Sunday, June 21, 2020

MENGUTAMAKAN TUHAN: Tak Perlu Kuatir

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2020


"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  Matius 6:33

Semua orang pasti pernah merasa kuatir!  Kebanyakan orang menguatirkan tentang kebutuhan hidupnya:  apa yang dimakan, minum dan pakai.  Demi memenuhi kebutuhan hidup tersebut orang bekerja sedemikian kerasnya sampai-sampai mereka lupa waktu.  Berusaha mati-matian demi mengejar materi itu tidaklah salah, yang menjadi persoalan adalah ketika kita terlalu terfokus mengejar materi duniawi, lalu mengesampingkan perkara-perkara rohani.  Tuhan menegur dan memperingatkan jemaat di Laodikia yang tampak kaya secara jasmani, tapi sesungguhnya mereka miskin rohani  (Wahyu 3:17).

     Saat-saat ini kita sedang diperhadapkan dengan keadaan dunia yang semakin hari semakin berat dan penuh kesukaran, wajarlah bila orang dihantui oleh kekuatiran.  Apa itu kekuatiran?  Sesungguhnya kekuatiran adalah rasa takut tentang sesuatu hal yang belum tentu akan terjadi, merasa cemas, atau merasa gelisah.  Tuhan memerintahkan kita untuk tidak kuatir tentang hidup kita dan juga masa depan kita, karena semua dalam jaminan Tuhan!  Karena itu kita harus memiliki bahasa iman setiap hari dan tidak terpengaruh oleh situasi.  Nabi Habakuk, sekalipun berada dalam situasi sulit, tetapi bisa berkata,  "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN,..."  (Habakuk 3:17-18).

     Firman Tuhan mengajarkan kita untuk mengutamakan dan mendahulukan Tuhan dengan kebenaran-Nya  (ayat nas), dan ada tertulis:  "Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian."  (Amsal 23:23), artinya untuk memperoleh kebenaran ada harga yang harus dibayar!  Orang yang punya rasa haus dan lapar akan kebenaran akan berusaha sedemikian rupa untuk mendapatkan kebenaran tersebut.  Alkitab menegaskan bahwa kerajaan Sorga berbicara tentang kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus  (Roma 14:27).

Ketika kita mengutamakan Tuhan dan mencari kebenaran-Nya, lebih dari apa pun yang ada di dunia ini, apa yang kita butuhkan pasti disediakan-Nya bagi kita!

Saturday, June 20, 2020

IMAN DAN KETAATAN: Menghasilkan Mujizat

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2020


"Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala."  Mazmur 77:12

Di zaman yang serba modern dan canggih seperti sekarang ini tak mengherankan bila manusia cenderung mengandalkan kepintaran otaknya, lebih percaya pada ilmu-ilmu kedokteran, lebih mengandalkan kekuatan sendiri, lebih mengandalkan kekayaan, daripada percaya kepada kuasa Tuhan.  Mereka berpikir asalkan punya uang yang banyak atau harta melimpah ruah, segala sesuatu dapat diraih, apa saja yang diinginkan pasti dapat tercapai, tak perlu berdoa dan tak perlu mengandalkan Tuhan.

     Banyak orang  (termasuk orang Kristen)  menganggap bahwa mujizat-mujizat yang tertulis di Alkitab adalah peristiwa usang di masa lampau, tinggal cerita saja, karena itu mereka tidak lagi percaya kepada mujizat.  Mujizat adalah peristiwa adikodrati yang Tuhan kerjakan di tengah-tengah umat-Nya;  mujizat selalu diidentikan dengan suatu kejadian atau peristiwa ajaib yang sulit dipahami, dimengerti dan dijangkau oleh akal pikiran manusia, yang Tuhan nyatakan bagi manusia!  Sebagai anak-anak Tuhan kita harus percaya bahwa mujizat itu masih ada sampai detik ini karena Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang kuasa-Nya tidak berubah:  Dia tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya  (Ibrani 13:8).

     Mengapa banyak orang tak mengalami mujizat Tuhan?  Ketika berada di Nazaret, di tempat asalnya, Kristus  "...tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka."  (Markus 6:5-6a).  Faktor penghalang untuk mengalami mujizat adalah ketidakpercayaan kita sendiri.  Ada tertulis:  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Dalam versi New King James:  "Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen."  Kata  'substance'  diartikan:  bahan baku dasar.  Jadi bahan baku utama mujizat adalah iman!  Faktor penunjang lain adalah ketaatan, karena iman bekerjasama dengan perbuatan.  Jika Naaman tidak taat ketika diperintahkan untuk mandi di sungai Yordan, ia tidak akan mengalami mujizat  (2 Raja-Raja 5:1-14).

Mujizat Tuhan masih ada sampai detik ini, karena itu percayalah!