Friday, June 19, 2020

PENYESALAN TUHAN: Ketidaktaatan Saul

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2020


"Dan TUHAN menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel."  1 Samuel 15:35b

Saul adalah raja pertama atas Israel.  Suatu ketika Saul diperintahkan Tuhan untuk berperang melawan bangsa Amalek dan menumpas habis mereka tanpa terkecuali, termasuk segala hewan ternaknya.  Mengapa Tuhan memerintahkan Saul untuk menumpas bangsa Amalek?  Karena sewaktu bangsa Israel sedang menempuh perjalanan ke Tanah Perjanjian, ketika berada di Rafidim, mereka dihadang oleh bangsa Amalek, sehingga terjadi peperangan yang sangat hebat.  Apa yang dilakukan bangsa Amalek terhadap bangsa Israel, bangsa pilihan Tuhan ini, benar-benar menyakiti hati Tuhan,

     Dalam peperangan ini Saul berhasil memukul kalah bangsa Amalek!  Tetapi apa yang diperintahkan Tuhan tidak dilakukan sepenuhnya:  menyelamtkan Agag  (raja Amalek), juga kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, tapi  "...segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas..."  (1 Samuel 15:9), dengan alasan yang sepertinya masuk akal dan tampak rohani, yaitu hewan-hewan yang baik itu hendak dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban.  Apa pun alasannya, apa yang dilakukan Saul adalah bentuk ketidaktaatan, artinya ia memandang remeh perintah Tuhan dan tidak menghormati Dia.  Melihat ketidaktaatan Saul ini Tuhan menjadi kecewa dan Ia merasa menyesal telah menjadikan dia sebagai raja atas Israel.  Ketidaktaatan ini bukan sekali diperbuat Saul, sebelumnya ia juga sudah mengecewakan Tuhan:  tidak sabar menunggu Samuel di Gilgal, Saul telah melakukan tindakan bodoh:  "...ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia. Sebab itu Saul berkata: 'Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.' Lalu ia mempersembahkan korban bakaran.  (1 Samuel 13:8b-9), padahal yang berwenang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan adalah seorang imam.

     Ketidaktaatan yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan bahwa Saul tidak sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan alias mempermainkan Tuhan, itulah yang membuat Tuhan merasa menyesal.  Berkatalah Samuel,  "Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."  (1 Samuel 15:23b).

"Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan."  Amsal 13:13

Thursday, June 18, 2020

BERKORBAN ADALAH BUKTI KASIH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2020


"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."  Yohanes 15:13

Sampai kapan pun kita takkan pernah sanggup mengukur kasih Tuhan,  "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya..."  (Efesus 3:18).  Bukti terbesar kasih Tuhan kepada kita adalah rela mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita.  Pengorbanan Tuhan untuk kita sungguh tiada terbatas!

     Dengan apakah kita membalas kasih Tuhan?  Karena Ia sudah terlebih dahulu mengasihi kita sedemikian rupa, kita pun harus mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita.  Bukti nyata orang mengasihi Tuhan adalah taat melakukan firman-Nya!  Jangan katakan kita mengasihi Tuhan bila kita tidak taat melakukan kehendak-Nya!  Mengasihi Tuhan harus ada bukti nyata.  Terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan pun tak menjamin orang akan mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, karena tidak sedikit orang Kristen yang menjadikan pelayanan hanya sebagai aktivitas rutin, bahkan kedok atau topeng.  "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku."  (Yohanes 14:15) dan  "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."  (Yohanes 14:21).

     Berkorban  (persembahan, persepuluhan dan menolong sesama)  adalah bukti mengasihi Tuhan:  "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."  (Amsal 3:9-10).  Sesungguhnya Tuhan tak mengingini uang atau harta kita karena Dia Pemilik segalanya;  Tuhan hendak melatih kita untuk memberi terlebih dahulu sebelum kita menerima, bahkan Tuhan  "...yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati,"  (2 Korintus 9:10-11).  Tidak ada alasan untuk tidak memberi!

Taat melakukan firman Tuhan dan mau berkorban adalah bukti kasih kepada Tuhan!

Catatan:
"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,"  1 Korintus 9:7

"'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  (Roma 9:15-16).