepenuhnya.  Karena itu segala keinginan dan cita-cita pribadi harus diselaraskan dengan kemauan dan kehendak Tuhan, bukan menurut kemauan dan kehendak sendiri.

     Selama kita masih memiliki keinginan, kehendak, atau agenda hidup pribadi, kita tidak dapat dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan, sehingga rencana-Nya takkan bisa digenapi.  Jika kita sudah menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada Tuhan barulah kita mencapai taraf demikian:  "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:19-20).  Menjadi milik Kristus berarti segala keinginan diri sendiri sudah disalibkan dengan Kristus!  Jadi, hidup di dalam Kristus itu ada harga yang harus dibayar:  banyak hal yang harus ditanggalkan dan dilepaskan.  Inilah yang disebut menanggalkan beban dan dosa!  "...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."  (Ibrani 12:1).

     Menanggalkan beban dan dosa artinya melepaskan semua keterikatan dengan kesenangan dunia dan keinginan daging yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.  Lalu,  kita  "...melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,"  (Ibrani 12:2), artinya kita menjadikan Kristus sebagai teladan hidup.  Tidak ada cara lain untuk bisa menyenangkan hati Tuhan, selain kita harus mematikan segala keinginan diri sendiri, tunduk kepada pimpinan Roh Kudus, dan hidup hanya melakukan kehendak Tuhan.

Orang yang hidup sepenuhnya bagi Tuhan, mampu berkata,  "...bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  (Lukas 22:42).

Monday, July 6, 2020

JANGAN BERKOMPROMI DENGAN DOSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juli 2020


"Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala."  Wahyu 2:20

Tiatira adalah sebuah kota yang relatif kecil, awalnya didirikan sebagai kota pertahanan untuk melindungi kota Pergamus yang adalah pusat pemerintahan.  Tiatira tidak begitu terkenal jika dibandingkan kota-kota lain yang menerima surat dari Tuhan, namun jemaat di kota kecil ini justru mendapatkan kiriman surat yang paling panjang isinya.  Kemungkinan besar jemaat Tiatira ini dirintis dan dimulai dari pertobatan keluarga Lidia, seorang penjual kain ungu yang beribadah kepada Tuhan dan hidupnya menjadi berkat bagi banyak orang  (Kisah 16:14)  (Tiatira dikenal sebagai pusat perdagangan kain bulu domba dan juga tempat untuk mencelupkan kain-kain warna ungu).  Lidia sendiri dikenal sebagai penjual bahan pencelup untuk warna ungu dan kain yang mahal tersebut.

     Ada kesalahan fatal terjadi di jemaat di Tiatira, yaitu  "...wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala."   (ayat nas).  Izebel adalah nama simbolis yang diambil dari nama isteri raja Ahab, yang berlaku jahat dan menyeret orang-orang kepada penyembahan berhala.  Wanita Izebel ini mengajarkan bahwa orang percaya boleh melakukan perzinahan dan boleh menyantap makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala.  Intinya:  nabiah ini telah mengajarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dan menyesatkan, secara terang-terangan berkompromi dengan dosa.  Sekalipun sudah melihat penyimpangan-penyimpangan, sepertinya jemaat di Tiatira tidak melakukan sesuatu apa pun dan seolah-olah membiarkan hal itu terjadi.

     Di dalam kehiduan bergereja tidak sedikit orang percaya yang masih berkompromi dengan dosa.  Mereka menutupi dosa dengan topeng-topeng:  perbuatan baik, memberi banyak persembahan, menjadi donatur gereja, dan masih banyak lagi.  Mereka berpikir bahwa dengan segala yang diperbuatnya ini, dengan serta merta Tuhan bersikap lunak kepada kita dan menutup mata-Nya terhadap pelanggaran-pelanggaran kita.

Ingat!  Tuhan tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, sebab apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya  (Baca  Galatia 6:7).