Saturday, July 4, 2020

SETIA MENGIKUT KRISTUS SAMPAI MATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juli 2020

Baca:  Wahyu 2:8-11

"Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."  Wahyu 2:10b

Smirna  (di Turki)  adalah sebuah kota yang terkenal sangat makmur dan indah.  Di kota itu diberlakukan suatu aturan yang sangat keras, di mana rakyat diwajibkan untuk menyembah kaisar.  Hal ini untuk membuktikan kesetiaan dan loyalitas rakyat kepada pemerintahan Romawi, sampai-sampai rakyat menyerukan kaisar sebagai tuhan.  Ini menjadi suatu tantangan besar bagi para pengikut Kristus  (jemaat Tuhan)  di kota Smirna.

     Sekalipun berada dalam tekanan, jemaat di Smirna ini tetap teguh mempertahankan imannya kepada Tuhan dan tak mau berkompromi dengan dosa, mereka menolak untuk menyembah Kaisar.  Akhirnya mereka pun dianggap telah melanggar hukum, pembangkang, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengalami penganiayaan.  Jemaat Smirna rela mempertaruhkan nyawanya demi kebenaran dan berpendirian teguh untuk tidak menyembah kepada berhala atau kaisar.  Mereka berkomitmen untuk tetap setia mengiring Kristus sampai akhir sekalipun ada harga yang harus dibayar.  Dalam perjalanan kehidupan rohani, kita seringkali diperhadapkan pada tantangan yang tak beda jauh dengan jemaat Smirna ini.  Tapi karena tak kuat dengan tekanan, intimidasi, aniaya, atau penderitaan, ada banyak orang Kristen yang menyerah di tengah jalan, memilih untuk melakukan kompromi, dan menyangkal imannya.  Padahal Tuhan telah menyediakan upah yang besar bagi setiap orang percaya yang setia sampai akhir, yaitu mahkota kehidupan.  Tuhan menginginkan kita setia, apa pun keadaannya, sampai garis akhir hidup kita.  Kita bisa meneladani rasul Paulus yang berkomitmen,  "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."  (Filipi 1:21).

     Ada pun kata  'Smirna'  adalah mur, semacam damar yang pahit, tetapi baunya sangat harum dan sering dipakai sebagai bahan untuk membuat minyak wangi.  Inilah gambaran kehidupan orang percaya yang mampu bertahan sampai akhir, yang sekalipun harus diperhadapkan dengan hal-hal yang pahit  (penderitaan), tapi hidup mereka berbau harum di hadapan Tuhan, hidup yang mempermuliakan nama Tuhan. 

"jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita;"  2 Timotius 2:12

Friday, July 3, 2020

JANGAN MENINGGALKAN KASIH MULA-MULA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juli 2020

Baca:  Wahyu 2:1-7

"...Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."  Wahyu 2:4

Jemaat Efesus adalah 1 dari 7 jemaat yang pernah ada di Asia Kecil.  Ibukota Asia Kecil memang Pergamus, tapi pada saat itu Efesus menjadi kota terbesar dan terpenting karena menjadi kota perdagangan dan juga kota pelabuhan.  Gereja di Efesus ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun juga disertai dengan berkembangnya penyembahan berhala.  Ritual pemujaan kepada dewa-dewa marak terjadi, bahkan di kota itu terdapat kuil yang sangat megah  (mempunyai 127 tiang yang besar dan terbuat dari marmer), dan di dalamnya terdapat patung Dewi Diana yang menjadi sesembahan penduduk kota Efesus.  Kuil ini menjadi kebanggaan penduduk kota itu.

     Meski situasi tak mendukung, jemaat Efesus adalah jemaat yang tetap giat dalam mengerjakan perkara-perkara rohani.  Tuhan memuji apa yang telah mereka tunjukkan:  "Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu."  (Wahyu 2:2).  Mereka adalah jemaat yang mampu menjalankan peran atau tugas pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab.  Kata jerih payah menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan mau berjerih lelah.  Ketekunan berbicara tentang kesungguhan atau kesetiaan mereka dalam mengerjakan perkara-perkara rohani:  berdoa, melayani, bersekutu, dan sebagainya.  Secara kasat mata apa yang mereka kerjakan seperti tak ada cacatnya, tapi Tuhan tetap memperingatkan mereka dengan keras, sebab Tuhan melihat motivasi hati,  "...Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."  (ayat nas).

     Kasih mula-mula adalah kasih pada saat kita pertama kali bertobat.  Saat itu kita begitu rindu dan selalu ingin dekat dengan Tuhan.  Seiring berjalannya waktu, seringkali kita tidak menyadari kasih kita kepada Tuhan telah memudar karena terjebak oleh rutinitas!  Kerajinan beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan tak lebih sekedar aktivitas agamawi tanpa didasari kasih yang bergelora kepada Tuhan.  Kerinduan kita dalam mencari hadirat Tuhan tak seperti sediakala.

Bangun kembali hubungan pribadi dengan Tuhan dan kasihilah Tuhan lebih dari apa pun!